Rabu, 28 Oktober 2015

Hakikat Penelitian, Metode Ilmiah & Paradigma Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Metode Gabungan



I.    PENDAHULUAN

Makalah ini akan mengurai dan mengelaborasi tentang 3 isu krusial dan fundamental dalam dunia penelitian ilmiah(scientific research) baik dalam bidang disiplin ilmu-ilmu alam (natural sciences) maupun ilmu-ilmu sosial-humaniora (social sciences) khususnyapenelitian di bidang bahasa (pengajaran, sastra, maupun linguistik terapan).Tiga isu krusial tersebut adalah ‘Hakikat Penelitian’, ‘Metode Ilmiah’&‘Paradigma Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Metode Gabungan’. Pembahasan tiga isu krusial dan penting tersebut menjadi entry point yang akan mengantarkan kita pada pembahasan lebih mendalam dan detil tentang seluk-beluk dunia penelitian ilmiah, mulai dari level paradigmatik-teoretis hingga tehnis-prosedural.

Pemahaman tentang hakikat penelitian misalnya, akan membekali peneliti tentang pengetahuan dasar dan fundamental (fundamental knowledge) dan menyadari arti penting mengapa harus meneliti tentang area tertentu,  azas-azas yang mesti dipatuhi dan hal-hal apa yang saja yang mesti dihindari. Pemahaman tentang metode ilmiah akan memandu kita sebagai peneliti tingkat lanjut (advanced researchers) untuk mengoperasionalkan prosedur-prosedur penelitian secara disiplin dan ketat untuk mendapatkan hasil penelitian yang obyektif, orisinal, dan bebas bias (zero bias).

Sementara pemahaman tentang Paradigma Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Metode Gabungan’ akan memberikan pencerahan tentang perbedaan filosofi yang mendasarinya, prosedur, tehnik pengumpulan dan analisis data serta penarikan kesimpulan (inference), sertapergulatan masing-masing paradigma dalam kehidupan praksis penelitian. Pada bagian ini pula akansedikit disinggung ikhwal dialektika pro-kontra tentang pendekatan mana yang paling compatible (cocok) dalam penelitian bahasa.

Bagian penutup menyuguhkan beberapa kesimpulan dan rekomendasi terkait ketiga isu penting tersebut serta diskusi lanjutan yang lebih mendalam terkait aspek-aspek penting yang relevan.


II. PEMBAHASAN

Bagian pembahasan ini berusaha menjabarkan tentang hakikat penelitian, metode ilmiah, paradigma penelitian kuantitatif, kualitatif, dan metode gabungan.

2.1. Hakikat Penelitian

Secara etimologis istilah penelitian menemukan padanannya dalam kata ‘research’(Bahasa Inggris) yang bermakna mencari atau pencarian kembali.Mencari yang belum diketahui sebelumnya (searching for the unknown), atau menguji kebenaran hasil pencarian sebelumnya.Sejumlah ahli seperti Creswell (2012), Emzir(2008), Bassey(1999), dan Kerlinger(1990) telah merumuskan makna tentang hakikat penelitian.

Creswell(2012, p. 3) misalnya,mendefinisikan penelitian sebagai suatu “proses dari langkah-langkah yang digunakan untuk mengumpulkan dan menganalisa informasi untuk menambah pemahaman dari suatu topik atau isu.”[1]Secara umum, menurutnya, penelitian terdiri dari tiga langkah: (1) menetapkan suatu pertanyaan; (2)mengumpulkan data untuk menjawab pertanyaan; dan (3) menghadirkan jawaban atas pertanyaan tersebut.

Ahli lain seperti Kerlinger(1990, p. 17), merumuskan penelitian sebagai “Penyelidikan sistematik, terkontrol, empiris dan kritis tentang fenomena sosial yang dibimbing oleh teori dan hipotesis tentang dugaan yang berhubungan dengan fenomena tersebut.” Senada dengan Kerlinger, Emzir  (2008, p. 3)memaknai penelitian sebagai “…suatu kegiatan atau proses sistematis untuk memecahkan masalah yang dilakukan dengan menerapkan metode ilmiah”.

Sementara Bassey (1999, p. 38) mengungkapkan bahwa penelitian merupakan "penyelidikan sistematis, kritis dan kritis terhadap diri sendiri yang bertujuan untuk berkontribusi pada kemajuan pengetahuan dan kebijaksanaan[2].

Dari uraian para ahli tersebut di atas bisa disimpulkan bahwa secara hakikat, penelitian merupakan suatu aktifitas yang dilakukan secara sadar, kritis, empiris dan sistematis untuk memecahkan masalah atau menguji suatu hipotesis dengan menerapkan metode ilmiahmelalui pengumpulan dan analisa data/informasi yang berkontribusi pada kemajuan ilmu pengetahuan, tehnologi dan peradaban umat manusia.

2.2.          Metode Ilmiah

Dalam melaksanakan penelitian, seorang peneliti harus menerapkan metode ilmiah.Tujuannya untuk mengkonstruksi fakta atau menguji hipotesis.Secara historis, istilah ‘metode ilmiah’digagas dan dikembangkan oleh dua ilmuwan besar: Rene Descartes (1596-1650) dan Francis Bacon (1561-1626).Dalam konteks perumusan metode penalaran ilmiah, keduanya memiliki perbedaan dalam hal prosedur berfikir.

Descartes yang berlatar belakang sebagai filosof dan matematikawan cenderung menggunakan metode penalaran deduktif atau top-down approach (dari umum/general ke khusus/partikular). Sementara Bacon yang berlatar belakang sebagai ahli dan praktisi hukum cenderung menggunakan metode penalaran induktif atau bottom-upapproach(dari khusus/partikular ke umum/general).Descartes memulai dengan premis atau statemen logika umum, sementara Bacon memulai dari pengamatan empirik[3].

Kedua tokoh tersebut yang menginspirasi ilmuwan sesudahnya untuk memformulasi dan mengembangkanmetode ilmiah.Leedy & Ormrod(2001)menekankan bahwa dalam menerapkan metode ilmiah, para peneliti seharusnya melakukan langkah-langkah berikut:
• Mengidentifikasi masalah yang mendefinisikan tujuan penelitian
• Membuat prediksi dan jika dikonfirmasi, menyelesaikan masalah
Mengumpulkan data yang relevan dengan prediksi ini
• Menganalisis dan menafsirkan data untuk melihat apakah itu mendukungprediksi dan menyelesaikan pertanyaan yang diprakarsai penelitian atau tidak.

Metode ilmiah adalah proses yang teratur yang melibatkan sejumlah langkah: definisi masalah, perumusan hipotesis, pengumpulan data, analisis datadan pernyataan kesimpulan tentang konfirmasi atau diskonfirmasidari hipotesis. (Gay, Mills, &Airasian, 2009, p. 5) 
 
Secara lebih detail, Creswell(2012, p. 57-265) merinci langkah-langkah dalam proses penelitian yakni:
·         Mengidentifikasi masalah penelitian
·         Meninjau literatur
·         Menentukan tujuan dan pertanyaan penelitian atau hipotesis
·         Mengumpulkan data kuantitatif
·         Menganalisis dan menafsirkan data kuantitatif
·         Mengumpulkan data kualitatif
·         Menganalisis dan menafsirkan data kualitatif
·         Pelaporan dan evaluasi penelitian

Secara prosedural, tahapan-tahapan metode ilmiah menurut Emzir (2008) terdiri dari identifikasi masalah, review informasi, pengumpulan data, analisis data, dan penarikan kesimpulan.

Kendati demikian, Gay, Mills, &Airasian(2009)mencatat setidaknya ada tiga keterbatasan/kelemahan penerapan metode ilmiah.
 
Pertama, metode ilmiah tidak menjawab semua pertanyaan. Mereka mencontohkan, penerapan metode ilmiah tidak mampu menjawab  pertanyaan: “Haruskah kita melegalisasi euthanasia, kloning manusia, perkawinan sesame jenis?” (p. 5). Jawaban atas pertanyaan seperti ini amat dipengaruhi oleh pandangan hidup, norma dan nilai masing-masing individu.  

Kedua, penerapan metode ilmiah tidak pernah dapat memotret kekayaan yang amat luar biasa pada diri seseorang maupun alam hanya lewat suatu studi. Metode ilmiah sejatinya hanya mampu mengungkapkan versi sederhana dari realitas.

Ketiga, instrumen pengukuran selalu memiliki beberapa derajat error (kesalahan). Dalam pandangan mereka, variabel yang kita teliti selalu mewakili perilaku riil yang kita lihat dan kita amati. Mereka mencontohkan saat kita menggunakan tes pilihan ganda yang disusun dengan amat tepat dan cermat untuk menilai nilai seseorang, kita cenderung mengumpulkan informasi yang memberikan kita gambaran tentang keyakinan sesirang terhadap nilai-nilai yang dianutnya. Bagaimana pun, menurut ketiganya, kita tidak pernah  mendapat gambaran yang cukup tentang bagaimana seseorang itu bertindak yang menjadi refleksi bagi nilai riil seseorang.
 
 
Dari paparan di atas, bisa disimpulkan bahwa metode ilmiah adalah suatu carauntuk menyelidiki suatu masalah/fakta/fenomena, guna memperoleh pengetahuan baru atau menguji pengetahuan yang sudah ada (existing knowledge) atau mengoreksi dan mengintegrasikan pengetahuan sebelumnya. Kendati demikian, penerapan metode ilmiah memiliki kelemahan mendasar sebagaimana disinyalir oleh Gay, Mills, & Airasian(2009), terutama dalam hal ketidakmampuannya dalam menjawab semua pertanyaan yang berhubungan dengan nilai, norma dan pandangan hidup seseorang, kelemahannya dalam mengeksplorasi dan menggambarkan realitas secara utuh, dan memiliki derajat error atau bias. 
 
2.3.    Paradigma Penelitian
Bagian ini mendiskusikan tentang paradigma yang berkembang di dunia penelitian yakni paradigmapenelitian kuantitatif, paradigm penelitian kualitatif dan metode gabungan (mixed method). Paradigma penelitian tersebut terkait dengan cara berfikir.
Paradigma adalah model berfikir logis untuk meraih kesimpulan.Model berfikir logis bisa berlangsung secara deduktif maupun induktif.Model berfikir deduktif dikenal sebagai pendekatan kuantitatif, sementara model berfikir induktif dikenal sebagai pendekatan kualitatif.Penggabungan kedua metode berfikir deduktif dan induktif disebut sebagai metode penelitian gabungan. Secara lebih detil akan dijelaskan lebih lanjut pada beberapa sub bagian berikut.

2.3.1.   Paradigma Penelitian Kuantitatif
Paradigma penelitian kuantitatif adalah model berfikir deduktif dengan melakukan pengumpulan dan analisis data numerik (angka-angka) untuk menggambarkan, menjelaskan, memprediksi atau mengontrol fenomena.(Gay, Mills, & Airasian,2009). Kendati demikian, menurut mereka,  penelitian kuantitatif tidak sekedar data numerik. Sejak awal penelitian, para peneliti kuantitatif menyatakan hipotesis untuk diselidiki dan menetapkan prosedur penelitian yang akan digunakan. Para peneliti kuantitatif juga mengendalikan faktor-faktor kontekstual yang bisa mengintervensi data. Tidak sedikit dari mereka yang interaksi personal dengan partisipan karena mereka kerap hanya mengumpulkan data dengan menggunakan kertas dan pensil: instrument yang tidak interaktif.

Creswell (2012, p. 13) menyebutkan sejumlahkarakteristik penelitian kuantitatif.
-        Menggambarkan sebuah masalah penelitian melalui deskripsi kecenderungan (trends)atau kebutuhan untuk ekplanasi hubungan antar variabel. 
-        Menyediakan peran besar bagi kajian pustaka yang mendorong lahirnya  pertanyaan penelitian dan menjelaskan arah studi (tujuan dan pertanyaan penelitian atau hipotesis).
-        Menciptakan tujuan, pertanyaan penelitian dan hiptesis yang spesifik, sempit, terukur dan bisa diamati (observable).
-        Mengumpulkan data numerik dan tanggapan dari sejumlah daftar orang yang menggunakan instrumen yang sudah disusun sebelumnya.
-        Menganalisa kecenderungan,  membandingkan kelompok atau mengaitkan variabel dengan menggunakan analisis statistic dan menafsirkan hasilnua dengan membandingkan mereka prediksi awal penelitian sebelumnya.
-        Menulis laporan penelitian dengan menggunakan struktur dan kriteria evaluasi yang standard an mengambil sebuah pendekatan yang tidak obyektif dan tidak bias. 

Lebih lanjut Creswell menjelaskan, dalam penelitian kuantitatif peneliti mengidentifikasi suatu masalah penelitian berdasarkan kecenderungan di lapangan  atau sesuai keperluan untuk menjelaskan mengapa sesuatu terjadi. Menggambarkan  kecenderungan artinya bahwa masalah penelitian dapat dijawab dengan baik lewat sebuah penelitian yang peneliti dapatkan di masyarakat.Contohnya anda bisa mempelajari bagaimana pemilih menggambarkan tingkah lakunya terhadap issue-issue obligasi. Hasil dari penelitian ini dapat menginformasikan bagaimana populasi yang besar memandang sebuah issu dan berbagai perbedaancara pandangnya.

Namun demikian, beberapa masalah dalam penelitian kuantitatif memerlukan penjelasan bagaimana sebuah variabel berpengaruh terhadap  variabel lainnya.

2.3.2.   Paradigma Penelitian Kualitatif
Penelitiankualitatif adalah “pengumpulan, analisis dan penafsiran terhadap data visual dan naratif (non-numerik/angka-angka) secara keseluruhan dengan mendapatkan pandangan terhadap fenomena tertentu” (Gay, Mills, & Airasian,2009, p. 7).

Mereka mengungkapkan bahwa pendekatan penelitian kualitatif berdasarkan pada perbedaan keyakinan dan dirancang untuk kepentingan yang berbeda dari penelitian kuantitatif.Sebagai contoh, para peniliti tidak harus menerima pandangan dunia yang stabil, koheren dan seragam. Mereka berpendapat bahwa semua makna ada pada situasi, perspektif  dan konteks tertentu, karena orang atau kelompok yang berbeda memiliki perspektif dan konteks yang berbeda pula.  Dunia memiliki banyak makna yang berbeda , tidak ada yang satu lebih valid dari yang lainnya (p. 7).

Para peneliti dengan menggunakan pendekatan kualitatif, menurut  Gay, Mills, & Airasian(2009, p. 7),cenderung menghindari menyatakan hipotesis sebelum data dikumpulkan dan mereka bisa mengamati fenomena tertentu tanpa pernyataan yang terpandu tentang benar tidaknya suatu fenomena.


Creswell (2012, p. 16) menjelaskan karakteristik penelitian kualitatif pada setiap tahapan proses penelitian:
-        Mengekplorasi suatu masalah dan mengembangkan pemahaman yang detil terhadap fenomena sentral.
-        Tinjauan literatur  memiliki peran kecil tetapi membenarkan suatu masalah.
-        Menyatakan tujuan dan pertanyaan penelitian dengan  cara yang umum dan luas sesuai pengalaman partisipan.
-        Mengumpulkan data berdasarkan kata-kata dari sejumlah individu   atau pandangan partisipan.
-        Menganalisa data untuk deskripsi dengan menggunakan analisis teks dan menginterpretasi makna yang lebih luas dari temuan hasi penelitian.
-        Menulis laporan dengan menggunakan struktur yang fleksibel, kriteria evaluatif dan melibatkan refleksi dan bias subyektif sang peneliti.


2.3.3.   Metode Gabungan (Mixed Method)

Creswell (2012, p. 16) mengungkapkan bahwa metode gabungan adalah “menggabungkan kedua jenis data baik data kuantitatif (data yang dapat dihitung) dan data kualitatif (teks dan gambar).Argumen inti dari desain metode gabungan adalah  bahwa kombinasi dari kedua bentuk data akan menghadirkan pemahaman yang lebih baik terhadap masalah penelitiaan daripada hanya data kuantitatif atau data kualitatif saja.

Lebih lanjut Creswel menjelaskan bahwa dalam metode gabungan, prosedur untuk mengumpulkan, menganalisa dan menggabungkan data kuantitatif dan kualitatif dalam suatu studi atau seri studi multi fase.  Dalam proses ini, peneliti memberikan penekanan bahwa setiap bentuk data yang akan dianalisis, harus terlebih dahulu menggunakan teori-teori untuk memandu studi.


III.    PENUTUP
Pemaparan tentang Hakikat Penelitian, Metode Ilmiah &Paradigma Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, & Metode Gabungan sangat penting untuk diketahui oleh para peneliti untuk mendapatkan gambaran yang utuh tentang seluk-beluk dunia penelitian.

Pemahaman yang mendalam dan detil tentang isu-isu krusial dan fundamental dalam dunia penelitian tersebut akan sangat membantu para peneliti (baik kuantitatif, kualitatif, maupun gabungan) untuk memutuskan pendekatan penelitian mana yang cocok (compatible) untuk dipilih. Karena masing-masing pendekatan memiliki keunggulan dan kelemahan.

Kesadaran bahwa metode ilmiah memiliki kelemahan dalam menyelidiki suatu masalah/fakta/fenomena, maka peneliti mesti menyadari dan terbuka untuk diuji kembali.Hal ini semata-mata untuk meningkatkan spirit dan etos ilmiah, yang pada gilirannya untuk perkembangan ilmu pengetahuan itu sendiri. Karena hakikat dari kegiatan ilmiah adalah  untukmemperoleh pengetahuan baru atau menguji pengetahuan yang sudah ada (existing knowledge) atau mengoreksi dan mengintegrasikan pengetahuan sebelumnya.
Beberapa hal yang patut disadari bahwa metode penelitian illmiah, sebagaimana diingatkan oleh Gay, Mills, & Airasian(2009), bahwapenerapan metode ilmiah memiliki kelemahan mendasar sebagaimana terutama dalam hal ketidakmampuannya dalam menjawab semua pertanyaan yang berhubungan dengan nilai, norma dan pandangan hidup seseorang, kelemahannya dalam mengeksplorasi dan menggambarkan realitas secara utuh, dan memiliki derajat error atau bias subyektif. Wallahu ‘a’lam bishshawab.
Daftar Pustaka
Bassey, M. (1999).Case study research in educational settings.Buckingham: Open University Press.
Brannigan, A. (1981).The social basis of scientific discoveries. Cambridge: Cambridge University Press.
Creswell, J. W. (2012). Educational research: Planning, conducting, and evaluating quantitative and qualitative research 4th edition. Boston: Pearson Education
Leedy, P. D., & Ormrod, J. E. (2001).Practical research: Planning and design (7th ed.). Upper Saddle River, NJ: Prentice Hall.
Kerlinger,  F. N. & Lee, H. B. (2000). Foundations of behavioral research, 4th Edition.San Diego, CA: Harcourt College Publishers.
Emzir. (2008). Metodologi penelitian pendidikan: Kuantitatif & kualitatif. Jakarta: Rajawali Press.
Gay, L. R., Mills, G. E., &Airasian, P. W. (2009).Educational research: Competencies for analysis and application, 10th Edition. Boston: Pearson Education.




[1] Dalam bukunya bertajuk  Educational research: Planning, conducting, and evaluating quantitative and qualitative research”, Creswell  (2012, p.3) mendefinisikan penelitiansebagai “..a process of steps used to collect and analyze information to increase our understanding of a topic or issue. Menurutnya, pada umumnya  penelitian terdiri dari tiga langkah yakni:(1) Pose a question; (2) Collect data to answer the question; (3) Present an answer to the question. 

[2] Lihat Bassey (1999) dalam “Case study research in educational settings”.Buckingham: Open
University Press.

[3] Penjelasan lebih detil terkait perbedaan metode penalaran ilmiah antara keduanya bisa dibaca dalam Brannigan, A. (1981). The social basis of scientific discoveries. Cambridge: Cambridge University Press.