Minggu, 07 Agustus 2016

BAHASA PIDGIN DAN KREOL

BAB I

PENDAHULUAN



A.      Latar Belakang Masalah

            Bahasa jika dilihat dari segi aktifitas penutur dalam suatu masyarakat maka bahasa mempunyai keragaman atau variasi standard dan non-standar. Variasi-variasi tersebut muncul karena faktor sosial budaya, tempat individu atau kelompok individu itu berada. Bentuk atau wujud bahasa seseorang atau kelompok masyarakat sedikit banyak dipengaruhi oleh lingkungan atau faktor ekstralingual yang bersentuhan dengannya. Oleh karena faktor ekstralingual bahasa menjadi beragam-ragam sesuai dengan kenyataan sosial yang direfleksikannya.
            Setiap bahasa digunakan oleh sekelompok orang yang termasuk dalam suatu masyarakat bahasa. Yang termasuk dalam satu masyarakat bahasa adalah mereka yang merasa menggunakan bahasa yang sama. Jadi, kalau disebut masyarakat bahasa Indonesia adalah semua orang yang merasa memiliki dan menggunakan bahasa Indonesia. Yang termasuk anggota masyarakat bahasa Betawi adalah orang-orang yang merasa memiliki dan menggunakan bahasa Betawi. Yang termasuk anggota masyarakat bahasa Jawa adalah orang-orang yang merasa memiliki dan menggunakan bahasa Jawa. Hal ini yang membuat  bahasa itu jadi bervariasi.

            Dalam suatu perkumpulan masyarakat dapat terjadinya kontak bahasa yang dapat menjadikan seseorang menjadi bilingual atau multilingual sebagai akibat adanya kontak bahasa dan juga kontak budaya, selain itu dapat juga  terjadi peristiwa atau kasus yang disebut interferensi, integrasi, alih
kode (code-switching), dan campur kode (code-mixing). Penggunaan bahasa sebagai sarana komunikasi tidak saja menyebabkan adanya pengambilan unsur-unsur bahasa yang lain oleh sebuah bahasa (yang menyebabkan terjadinya peristiwa interferensi, integrasi, alih kode dan campur kode), tetapi juga menyebabkan munculnya variasi dalam bentuk unsur bahasa baru yang kemudian membentuk sebuah baru, yaitu bahasa pidgin dan kreol.

            Menurut  JEFF SIEGEL dalam buku Sociolinguistics and Language Education menyatakan bahwa,
“Pidgins and creoles are new varieties of language that emerge when people speaking different languages come into contact with each other. The study of these ‘contact languages’ falls mainly under the heading of sociolinguistics, but also intersects with many other subdisciplines, such as contact linguistics and applied linguistics.” [Pidgin dan kreol merupakan varietas baru dari bahasa yang muncul ketika masing-masing orang mempunyai asal bahasa yang berbeda, saling berkomunikasi satu sama lain. Penelitian mengenai 'bahasa kontak ini termasuk dari cabang sosiolinguistik, tetapi juga bersinggungan dengan banyak sub disiplin ilmu lain, seperti kontak linguistik kontak dan linguistik terapan.]”[1]
           
            Kajian pidgin dan kreol menjadi bagian penting dari kajian sosiolinguistik dengan segala literatur  dari pidgin dan kreol itu sendiri. Pada akhirnya, para penutur bahasa menyadari bahwa berbicara dengan pidgin dan kreol bukanlah sebuah variasi bahasa yang tidak penting, tetapi bahasa atau variasi bahasa yang memiliki legitimasi, sejarah, struktur, dan kemungkinan pengakuan sebagai sebuah bahasa yang patut atau benar. Sehingga pengajaran bahasa bisa secara holistik menyeluruh dengan mengetahui asal-usul bahasa yang terbentuk di suatu daerah tertentu.
               Seperti terjadi di di Kampung Tugu, Jakarta Utara, seseorang bernama Guido Quiko (46), warga keturunan Portugis, memainkan gitar kecil berdawai tiga di depan rumahnya Sabtu. Di antara semilir angin, debu beterbangan, dan suara bising truk peti kemas yang melintas, Guido menyanyikan lagu berjudul ”Gatu Du Matu”. Guido menuturkan, keberadaan komunitas masyarakat Kampung Tugu tak lepas dari sejarah kota perdagangan di Malaka, Malaysia.

               Selama periode 1511-1641, Malaka berada di bawah kendali pasukan Portugis. Pada 1648, Belanda menguasai Malaka. Tentara Portugis yang berasal dari Goa, Bengal, Malabar, dan daerah-daerah jajahan lainnya dijadikan tawanan perang. Mereka lalu dibawa ke Batavia untuk dijadikan pekerja atau serdadu VOC. Pemimpin kelompok musik Orkes Keroncong Cafrinho Tugu itu berdiri di hadapan belasan pelajar SMP yang mengikuti acara ”Pelatihan Dokumentasi Kebudayaan Tugu melalui Penulisan Populer”. Kegiatan diselenggarakan Laboratorium Leksikologi dan Leksikografi FIB UI.[2]

            Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka kajian pembahasan dalam tulisan ini adalah membahas tentang  variasi bahasa yang muncul karena keragaman kegiatan interaksi sosial penutur bahasa, yaitu pertama, tentang pengertian bahasa pidgin. Kedua, tentang proses perkembangan bahasa pidgin menjadi bahasa kreol. Dan ketiga, kajian bahasa pidgin dan bahasa kreol dalam pengajaran bahasa. Oleh karena itu, topik pembahasan dalam makalah ini berjudul
Bahasa Pidgin dan Kreol”.

B.     Tujuan Penulisan
Berdasarkan latar belakang masalah maka dapat dirumuskan tujuan penulisan makalah ini, sebagai berikut:
1.    Mendeskripsikan hakikat bahasa pidgin.
2.    Mendeskripsikan hakikat bahasa kreol.
3.    Menjelaskan proses perubahan bahasa pidgin ke bahasa kreol



C.  Manfaat Penulisan
            Secara umum makalah ini dapat bermanfaat untuk para pemerhati pendidikan seperti, dosen, mahasiswa, guru, instruktur dan peneliti di bidang pendidikan. Sedangkan secara khusus, makalah ini diperuntukkan untuk mahasiswa S3 pendidikan bahasa agar mendapatkan pemahaman yang mendalam tentang: pengertian pidgin dan kreol, serta manfaatnya pengajaran bahasa.




BAB II
PEMBAHASAN


A. Hakikat Bahasa Pidgin
Pidgin adalah bahasa yang sederhana. Bahasa pidgin Berkembang dalam situasi dimana pembicara bukan sebagai penutur aslinya. Pidgin juga merupakan sebuah bahasa yang muncul sebagai hasil interaksi antara dua kelompok yang berbicara dengan bahasa yang berbeda dan tidak mengerti apa yang dibicarakan satu sama lain, sehingga mereka menggunakan apa yang dinamakan dengan pidgin ini untuk berkomunikasi. Disituasi lain, ada orang-orang dengan latarbelakang bahasa yang berbeda yang harus berkomunikasi dengan yang lainnya tetapi dengan satu bahasa yang paling dominan digunakan.[3] Hal ini juga di paparkan oleh Holmes yang mendefinisikan  pidgin adalah bahasa yang bukan dari penutur asli. Pidgin mengembangkan makna dari sebuah komunikasi diantara orang-orang yang bukan sebagai pengguna bahasa aslinya. Pidgin juga merupakan sebuah bahasa yang muncul sebagai hasil interaksi antara dua kelompok yang berbicara dengan bahasa yang berbeda dan tidak mengerti apa yang dibicarakan satu sama lain, sehingga mereka menggunakan apa yang dinamakan dengan pidgin ini untuk berkomunikasi atau dengan kata lain pidgin adalah bahasa yang dihasilkan oleh sebuah kelompok orang yang tidak memiliki bahasa yang sama, kemudian berkembang sebagai alat komunikasi untuk  perdagangan, tetapi bahasa ini tidak memiliki penutur asli.[4] Menurut Brown dan Attardo, pidgin merupakan sebuah bahasa yang muncul sebagai hasil interaksi antara dua kelompok yang berbicara dengan bahasa yang berbeda dan tidak mengerti apa yang dibicarakan satu sama lain, sehingga mereka menggunakan apa yang dinamakan dengan pidgin ini untuk berkomunikasi. Brown dan Attardo menjelaskan bahwa pidgin dipakai pada situasi tertentu. Jika pidgin tidak berguna lagi, maka dia akan hilang. Sebaliknya, jika pidgin bermanfaat, maka dia akan menjadi lingua franca dan pada prosesnya akan menjadi bahasa natif dan pada akhirnya menjadi creole (mother tongue). Berkaitan dengan materi creole, ada beberapa istilah yang disampaikan oleh Bickerton.[5] Bickerton (1975) melalui Wardhaugh menyebutkan sejumlah istilah yang digunakan untuk merujuk bagian berbeda pada kontinum creole yang ada pada bahasa Inggris yang dipakai orang Guyana. Misalnya, ketika seorang pria dan wanita menikah dan mereka memiliki bahasa yang berbeda. Kemudian, muncullah bahasa pidgin yang menjadi bahasa rumah yang digunakan bersama dan menjadi bahasa ibu bagi anak-anak mereka.[6] Menurut KBBI (edisi 4:2008), pidgin (pijin) adalah pemakaian dua bahasa atau lebih yang dipermudah sebagai alat komunikasi sosial dalam kontak yang singkat  antara orang-orang yang berlainan bahasanya dan tidak merupakan bahasa ibu para pemakainya. [7] Pidgin ialah suatu bahasa campuran dari dua bahasa (atau lebih) yang muncul secara alamiah karena masing-masing pihak penutur bahasa aslinya tidak saling mengerti Tentu saja, pidgin itu tercipta agar masing-masing pihak dapat saling berkomunikasi. Biasanya, bahasa pidgin terjadi dari bahasa penduduk asli yang bercampur dengan bahasa kaum pendatang. Biasanya pula, sumbangan dari bahasa penduduk asli lebih banyak daripada sumbangan dari bahasa kaum pendatang, tetapi hal itu tidak bersifat mutlak. Hal terpenting ialah bahasa pidgin lebih sederhana dari masing-masing bahasa penyumbangnya. Dengan kata lain, bagaimana yang lebih mudah diterima/dimengerti oleh kedua belah pihak, bagian itu pula yang masuk ke dalam pidgin. Pidgin terbentuk ketika para penutur melakukan hubungan dagang atau interaksi dengan penutur bahasa lain, yang digunakan sebagai bahasa kolonial seperti portugis, spanyol atau inggris, india, china, afrika atau india amerika. Dalam kenyataannya banyak makna yang disarankan dalam kata pidgin yang mempunyai makna komunikasi diantara pedagang.[8] Sedangkan dalam beberapa kasus pidgin digunakan juga dalam sebuah komunitas anak-anak dan itu menjadi lebih diuraikan dengan struktur yang teratur dan mengakusisi daftar jadi itu dapat digunakan dalam semua konteks sosial.[9] Mereka yang menggunakan pidgin juga memiliki bahasa lainnya juga, melainkan pidgin dijadikan sebagai  bahasa tambahan yang digunakan untuk tujuan tertentu seperti dalam perdagangan atau administrasi. Selain itu pidgin tidak digunakan sebagai alat identifikasi grup atau untuk mengungkapkan jarak sosial. Dalam hal ini fungsi utamanya bahasa pidgin tersebut adalah untuk memungkinkan para pekerja berkomunikasi antara satu sama lain, karena para buruh perkebunan berasal dari daerah yang berbeda-beda dan digunakan oleh para mandor untuk mengarahkan para buruh kasar. bahasa yang dihasilkan oleh sebuah kelompok orang yang tidak memiliki bahasa yang sama, kemudian berkembang sebagai alat komunikasi untuk  perdagangan, tetapi bahasa ini tidak memiliki penutur asli. Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan pidgin adalah variasi bahasa yang tidak memiliki pentur asli, yang bercirikan penyederhanaan (simplification), dan lazimnya mengalami penyederhanaan dalam tata bahasa dan kosakata.[10]
Contohnya : Bislama adalah sebuah vareasi bahasa melayu pidgin yang digunakan oleh hampir setiap orang di Vanuatu, sebagai sebuah kepulauan sekitar 80 pulau dengan jumlah populasi 200.000 dibagian utara-selatan pasific.  Seperti pidgin karibia itu berawal karena kebutuhan sebagai bahasa pergaulan diantara pekerja perkebunan. Tetapi di melanesia yang menjadi pekerja atau budak pada abad ke sembilan belas di perkebunan tebu di queensland (Australia). Mereka diwajibkan atau pekerja kontrak. Pidgin kemudian menyebar karena sangat berguna untuk pedagang kayu cendana dan siput laut. Sebagai bahasa pergaulan yang berguna di Vanuatu, sebuah negara dengan lebih dari 100 bahasa daerah yang berbeda untuk menjamin bisa hidup disana. Sekarang Bislama sepenuhnya berfungsi Kreol yang sudah diadopsi dari bahasa nasional vanuatu.[11]
Distribusi secara geograpis bahasa pidjin ini tidak didistribusikan  secara ekslusif digaris katulistiwa, biasanya terdistribusi pada suatu wilayah yang mudah dan dekat dengan akses laut.[12] Pidgin tidak hanya muncul didaerah perdagangan dan didaerah pesisir pantai, melainkan pidgin juga bisa terjadi dikawasan bekas daerah-daerah jajahan dan di daerah yang berkawasan masyarakat heterogen. Pidgin bisa terbentuk dari kosakata dan struktur yang berlainan dan juga mengambil salah satu bahasa lain sebagai dasar penyempurnaan kosakatanya, contohnya saja Bahasa Melayu Pasar. Bahasa Melayu ini terjadi akibat penyebaran perdagangan antaretnis. Bahasa Melayu Pasar adalah bahasa pidgin yang dipengaruhi kontak antara pedagang Melayu dan Cina. Contohnya:

Rumah-ku menjadi Saya punya rumah
Saya pukul dia menjadi Saya kasi pukul dia
Megat dipukul Robert menjadi Megat dipukul dek Robert

Menurut Wardhaugh pidgin dan kreol  hampir saling berlawanan. Pidgin melibatkan  penyederhanaan bahasa, misalnya pengurangan morfologi (struktur kata) dan sintaksis (struktur tata bahasa), adanya toleransi terhadap variasi fonologi (pelafalan), pengurangan fungsi bahasa pidgin, peminjaman kosakata dari bahasa ibu setempat. Sebaliknya, kreol melibatkan pelebaran morfologi dan sintaksis, pengaturan fonologi, secara sengaja ditambahkan fungsi bahasa tersebut dan perkembangan sistem yang rasional dan tetap untuk menambah vocabulary.[13] Pidgin muncul karena kebutuhan untuk berkomunikasi, terutama jika pembicara dan pendengar memiliki bahasa yang berbeda. Tidak semua pijin berubah menjadi kreol. Kebanyakan pijin adalah lingua franca, ada karena kebutuhan. Jika pidgin tidak lagi digunakan, maka ia akan mati. Pidgin berubah menjadi kreol hanya jika karena suatu alasan tertentu, pijin menjadi satu ragam bahasa yang harus digunakan oleh anak-anak dalam situasi tertentu yang tidak menghendaki penggunaan bahasa secara penuh. Orang berbicara kreol lebih cepat dari pada pidgin dan tidak mengucapakan kata per kata, sehingga penyederhanaan sangat terlihat. Misalnya, ma bilong mi (suami saya) menjadi mablomi. Itu di karenakan pidgin berkembang untuk melayani fungsi dalam domain rentang yang terbatas mereka cenderung mempunyai stuktur dan kosa kata yang terbatas Bahasa Pidgin Pasifik hanya mempunyai lima vowel ( a, e, i, o, u) dibandingkan dengan hampir sekitar 20 variasi Bahasa Inggris. Konsonan cenderung lebih di sederhanakan (‘pes’ untuk ‘paste’) atau vowel dimasukan untuk memecahkan kedalam dua sukukata (‘silip’ untuk ‘sleep’) untuk afiks di tiadakan. Jadi kata-kata umumnya tidak mempunyai penularan, seperti dalam bahasa Inggris untuk menandai jamak atau bentuk kata kerja yang menunjukan waktu. Tidak ada Afik yang digunakan untuk menadai gender, seperti di Spanyol atau di Italia. Informasi Afiks penyampaiannya lebih di isyaratkan secara sepesifik di dalam kalimat, atau itu dapat dideduksi dari hubungannya, atau mubajir. Setiap pembelajar bahasa Francis atau Spanyol mengetahui macam-macam gramatikal dalam objek yang tidak diperlukan jika kamu tertarik dalam berkomunikasi seperti menentang atau mempengaruhi orang-orang.[14]  
     Bahasa pidgin digunakan bagi mereka yang terlihat kacau dalam penggunaan bahasa nya. Kata-Kata dalam bahasa pidgin sangat luas yang dikirimkan dari sebuah bahasa eropa dan salah satu bahasa pidgin adalah TOK PISIN, banyak orang eropa mempertimbangkan pidgin untuk menjadi sebuah bentuk yang rendah dalam bahasa mereka. Mereka mengganggap mereka dapat menebak arti. Ini bisa menjadi salah faham ketika dalam situasi yang serius,contoh seperti mengikuti demonstrasi. Ada tiga karakteristik dalam bahasa Pidgin; 1) itu di gunakan dalam wilayah dan fungsi yang terbatas, 2) stuktur yang disederhanakan dari sumberbahasanya, 3)  mempunyai derajat yang rendah dan menarik sikap yang negatif. Terutama dari orang luar. Pidgin sering mempunyai waktu yang pendek. Jika mereka berkembang untuk fungsi yang terbatas, pidjin akan menghilang seiring dengan fungsi yang menghilang. Di vietnam, sebuah pidgin bahasa inggris berkembang untuk digunakan diantara pasukan amerika dan vietnam., tetapi itu kemudian mati dengan sendirinya. Sebuah pidgin biasanya menghilang ketika perdagangan diantara kelompok sudah tidak ada lagi. Selain itu jika perdagangan berkembang , kemudian komunikasi pun umumnya akan menuju ke salah satu sisi pembelajaran bahasa lainnya, jadi perlu untuk menggunakan bahasa pidgin yang menghilang. Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan pidgin adalah variasi bahasa yang tidak memiliki pentur asli, yang bercirikan penyederhanaan (simplification), dan lazimnya mengalami penyederhanaan dalam tata bahasa dan kosakata.

B.    Hakikat Bahasa Kreol
Kreol adalah keturunan dari bahasa pigdin yang menjadi bahasa ibu bagi sekelompok orang yang berasal dari latar belakang yang berbeda-beda. Sebagian besar bahasa kreol ini berakar dari bahasa-bahasa Indo-Eropa sebagai bahasa dasarnya. Seperti Kreol Arab (Arab Juba), Kreol Inggris (tok pisin), Kreol Meksiko, Kreol Prancis (Kreol Haiti), Kreol Melayu (Melayu Ambon, Melayu Betawi, Melayu Ternate, Melayu Banda, Melayu Manado, Melayu Kupang, Melayu Larantuka, Bahasa Indonesia Peranakan), Kreol Spanyol (Palengquero), Kreol Portugis (Papiamento).
Kreol merupakan sebuah pidgin yang membutuhkan penutur asli.[15] Kreol dipelajari oleh anak-anak sebagaimana bahasa pertama mereka dan digunakan dalam ranah yang luas untuk berkomunikasi. bahasa Kreol muncul ketika pidgin menjadi bahasa ibu pada suatu komunitas tertentu. Wardhaugh berpendapat bahwa kreol adalah bagian dari bahasa pidgin yang telah dipakai dari waktu ke waktu dari satu generasi ke generasi berikutnya.[16] Bahasa kreol muncul ketika bahasa pidgin menjadi bahasa ibu dari sebuah generasi baru anak-anak.
Sebagai contoh ketika seorang pria dan seorang wanita yang memiliki bahasa yang berbeda menikah, keduanya tahu bahasa pidgin yang digunakan untuk berkomunikasi yang mengabungkan bahasa antar pasangannya. Pidgin kemudian menjadi bahasa rumah yang digunakan bersama dan menjadi  bahasa ibu anak-anak mereka, sehingga jika ini dilakukan dari turun-temurun maka tidak menutup kemungkinan penggunaanya akan meluas dan berubah fungsi menjadi bahasa kreol
Karena dampak status mereka sebagai bahasa pertama, terdapat beberapa perbedaan bahasa kreol dan bahasa pidgin yang bisa kita pahami melalui perbedaan fungsi struktur bahasanya. Menurut Holmes, kreol merupakan sebuah pidgin yang telah diperluas dalam struktur dan kosakata untuk dapat mengungkapkan deretan arti dan menyajikan barisan fungsi yang dibutuhkan sebagai bahasa pertama.[17] Kreol memiliki penutur lebih banyak dibanding pidgin. Karena kreol berkembang melalui anak-cucunya, dan pidgin hanya merupakan bahasa aslinya. Ketika seseorang menyebut suatu bahasa itu kreol, maka seharusnya terlebih dahulu bahasa tersebut telah terbukti secara historis tentang asal-usulnya. Karena dalam menentukan kreol atau tidaknya, historis suatu bahasa memiliki peranan yang sangat penting dan memiliki keterkaitan yang sangat erat. Sebagai contoh perubahan bahasa pidgin ke kreol bisa kita pahami dari bahasa Tok Pisin. Tok Pisin (yang digunakan untuk mengilustrasikan beberapa tampilan pidgin) merupakan satu contoh yang jelas sebuah pidgin yang telah berkembang menjadi sebuah bahasa kreol. Hal tersebut diartikan bahwa Tok Pisan bahasa resmi negara Papua Nugini merupakan sebuah bahasa kreol yang yang awal mulanya hanya digunakan untuk saling memahami komunikasi pendatang atau pedagang dari negara lain, berkembang mulai dari bahasa pidgin menjadi bahasa kreol karena dipelajari sebagai bahasa pertama oleh sebagian besar penutur disana, dan telah berkembang menurut kebutuhan bahasa mereka.

C.    Perubahan Bahasa Pidgin ke Bahasa Kreol
Bahasa kreol berkembang melalui bahasa pidgin, dimana terdapat beberapa perubahan terkait penggunaan kosakata dan strukturnya dalam proses berbahasa, ada dua bagian penting yang perlu dipahami dalam perubahan dan penggunan bahasa kreol dari bahasa pidgin, bagian tersebut meliputi bentuk struktur dan fungsi dari bahasa pidgin dan kreol.
a.    Bentuk Struktur
Kreol Australia Roper River[18]

1
2
3
4
im megim ginu
im bin megim ginu
im megimbad ginu
im bin megimbad ginu
he makes a canoe
he made a canoe
he is making a canoe
he was a making a canoe
(present tense)
(past tense)
(present continuous)
(past continuous)

 
 





Kompleksitas linguistik bahasa kreol seringkali tidak dihargai oleh orang di luar mereka. Jika dalam bahasa pidgin tidak memiliki imbuhan untuk menandai makna sebagaimana kala/waktu pada kata kerja atau bilangan pada kata benda, bahas kreol melakukan pengembangan secara sistematis yang menandai pemaknaan seperti kata kerja untuk menunjukkan kala/waktu, dan juga mengembagkan infleksi atau pengimbuhan. Melalui perbandingan kalimat-kalimat yang berbeda dari Kreol Roper River (yang juga dikenal sebagai kreol Australia) dalam contoh diatas, kita dapat melihat bagaimana bentuk past tense dan continuous diungkapkan.
Past tense ditandai oleh partikel bin, sementara aspek progresif ditandai oleh akhiran –bad yang dilekatkan pada kata kerja. Sebuah contoh, Tok Pisin dapat mengilustrasikan proses bagaimana sebuah bahasa kreol mengembangkan sistematikanya secara tepat yang dapat diungkapkan melalui penambahan arti ketika permintaan dibuat suatu bahasa oleh para penutur.

(a)       baimbai yu go                you will go
(b)       bambai yu go                 you will go
(c)       bai yu go                        you will go
(d)       yu bai go                        you will go
(e)       yu bi go                          you will go
 
Tok Pisin pada tahapan yang berbeda[19]

           


Ini digambarkan dalam kalimat (a) baimbai yu go. Ketika pidgin berkembang menjadi kreol, kata keterangan secara bertahap diperpendek menjadi bambai atau bai sebagaimana di (b) dan (c). Kalimat (d) mengilustrasikan sebuah posisi alternatif digunakannya bai, sementara (e) menunjukkan bagaimana hal itu dilekatkan ke kata kerja sebagai awalan beraturan yang menandai kala/waktu akan datang. Arti/makna itu diungkapkan dengan lebih tepat, tetapi juga meniadakan –a.
Bahasa Pidgin menjadi lebih terstruktur beraturan ketika mereka mengalami kreolisasi, sebuah proses pidgin menjadi kreol. Data pada tabel bentuk-bentuk Tok Pisin mengilustrasikan sebuah strategi bahasa yang membuat keteraturan struktur kata-kata yang berhubungan dengan arti, dan juga membuat bentuk-bentuk lebih mudah untuk dipelajari dan dipahami, seperti contoh dibawah ini.
Tok Pisin forms [20]

Tok Pisin      English         Tok Pisin                  English
bik                   big, large        bikim                          to enlarge, make large
brait                wide               braitim                        to make wide, widen
daun               low                 daunim                      to lower
nogut              bad                nogutim                     to spoil, damage
pret                 afraid              pretim                         to frighten, scare

 
 







Hubungan makna antara kata-kata di kolom pertama dan kolom ketiga secara tepat sama dan ini direfleksikan dalam bentuk kreol, tetapi bebeda dalam bahasa Inggris. Maka, ketika kita mengenali pola ini dimungkinkan untuk dapat membuat pola kata-kata baru dalam bahasa kreol, dan kita dapat menebak terjemahan bahasa Inggrisnya. Bila kita tahu kata Tok Pisin ’hot’ adalah hat, kita dapat memprediksi bahwa kata yang bermakna ’to make hot’ atau ’to heat’ akan menjadi hatim.
b.    Fungsi
Sebagai alternatif, bahasa pidgin bisa menjadi lingua franca yang sangat bermanfaat karena dapat digunakan oleh orang yang memiliki perbedaab berbahasa dengan suku-suku yang berbeda. Dalam komunitas bahasa multilingual, para orang tua bisa saja menggunakan sebuah bahasa pidgin secara umum dan sepanjang hari, bisa itu di pasar, di gereja, di kantor-kantor dan di angkutan umum yang juga dapat dijadikan sebagai bahasa sehari-hari yang digunakan di rumah. Dalam kasus ini, anak-anak sering membutuhkan bahasa tersebut sebagai bahasa pertama mereka dan ini akan berkembang menjadi sebuah bahasa kreol.
Ketika sebuah kreol berkembang, ini dapat digunakan untuk semua fungsi bahasa, politik, pendidikan, administrasi, dan keaslian sastra. Seperti bahasa Tok Pisin, bahasa pertama yang banyak digunakan anak-anak di Papua Nugini. Tok Pisin seringkali digunakan sebagai bahasa perdebatan di Parlemen Papua Nugini, dan ini digunakan tiga tahun pertama pendidikan di banyak sekolah. Sehingga akhirnya bahasa Tol Pisan menjadi bahasa resmi negara tersebut. Bahasa kreol telah menjadi standar yang diterima dan bahkan menjadi bahasa nasional dan resmi, ketika bahasa itu sudah digunakan dan memiliki tataran linguistik yang diterima keseluruhan dari kelompok masyarakat disuatu wilayah atau negara. Namun, ketika perkembangan bahasa itu tidak ada bukti pada struktur tataran linguistik, maka hal tersebut mengungkapkan keaslian bahasa tersebut kedalam bahasa pidgin. Hal ini didukung oleh pendapat Crystal bahwa pidgin adalah sistem komunikasi yang telah tumbuh di kalangan orang-orang yang tidak berbagi bahasa yang sama, biasanya karena alasan perdagangan dan bahasanya memiliki kosakata yang terbatas, struktur gramatikal yang kurang.[21] Sehingga perubahan bahasa pidgin kedalam bahasa kreol merupakan perubahan yang menitik beratkan kepada jumlah pengunan dari bahasa tersebut dan juga memperhatikan sistem tataran linguistik dari bahasa tersebut.






BAB III
PENUTUP


A.   Kesimpulan

Salah satu dari ciri bahasa tersebut adalah bersifat dinamis, dimana bahasa selalu berkembang dan berubah seiring dangan perkembangan zaman dan penuturnya, sehingga dalam perubahan dan perkembangan tersebut akan ditemui beberapa istilah seperti bahasa pidgin dan bahasa kreol. Pidgin adalah sebuah bahasa pertama yang berkembang sebagai suatu alat komunikasi antar dua kelompok atau lebih. Sedangkan kreol adalah muncul ketika pidgin menjadi bahasa ibu pada suatu komunitas tertentu. Strukturnya masih menggambarkan struktur pigin, tetapi masih disebut kreol, karena masih menjadi bahasa ibu mereka.

Pidgin bisa menjadi kreol ketika adanya penutur asing dan digunakan oleh keturunannya yang kemudian dibekukan sebagai bahasa pertama mereka. Bahasa ini dikatakan kreol apabila bahasa pidgin itu telah berlangsung secara turun-temurun. Kreol memiliki penutur lebih banyak dibanding pidgin. Karena kreol berkembang melalui anak-cucunya, dan pidgin hanya merupakan bahasa aslinya. Ketika seseorang menyebut suatu bahasa itu kreol, maka seharusnya terlebih dahulu bahasa tersebut telah terbukti secara historis tentang asal-usulnya.


DAFTAR PUSTAKA


Brown, S. & Attardo, S. 2000. Understanding Language Structure, Interaction, and Variation. An Introduction to Applied Linguistics and Sociolinguistics for Nonspecialists. Michigan: The University of Michigan Press.

Crystal, David. The Cambridge Encyclopedia of the English Language.     
             Cambridge: Cambridge University Press. 2003.
Holmes, J. 2013. An Introduction to Sociolinguistic, Fourth EditionNew York: Routledge.

Siegel, Jeff. Sociolinguistics and Language Education. Nancy H. 
              Hornberger and Sandra Lee McKay ed. UK: Short Run Press Ltd.
              2010

Sumarsono. 2007. Sosiolinguistik. Yogyakarta: Sabda dan Pustaka Pelajar.

Wardhaugh, Ronald. 2006. An Introduction to Sociolinguistics. New York: Basil Blackwell Inc.

________________. An Introduction to Sociolinguistics. New York: Basil
            
             Blackwell. 2010.

Wardhaugh, R and M. Fuller, J. 2015.  An Introduction to Sociolinguistic, Seventh Edition. . United Kingdom: Basil Blackwell Inc.


Bamus Besar Bahasa Indonersia. Edisi 4. 2008

Guido “Jejak Portugis di Kampung Tugu” http://travel.kompas.com/read/2015/10/22/100329527/Jejak.Portugis.di.Kampung.Tugu (diakses 21 Maret 2016, pukul 12.25 WIB)




[1] Jeff Siegel. Sociolinguistics and Language Education. Nancy H. Hornberger and
Sandra Lee McKay ed.  (UK: Short Run Press Ltd., 2010), h. 232.
[2] Guido “Jejak Portugis di Kampung Tugu” http://travel.kompas.com/read/2015/10/22/100329527/Jejak.Portugis.di.Kampung.Tugu (diakses 21 Maret 2016, pukul 12.25 WIB)
[3]  Ronald Wardaugh and Janet  M. Fuller.  An Introduction to Sociolinguistic, Seventh
   Edition. (United Kingdom: Basil Blackwell Inc, 2015), hlm. 117
[4]  Janet Holmes. An Introduction to Sociolinguistic, Fourth Edition. (New York: Routledge,
   2013), hlm. 85
[5]  Brown, S. & Attardo, S. Understanding Language Structure, Interaction, and Variation.  
  An Introduction to Applied Linguistics and Sociolinguistics for Nonspecialists. (Michigan:  
  The University of Michigan Press, 2000), hlm. 114-117
[6]  Wardhaugh, Ronald. An Introduction to Sociolinguistics (New York: Basil Blackwell Inc, 2006), hlm. 80
[7]  Kamus Besar Bahasa Indonesia (edisi 4:2008).
[8] Holmes. Op.,cit. hlm. 86
[9] Wardaugh and Fuller. Op.,cit. hlm. 117
[10] Holmes. Op.,cit. hlm. 86
[11] Ibid.,hlm. 86
[12]  Wardaugh and Fuller. Op.,cit. hlm. 123
[13] Ibid.,hlm. 120
[14]  Holmes. Op.,cit. hlm. 87
[15]  Janet Holmes. An Introduction to Sociolinguistic, Fourth Edition. (New York:   
    Routledge, 2013), h. 90
[16]  Ronald Wardhaughh. An Introduction to Sociolinguistics. (New York: Basil Blackwell.          2010), h.59
[17]  Janet Holmes. An Introduction to Sociolinguistic, Fourth Edition. (New York:  
    Routledge,   2013), h. 90
[18] Janet Holmes. An Introduction to Sociolinguistic, Fourth Edition. (New York: Routledge,   
    2013), h. 90.
[19]  Ibid., h. 91.
[20] Ibid., h. 92.
[21] David Crystal. The Cambridge Encyclopedia of the English Language. (Cambridge:  Cambridge University Press. 2003). h. 346.
   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar