BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Bahasa jika dilihat dari segi aktifitas penutur dalam
suatu masyarakat maka bahasa mempunyai keragaman atau variasi standard dan non-standar.
Variasi-variasi tersebut muncul karena faktor sosial budaya, tempat individu
atau kelompok individu itu berada. Bentuk atau wujud bahasa seseorang atau
kelompok masyarakat sedikit banyak dipengaruhi oleh lingkungan atau faktor
ekstralingual yang bersentuhan dengannya. Oleh karena faktor ekstralingual
bahasa menjadi beragam-ragam sesuai dengan kenyataan sosial yang
direfleksikannya.
Setiap bahasa digunakan oleh sekelompok orang yang
termasuk dalam suatu masyarakat bahasa. Yang termasuk dalam satu masyarakat
bahasa adalah mereka yang merasa menggunakan bahasa yang sama. Jadi, kalau
disebut masyarakat bahasa Indonesia adalah semua orang yang merasa memiliki dan
menggunakan bahasa Indonesia. Yang termasuk anggota masyarakat bahasa Betawi
adalah orang-orang yang merasa memiliki dan menggunakan bahasa Betawi. Yang
termasuk anggota masyarakat bahasa Jawa adalah orang-orang yang merasa memiliki
dan menggunakan bahasa Jawa. Hal ini yang membuat bahasa itu jadi bervariasi.
Dalam suatu perkumpulan masyarakat dapat terjadinya kontak bahasa yang dapat menjadikan seseorang menjadi bilingual atau multilingual sebagai akibat adanya kontak bahasa dan juga kontak budaya, selain itu dapat juga terjadi peristiwa atau kasus yang disebut interferensi, integrasi, alih kode (code-switching), dan campur kode (code-mixing). Penggunaan bahasa sebagai sarana komunikasi tidak saja menyebabkan adanya pengambilan unsur-unsur bahasa yang lain oleh sebuah bahasa (yang menyebabkan terjadinya peristiwa interferensi, integrasi, alih kode dan campur kode), tetapi juga menyebabkan munculnya variasi dalam bentuk unsur bahasa baru yang kemudian membentuk sebuah baru, yaitu bahasa pidgin dan kreol.
Menurut JEFF SIEGEL dalam buku Sociolinguistics and Language Education menyatakan bahwa,
“Pidgins and creoles are new varieties of language that emerge when
people speaking different languages come into contact with each other. The
study of these ‘contact languages’ falls mainly under the heading of
sociolinguistics, but also intersects with many other subdisciplines, such as
contact linguistics and applied linguistics.” [Pidgin
dan kreol merupakan varietas baru dari bahasa yang muncul ketika masing-masing
orang mempunyai asal bahasa yang berbeda, saling berkomunikasi satu sama lain.
Penelitian mengenai 'bahasa kontak ini termasuk dari cabang sosiolinguistik, tetapi
juga bersinggungan dengan banyak sub disiplin ilmu lain, seperti kontak linguistik
kontak dan linguistik terapan.]”[1]
Kajian
pidgin dan kreol menjadi bagian penting dari kajian sosiolinguistik dengan segala
literatur dari pidgin dan kreol itu
sendiri. Pada akhirnya, para penutur bahasa menyadari bahwa berbicara dengan
pidgin dan kreol bukanlah sebuah variasi bahasa yang tidak penting, tetapi
bahasa atau variasi bahasa yang memiliki legitimasi, sejarah, struktur, dan
kemungkinan pengakuan sebagai sebuah bahasa yang patut atau benar. Sehingga
pengajaran bahasa bisa secara holistik menyeluruh dengan mengetahui asal-usul
bahasa yang terbentuk di suatu daerah tertentu.
Seperti terjadi di di Kampung Tugu, Jakarta Utara, seseorang
bernama Guido Quiko (46), warga keturunan Portugis,
memainkan gitar kecil berdawai tiga di depan rumahnya Sabtu. Di antara semilir
angin, debu beterbangan, dan suara bising truk peti kemas yang melintas, Guido
menyanyikan lagu berjudul ”Gatu Du Matu”. Guido menuturkan, keberadaan komunitas
masyarakat Kampung Tugu tak lepas dari sejarah kota perdagangan di Malaka,
Malaysia.
Selama
periode 1511-1641, Malaka berada di bawah kendali pasukan Portugis. Pada 1648, Belanda
menguasai Malaka. Tentara Portugis yang berasal dari Goa, Bengal, Malabar, dan
daerah-daerah jajahan lainnya dijadikan tawanan perang. Mereka lalu dibawa ke Batavia
untuk dijadikan pekerja atau serdadu VOC. Pemimpin kelompok musik Orkes
Keroncong Cafrinho Tugu itu berdiri di hadapan belasan pelajar SMP yang
mengikuti acara ”Pelatihan Dokumentasi Kebudayaan Tugu melalui Penulisan Populer”.
Kegiatan diselenggarakan Laboratorium Leksikologi dan Leksikografi FIB UI.[2]
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka kajian pembahasan dalam tulisan ini adalah membahas tentang variasi bahasa yang muncul karena keragaman kegiatan interaksi sosial penutur bahasa, yaitu pertama, tentang pengertian bahasa pidgin. Kedua, tentang proses perkembangan bahasa pidgin menjadi bahasa kreol. Dan ketiga, kajian bahasa pidgin dan bahasa kreol dalam pengajaran bahasa. Oleh karena itu, topik pembahasan dalam makalah ini berjudul “Bahasa Pidgin dan Kreol”.
B. Tujuan Penulisan
Berdasarkan latar belakang masalah maka dapat
dirumuskan tujuan penulisan makalah ini, sebagai berikut:
1. Mendeskripsikan hakikat bahasa pidgin.
2. Mendeskripsikan hakikat bahasa kreol.
3.
Menjelaskan proses
perubahan bahasa pidgin ke bahasa kreol
C. Manfaat Penulisan
Secara umum makalah ini dapat bermanfaat untuk para
pemerhati pendidikan seperti, dosen, mahasiswa, guru, instruktur dan peneliti
di bidang pendidikan. Sedangkan secara khusus, makalah ini diperuntukkan untuk
mahasiswa S3 pendidikan bahasa agar mendapatkan pemahaman yang mendalam
tentang: pengertian pidgin dan kreol, serta manfaatnya pengajaran bahasa.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hakikat Bahasa Pidgin
Pidgin
adalah bahasa yang sederhana. Bahasa pidgin Berkembang dalam situasi dimana
pembicara bukan sebagai penutur aslinya. Pidgin juga merupakan sebuah bahasa
yang muncul sebagai hasil interaksi antara dua kelompok yang berbicara dengan
bahasa yang berbeda dan tidak mengerti apa yang dibicarakan satu sama lain,
sehingga mereka menggunakan apa yang dinamakan dengan pidgin ini untuk
berkomunikasi. Disituasi lain, ada orang-orang dengan latarbelakang bahasa yang
berbeda yang harus berkomunikasi dengan yang lainnya tetapi dengan satu bahasa
yang paling dominan digunakan.[3] Hal
ini juga di paparkan oleh Holmes yang mendefinisikan pidgin adalah bahasa yang bukan dari penutur
asli. Pidgin mengembangkan makna dari sebuah komunikasi diantara orang-orang
yang bukan sebagai pengguna bahasa aslinya. Pidgin juga merupakan sebuah bahasa
yang muncul sebagai hasil interaksi antara dua kelompok yang berbicara dengan
bahasa yang berbeda dan tidak mengerti apa yang dibicarakan satu sama lain,
sehingga mereka menggunakan apa yang dinamakan dengan pidgin ini untuk
berkomunikasi atau dengan kata lain pidgin adalah bahasa yang dihasilkan oleh
sebuah kelompok orang yang tidak memiliki bahasa yang sama, kemudian berkembang
sebagai alat komunikasi untuk
perdagangan, tetapi bahasa ini tidak memiliki penutur asli.[4] Menurut Brown dan Attardo, pidgin merupakan sebuah bahasa yang
muncul sebagai hasil interaksi antara dua kelompok yang berbicara dengan bahasa
yang berbeda dan tidak mengerti apa yang dibicarakan satu sama lain, sehingga
mereka menggunakan apa yang dinamakan dengan pidgin ini untuk berkomunikasi. Brown dan Attardo menjelaskan bahwa
pidgin dipakai pada situasi tertentu.
Jika pidgin tidak berguna lagi, maka
dia akan hilang. Sebaliknya, jika pidgin
bermanfaat, maka dia akan menjadi lingua
franca dan pada prosesnya akan menjadi bahasa natif dan pada akhirnya
menjadi creole (mother tongue).
Berkaitan dengan materi creole, ada
beberapa istilah yang disampaikan oleh Bickerton.[5]
Bickerton (1975) melalui Wardhaugh menyebutkan sejumlah istilah yang digunakan
untuk merujuk bagian berbeda pada kontinum creole
yang ada pada bahasa Inggris yang dipakai orang Guyana. Misalnya, ketika
seorang pria dan wanita menikah dan mereka memiliki bahasa yang berbeda.
Kemudian, muncullah bahasa pidgin yang menjadi bahasa rumah yang digunakan
bersama dan menjadi bahasa ibu bagi anak-anak mereka.[6] Menurut KBBI (edisi 4:2008), pidgin (pijin) adalah
pemakaian dua bahasa atau lebih yang dipermudah sebagai alat komunikasi sosial
dalam kontak yang singkat antara
orang-orang yang berlainan bahasanya dan tidak merupakan bahasa ibu para
pemakainya. [7]
Pidgin ialah suatu bahasa campuran dari dua bahasa (atau lebih) yang muncul
secara alamiah karena masing-masing pihak penutur bahasa aslinya tidak saling
mengerti Tentu saja, pidgin itu tercipta agar masing-masing pihak dapat saling
berkomunikasi. Biasanya, bahasa pidgin terjadi dari bahasa penduduk asli yang
bercampur dengan bahasa kaum pendatang. Biasanya pula, sumbangan dari bahasa
penduduk asli lebih banyak daripada sumbangan dari bahasa kaum pendatang,
tetapi hal itu tidak bersifat mutlak. Hal terpenting ialah bahasa pidgin lebih
sederhana dari masing-masing bahasa penyumbangnya. Dengan kata lain, bagaimana
yang lebih mudah diterima/dimengerti oleh kedua belah pihak, bagian itu pula
yang masuk ke dalam pidgin. Pidgin terbentuk ketika para penutur melakukan
hubungan dagang atau interaksi dengan penutur bahasa lain, yang digunakan
sebagai bahasa kolonial seperti portugis, spanyol atau inggris, india, china,
afrika atau india amerika. Dalam kenyataannya banyak makna yang disarankan
dalam kata pidgin yang mempunyai makna komunikasi diantara pedagang.[8] Sedangkan
dalam beberapa kasus pidgin digunakan juga dalam sebuah komunitas anak-anak dan
itu menjadi lebih diuraikan dengan struktur yang teratur dan mengakusisi daftar
jadi itu dapat digunakan dalam semua konteks sosial.[9] Mereka
yang menggunakan pidgin juga memiliki bahasa lainnya juga, melainkan pidgin
dijadikan sebagai bahasa tambahan yang
digunakan untuk tujuan tertentu seperti dalam perdagangan atau administrasi. Selain
itu pidgin tidak digunakan sebagai alat identifikasi grup atau untuk
mengungkapkan jarak sosial. Dalam hal ini fungsi utamanya bahasa pidgin
tersebut adalah untuk memungkinkan para pekerja berkomunikasi antara satu sama
lain, karena para buruh perkebunan berasal dari daerah yang berbeda-beda dan
digunakan oleh para mandor untuk mengarahkan para buruh kasar. bahasa yang
dihasilkan oleh sebuah kelompok orang yang tidak memiliki bahasa yang sama,
kemudian berkembang sebagai alat komunikasi untuk perdagangan, tetapi bahasa ini tidak memiliki
penutur asli. Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan pidgin adalah
variasi bahasa yang tidak memiliki pentur asli, yang bercirikan penyederhanaan
(simplification), dan lazimnya mengalami penyederhanaan dalam tata bahasa dan
kosakata.[10]
Contohnya
: Bislama adalah sebuah vareasi bahasa melayu pidgin yang digunakan oleh hampir
setiap orang di Vanuatu, sebagai sebuah kepulauan sekitar 80 pulau dengan
jumlah populasi 200.000 dibagian utara-selatan pasific. Seperti pidgin karibia itu berawal karena
kebutuhan sebagai bahasa pergaulan diantara pekerja perkebunan. Tetapi di
melanesia yang menjadi pekerja atau budak pada abad ke sembilan belas di
perkebunan tebu di queensland (Australia). Mereka diwajibkan atau pekerja
kontrak. Pidgin kemudian menyebar karena sangat berguna untuk pedagang kayu
cendana dan siput laut. Sebagai bahasa pergaulan yang berguna di Vanuatu,
sebuah negara dengan lebih dari 100 bahasa daerah yang berbeda untuk menjamin
bisa hidup disana. Sekarang Bislama sepenuhnya berfungsi Kreol yang sudah
diadopsi dari bahasa nasional vanuatu.[11]
Distribusi secara geograpis bahasa pidjin ini tidak
didistribusikan secara ekslusif digaris
katulistiwa, biasanya terdistribusi pada suatu wilayah yang mudah dan dekat
dengan akses laut.[12]
Pidgin tidak hanya muncul didaerah perdagangan dan
didaerah pesisir pantai, melainkan pidgin juga bisa terjadi dikawasan bekas
daerah-daerah jajahan dan di daerah yang berkawasan masyarakat heterogen.
Pidgin bisa terbentuk dari kosakata dan struktur yang berlainan dan juga
mengambil salah satu bahasa lain sebagai dasar penyempurnaan kosakatanya, contohnya
saja Bahasa Melayu Pasar. Bahasa Melayu ini terjadi akibat penyebaran
perdagangan antaretnis. Bahasa Melayu Pasar adalah bahasa pidgin yang dipengaruhi
kontak antara pedagang Melayu dan Cina. Contohnya:
Rumah-ku menjadi Saya punya rumah
Saya pukul dia menjadi Saya kasi pukul dia
Megat dipukul Robert menjadi Megat dipukul dek Robert
Menurut
Wardhaugh pidgin dan kreol hampir saling
berlawanan. Pidgin melibatkan penyederhanaan bahasa, misalnya pengurangan
morfologi (struktur kata) dan sintaksis (struktur tata bahasa), adanya
toleransi terhadap variasi fonologi (pelafalan), pengurangan fungsi
bahasa pidgin, peminjaman kosakata dari bahasa ibu setempat.
Sebaliknya, kreol melibatkan pelebaran morfologi dan sintaksis, pengaturan
fonologi, secara sengaja ditambahkan fungsi bahasa tersebut dan
perkembangan sistem yang rasional dan tetap untuk menambah vocabulary.[13] Pidgin
muncul karena kebutuhan untuk berkomunikasi, terutama jika pembicara
dan pendengar memiliki bahasa yang berbeda. Tidak semua pijin
berubah menjadi kreol. Kebanyakan pijin adalah lingua franca,
ada karena kebutuhan. Jika pidgin tidak lagi digunakan, maka ia akan mati.
Pidgin berubah menjadi kreol hanya jika karena suatu alasan tertentu,
pijin menjadi satu ragam bahasa yang harus digunakan oleh anak-anak
dalam situasi tertentu yang tidak menghendaki penggunaan bahasa secara
penuh. Orang berbicara kreol lebih cepat dari pada pidgin dan tidak
mengucapakan kata per kata, sehingga penyederhanaan sangat terlihat.
Misalnya, ma bilong mi (suami saya) menjadi mablomi.
Itu di karenakan pidgin berkembang
untuk melayani fungsi dalam domain rentang yang terbatas mereka cenderung
mempunyai stuktur dan kosa kata yang terbatas Bahasa Pidgin Pasifik hanya
mempunyai lima vowel ( a, e, i, o, u) dibandingkan dengan hampir sekitar 20
variasi Bahasa Inggris. Konsonan cenderung lebih di sederhanakan (‘pes’ untuk
‘paste’) atau vowel dimasukan untuk memecahkan kedalam dua sukukata (‘silip’
untuk ‘sleep’) untuk afiks di tiadakan. Jadi kata-kata umumnya tidak mempunyai
penularan, seperti dalam bahasa Inggris untuk menandai jamak atau bentuk kata
kerja yang menunjukan waktu. Tidak ada Afik yang digunakan untuk menadai
gender, seperti di Spanyol atau di Italia. Informasi Afiks penyampaiannya lebih
di isyaratkan secara sepesifik di dalam kalimat, atau itu dapat dideduksi dari
hubungannya, atau mubajir. Setiap pembelajar bahasa Francis atau Spanyol
mengetahui macam-macam gramatikal dalam objek yang tidak diperlukan jika kamu
tertarik dalam berkomunikasi seperti menentang atau mempengaruhi orang-orang.[14]
Bahasa pidgin digunakan bagi mereka yang
terlihat kacau dalam penggunaan bahasa nya. Kata-Kata dalam bahasa pidgin
sangat luas yang dikirimkan dari sebuah bahasa eropa dan salah satu bahasa
pidgin adalah TOK PISIN, banyak orang eropa mempertimbangkan pidgin untuk
menjadi sebuah bentuk yang rendah dalam bahasa mereka. Mereka mengganggap
mereka dapat menebak arti. Ini bisa menjadi salah faham ketika dalam situasi
yang serius,contoh seperti mengikuti demonstrasi. Ada tiga karakteristik dalam
bahasa Pidgin; 1) itu di gunakan dalam wilayah dan fungsi yang terbatas, 2)
stuktur yang disederhanakan dari sumberbahasanya, 3) mempunyai derajat yang rendah dan menarik
sikap yang negatif. Terutama dari orang luar. Pidgin sering mempunyai waktu
yang pendek. Jika mereka berkembang untuk fungsi yang terbatas, pidjin akan
menghilang seiring dengan fungsi yang menghilang. Di vietnam, sebuah pidgin
bahasa inggris berkembang untuk digunakan diantara pasukan amerika dan
vietnam., tetapi itu kemudian mati dengan sendirinya. Sebuah pidgin biasanya
menghilang ketika perdagangan diantara kelompok sudah tidak ada lagi. Selain
itu jika perdagangan berkembang , kemudian komunikasi pun umumnya akan menuju
ke salah satu sisi pembelajaran bahasa lainnya, jadi perlu untuk menggunakan
bahasa pidgin yang menghilang. Dari beberapa
pendapat di atas, dapat disimpulkan pidgin adalah variasi bahasa yang tidak
memiliki pentur asli, yang bercirikan penyederhanaan (simplification), dan
lazimnya mengalami penyederhanaan dalam tata bahasa dan kosakata.
B.
Hakikat Bahasa Kreol
Kreol adalah keturunan dari bahasa pigdin
yang menjadi bahasa ibu bagi sekelompok orang yang berasal dari latar belakang
yang berbeda-beda. Sebagian besar bahasa kreol ini berakar dari bahasa-bahasa
Indo-Eropa sebagai bahasa dasarnya. Seperti Kreol Arab (Arab Juba), Kreol
Inggris (tok pisin), Kreol Meksiko, Kreol Prancis (Kreol Haiti), Kreol Melayu
(Melayu Ambon, Melayu Betawi, Melayu Ternate, Melayu Banda, Melayu Manado,
Melayu Kupang, Melayu Larantuka, Bahasa Indonesia Peranakan), Kreol Spanyol
(Palengquero), Kreol Portugis (Papiamento).
Kreol merupakan sebuah pidgin yang
membutuhkan penutur asli.[15] Kreol
dipelajari oleh anak-anak sebagaimana bahasa pertama mereka dan digunakan dalam
ranah yang luas untuk berkomunikasi. bahasa Kreol muncul ketika pidgin menjadi bahasa ibu pada suatu komunitas tertentu. Wardhaugh berpendapat
bahwa kreol adalah bagian dari bahasa pidgin yang telah dipakai dari waktu ke
waktu dari satu generasi ke generasi berikutnya.[16]
Bahasa kreol muncul ketika bahasa pidgin menjadi bahasa ibu dari sebuah
generasi baru anak-anak.
Sebagai contoh ketika seorang pria dan seorang wanita yang memiliki
bahasa yang berbeda menikah, keduanya tahu bahasa pidgin yang digunakan untuk
berkomunikasi yang mengabungkan bahasa antar pasangannya. Pidgin kemudian menjadi bahasa rumah yang
digunakan bersama dan menjadi bahasa ibu anak-anak mereka, sehingga jika ini
dilakukan dari turun-temurun maka tidak menutup kemungkinan penggunaanya akan
meluas dan berubah fungsi menjadi bahasa kreol
Karena dampak status mereka sebagai bahasa pertama,
terdapat beberapa perbedaan bahasa kreol dan bahasa pidgin yang bisa
kita pahami melalui perbedaan
fungsi struktur bahasanya. Menurut Holmes, kreol merupakan sebuah pidgin yang telah
diperluas dalam struktur dan kosakata untuk dapat mengungkapkan deretan arti
dan menyajikan barisan fungsi yang dibutuhkan sebagai bahasa pertama.[17] Kreol memiliki penutur lebih banyak dibanding pidgin.
Karena kreol berkembang melalui anak-cucunya, dan pidgin hanya merupakan bahasa
aslinya. Ketika seseorang menyebut suatu bahasa itu kreol, maka seharusnya
terlebih dahulu bahasa tersebut telah terbukti secara historis tentang
asal-usulnya. Karena dalam menentukan kreol atau tidaknya, historis suatu
bahasa memiliki peranan yang sangat penting dan memiliki keterkaitan yang
sangat erat. Sebagai contoh perubahan
bahasa pidgin ke kreol bisa kita pahami dari bahasa Tok Pisin. Tok Pisin (yang
digunakan untuk mengilustrasikan beberapa tampilan pidgin) merupakan satu
contoh yang jelas sebuah pidgin yang telah berkembang menjadi sebuah bahasa
kreol. Hal tersebut
diartikan bahwa Tok Pisan bahasa resmi negara Papua Nugini merupakan sebuah
bahasa kreol yang yang awal mulanya hanya digunakan untuk saling memahami
komunikasi pendatang atau pedagang dari negara lain, berkembang mulai dari
bahasa pidgin menjadi bahasa kreol karena dipelajari sebagai bahasa pertama
oleh sebagian besar penutur disana, dan telah berkembang menurut kebutuhan
bahasa mereka.
C. Perubahan Bahasa Pidgin ke Bahasa
Kreol
Bahasa
kreol berkembang melalui bahasa pidgin, dimana terdapat beberapa perubahan terkait
penggunaan kosakata dan strukturnya dalam proses berbahasa, ada dua bagian
penting yang perlu dipahami dalam perubahan dan penggunan bahasa kreol dari
bahasa pidgin, bagian tersebut meliputi bentuk struktur dan fungsi dari bahasa
pidgin dan kreol.
a. Bentuk Struktur
Kreol Australia Roper River[18]
|
Kompleksitas
linguistik bahasa kreol seringkali tidak dihargai oleh orang di luar mereka.
Jika dalam bahasa pidgin tidak memiliki imbuhan untuk menandai makna
sebagaimana kala/waktu pada kata kerja atau bilangan pada kata benda, bahas
kreol melakukan pengembangan secara sistematis yang menandai pemaknaan seperti
kata kerja untuk menunjukkan kala/waktu, dan juga mengembagkan infleksi atau
pengimbuhan. Melalui perbandingan kalimat-kalimat yang berbeda dari Kreol Roper
River (yang juga dikenal sebagai kreol Australia) dalam contoh diatas, kita
dapat melihat bagaimana bentuk past tense dan continuous diungkapkan.
Past tense ditandai oleh
partikel bin, sementara aspek
progresif ditandai oleh akhiran –bad
yang dilekatkan pada kata kerja. Sebuah contoh, Tok Pisin dapat
mengilustrasikan proses bagaimana sebuah bahasa kreol mengembangkan
sistematikanya secara tepat yang dapat diungkapkan melalui penambahan arti
ketika permintaan dibuat suatu bahasa oleh para penutur.
|
Ini digambarkan dalam
kalimat (a) baimbai yu go. Ketika
pidgin berkembang menjadi kreol, kata keterangan secara bertahap diperpendek
menjadi bambai atau bai sebagaimana di (b) dan (c). Kalimat
(d) mengilustrasikan sebuah posisi alternatif digunakannya bai, sementara (e)
menunjukkan bagaimana hal itu dilekatkan ke kata kerja sebagai awalan beraturan
yang menandai kala/waktu akan datang. Arti/makna itu diungkapkan dengan lebih
tepat, tetapi juga meniadakan –a.
Bahasa Pidgin menjadi lebih terstruktur
beraturan ketika mereka mengalami kreolisasi, sebuah proses pidgin menjadi
kreol. Data pada tabel bentuk-bentuk Tok Pisin mengilustrasikan sebuah strategi bahasa yang membuat keteraturan
struktur kata-kata yang berhubungan dengan arti, dan juga membuat bentuk-bentuk
lebih mudah untuk dipelajari dan dipahami, seperti contoh dibawah ini.
|
Hubungan makna antara
kata-kata di kolom pertama dan kolom ketiga secara tepat sama dan ini
direfleksikan dalam bentuk kreol, tetapi bebeda dalam bahasa Inggris. Maka, ketika kita mengenali pola ini dimungkinkan
untuk dapat membuat pola kata-kata baru dalam bahasa kreol, dan kita dapat
menebak terjemahan bahasa Inggrisnya. Bila kita tahu kata Tok Pisin ’hot’
adalah hat, kita dapat memprediksi
bahwa kata yang bermakna ’to make hot’ atau ’to heat’ akan menjadi hatim.
b.
Fungsi
Sebagai alternatif, bahasa pidgin bisa menjadi lingua franca yang sangat bermanfaat
karena dapat digunakan oleh orang yang memiliki perbedaab berbahasa dengan suku-suku yang berbeda. Dalam komunitas bahasa
multilingual, para orang tua bisa saja menggunakan sebuah bahasa pidgin secara umum dan sepanjang hari, bisa itu di pasar, di gereja, di
kantor-kantor dan di angkutan umum yang juga dapat dijadikan sebagai bahasa
sehari-hari yang digunakan di rumah. Dalam kasus ini, anak-anak sering
membutuhkan bahasa tersebut sebagai bahasa pertama mereka dan ini akan
berkembang menjadi sebuah bahasa kreol.
Ketika sebuah kreol
berkembang, ini dapat digunakan untuk semua fungsi bahasa, politik, pendidikan,
administrasi, dan keaslian sastra. Seperti bahasa Tok Pisin, bahasa pertama yang banyak digunakan anak-anak di Papua Nugini. Tok Pisin seringkali digunakan sebagai bahasa
perdebatan di Parlemen Papua Nugini, dan ini digunakan tiga tahun pertama
pendidikan di banyak sekolah.
Sehingga akhirnya bahasa Tol Pisan menjadi bahasa resmi negara tersebut. Bahasa kreol telah menjadi
standar yang diterima dan bahkan menjadi bahasa nasional dan resmi, ketika bahasa itu sudah digunakan dan
memiliki tataran linguistik yang diterima keseluruhan dari kelompok masyarakat
disuatu wilayah atau negara. Namun, ketika perkembangan bahasa itu tidak ada bukti pada struktur tataran linguistik, maka hal tersebut mengungkapkan keaslian bahasa tersebut kedalam bahasa pidgin. Hal ini didukung oleh pendapat Crystal bahwa
pidgin adalah sistem komunikasi yang telah tumbuh di kalangan orang-orang yang
tidak berbagi bahasa yang sama, biasanya karena alasan perdagangan dan
bahasanya memiliki kosakata yang terbatas, struktur gramatikal yang kurang.[21] Sehingga perubahan bahasa pidgin kedalam
bahasa kreol merupakan perubahan yang menitik beratkan kepada jumlah pengunan
dari bahasa tersebut dan juga memperhatikan sistem tataran linguistik dari
bahasa tersebut.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Salah satu dari ciri
bahasa tersebut adalah bersifat dinamis, dimana bahasa selalu berkembang dan
berubah seiring dangan perkembangan zaman dan penuturnya, sehingga dalam
perubahan dan perkembangan tersebut akan ditemui beberapa istilah seperti bahasa
pidgin dan bahasa kreol. Pidgin adalah sebuah bahasa pertama yang berkembang sebagai suatu alat komunikasi
antar dua kelompok atau lebih. Sedangkan kreol adalah muncul ketika pidgin menjadi bahasa ibu pada suatu komunitas tertentu. Strukturnya masih
menggambarkan struktur pigin, tetapi masih disebut kreol,
karena masih menjadi bahasa ibu mereka.
Pidgin bisa menjadi
kreol ketika adanya penutur asing dan digunakan oleh keturunannya yang kemudian
dibekukan sebagai bahasa pertama mereka. Bahasa ini dikatakan kreol apabila
bahasa pidgin itu telah berlangsung secara turun-temurun. Kreol memiliki
penutur lebih banyak dibanding pidgin. Karena kreol berkembang melalui
anak-cucunya, dan pidgin hanya merupakan bahasa aslinya. Ketika seseorang
menyebut suatu bahasa itu kreol, maka seharusnya terlebih dahulu bahasa
tersebut telah terbukti secara historis tentang asal-usulnya.
DAFTAR PUSTAKA
Brown, S. & Attardo, S. 2000.
Understanding Language Structure,
Interaction, and Variation. An Introduction to Applied Linguistics and
Sociolinguistics for Nonspecialists. Michigan: The University of Michigan
Press.
Crystal, David. The
Cambridge Encyclopedia of the English Language.
Cambridge: Cambridge University
Press. 2003.
Holmes, J. 2013. An Introduction to Sociolinguistic, Fourth
Edition. New York: Routledge.
Siegel, Jeff. Sociolinguistics and Language Education. Nancy H.
Hornberger and Sandra Lee McKay ed. UK: Short Run Press Ltd.
2010
Sumarsono.
2007. Sosiolinguistik. Yogyakarta:
Sabda dan Pustaka Pelajar.
Wardhaugh,
Ronald. 2006. An Introduction to
Sociolinguistics. New York: Basil Blackwell Inc.
________________. An
Introduction to Sociolinguistics. New York: Basil
Blackwell.
2010.
Wardhaugh, R and M. Fuller, J. 2015. An
Introduction to Sociolinguistic, Seventh Edition. . United
Kingdom: Basil Blackwell Inc.
Bamus Besar Bahasa Indonersia.
Edisi 4. 2008
Guido “Jejak Portugis di Kampung Tugu” http://travel.kompas.com/read/2015/10/22/100329527/Jejak.Portugis.di.Kampung.Tugu
(diakses 21 Maret 2016, pukul 12.25 WIB)
[1] Jeff Siegel. Sociolinguistics and Language Education. Nancy H. Hornberger and
Sandra
Lee McKay ed. (UK: Short Run Press Ltd.,
2010), h. 232.
[2] Guido “Jejak Portugis di Kampung Tugu”
http://travel.kompas.com/read/2015/10/22/100329527/Jejak.Portugis.di.Kampung.Tugu (diakses 21 Maret 2016, pukul 12.25
WIB)
[3] Ronald Wardaugh and Janet M. Fuller.
An Introduction to
Sociolinguistic, Seventh
Edition. (United Kingdom: Basil Blackwell
Inc, 2015),
hlm. 117
2013),
hlm. 85
An Introduction to Applied Linguistics and
Sociolinguistics for Nonspecialists. (Michigan:
The University
of Michigan Press, 2000), hlm. 114-117
[6] Wardhaugh, Ronald. An Introduction to
Sociolinguistics (New York: Basil Blackwell Inc, 2006), hlm. 80
[8] Holmes. Op.,cit. hlm. 86
[9] Wardaugh and Fuller. Op.,cit. hlm. 117
[10] Holmes. Op.,cit. hlm. 86
[11] Ibid.,hlm.
86
[12]
Wardaugh and Fuller. Op.,cit.
hlm. 123
[13] Ibid.,hlm.
120
[14] Holmes.
Op.,cit. hlm. 87
Routledge, 2013), h. 90
[16] Ronald Wardhaughh. An
Introduction to Sociolinguistics. (New York: Basil Blackwell. 2010),
h.59
Routledge, 2013),
h. 90
2013), h. 90.
[19]
Ibid., h.
91.
[21] David Crystal. The
Cambridge Encyclopedia of the English Language. (Cambridge: Cambridge
University Press. 2003). h. 346.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar