Minggu, 07 Agustus 2016

PENGANTAR PSIKOLINGUISTIK

BAB I

PENDAHULUAN




A.   Latar Belakang Masalah

Bahasa merupakan bagian terpenting dari aspek kehidupan, terutama kita sebagai manusia. Dalam kehidupan sehari-hari, manusia pasti menggunakan bahasa untuk mengungkapkan apa yang ada dalam hati maupun pikirannya kepada orang lain. Dalam penyampaiannya, manusia melewati beberapa proses dari sebuah pemikiran menjadi sebuah bahasa yang diungkapkan. Termasuk dalam proses tersebut yaitu pemerolehan bahasa, pengolahan bahasa dalam otak, penyampaian bahasa, dan lain sebagainya. Jika dilihat dari aspek psikologi, bahasa sangat berhubungan dengan kondisi psikis seseorang. Akan sangat berbeda bahasa yang digunakan orang yang sedang senang hati dengan orang yang sedang marah atau sedih, orang yang sedang sakit dengan orang yang sehat, orang yang dalam kondisi lelah dan orang yang berada dalam kondisi bugar, kesemuanya pasti akan berbeda.

Dari segi pemerolehan bahasa, orang yang sejak kecil di didik menggunakan bahasa ibu dengan baik dan benar, akan terbiasa menggunakan bahasa yang baik dan benar pula, berbanding terbalik dengan orang yang sejak kecil tidak di didik untuk menggunakan bahasa dengan baik dan benar, maka ia tidak akan terbiasa menggunakannya. Artinya kegiatan berbahasa itu berkaitan juga dalam proses atau kegiatan mental (otak). Oleh karena itu, dalam kaitannya dengan pembelajaran bahasa, studi linguistik perlu dilengkapi dengan studi psikologi. Inilah yang lazim disebut dengan psikolinguistik. Dalam makalah ini akan dipaparkan tentang pengertian bahasa, psikolinguistik, aspek-aspek psikolinguistik, dan perkembangan psikolinguistik.

B.   Tujuan Penulisan
Berdasarkan latar belakang masalah maka dapat dirumuskan tujuan penulisan makalah ini, sebagai berikut:
1.    Mendeskripsikan pengertian dan tujuan bahasa.
2.    Mendeskripsikan pengertian dan tujuan psikolinguistik.
3.    Mengklasifikasikan aspek-aspek psikolinguistik.
4.    Menjelaskan perkembangan psikolinguistik.
5.    Menjelaskan proses pemerolehan bahasa anak.


C.  Manfaat Penulisan
            Secara umum makalah ini dapat bermanfaat untuk para pemerhati pendidikan seperti, dosen, mahasiswa, guru, instruktur dan peneliti di bidang pendidikan. Sedangkan secara khusus, makalah ini diperuntukkan untuk mahasiswa S3 pendidikan bahasa agar mendapatkan pemahaman yang mendalam tentang: pengertian dan tujuan bahasa, pengertian dan tujuan psikolingistik, aspek-aspek psikolinguistik, evolusi psikolinguistik dan proses pemerolehan bahasa anak.




BAB II
PEMBAHASAN


A.   Hakikat Bahasa

1.    Pengertian Bahasa

Manusia adalah mahluk sosial, yang saling berinteraksi satu sama lain. Dalam proses interaksi mereka membutuhkan sebuah alat bantu untuk berkomunikasi yang disebut dengan bahasa. Bahasa merupakan alat bantu untuk berinteraksi dan berkomunikasi sehari-hari, baik mengunakan bahasa lisan maupun bahasa tulis. Bahasa adalah suatu sistem simbol-simbol vokal yang arbitrer sebagai sarana interaksi dan kerjasama antarmanusia.[1] Ini juga didukung oleh pendapat Suriasumantri yang mengemukakan bahwa bahasa merupakan alat komunikasi verbal yang dipakai dalam seluruh proses berpikir ilmiah dimana bahasa merupakan alat berpikir dan alat komunikasi untuk menyampaikan jalan pikiran tersebut kepada orang lain.[2] Berkomunikasi melalui lisan (dihasilkan oleh alat ucap manusia), yaitu dalam bentuk simbol bunyi, dimana setiap simbol bunyi memiliki ciri khas tersendiri. Suatu simbol bisa terdengar sama di telinga kita tapi memiliki makna yang sangat jauh berbeda. Misalnya kata ’sarang’ dalam bahasa Korea artinya cinta, sedangkan dalam bahasa Indonesia artinya kandang atau tempat. Sedangkan Tulisan adalah susunan dari simbol (huruf) yang dirangkai menjadi kata bermakna dan dituliskan.

Bahasa lisan dipandang jauh lebih ekspresif dibandingkan dengan bahasa tulisan, dimana dalam bahasa lisan terdapat mimik, intonasi, dan gerakan tubuh yang dapat bercampur menjadi satu untuk mendukung komunikasi yang dilakukan. Selain menggunakan bahasa lisan dan tertulis bahasa juga bisa disampikan mengunakan media berupa alat bunyi-bunyian, kentongan, lukisan, gambar, simbol, sebagai contoh bunyi kentongan memberi tanda bahaya, adanya asap menunjukkan bahaya kebakaran, alarm untuk tanda segera berkumpul, gambar peta yang menunjukkan jalan dll. Semua bentuk gagasan, ide, maupun maksud dari penutur disampaikan melalui bahasa.

Bahasa memiliki beberapa fungsi yang dapat dibedakan berdasarkan tujuan yang ingin disampikan oleh penggunanya, dalam hal ini adalah pembicara kepada pendengarnya, fungsi tersebut meliputi :
a)    Fungsi ekspresi
Per
nyataan senang, benci, kagum, marah, jengkel, sedih, kecewa, dapat diungkapkan dengan bahasa, meskipun tingkah laku, gerak-gerik, dan mimik juga berperan dalam pengungkapan ekspresi batin.
b)    Fungsi informasi
fungsi untuk menyampaikan pesan amanat kepada orang lain.
c)     Fungsi eksplorasi
Penggunaan bahasa untuk menjelaskan suatu hal, perkara, dan keadaan.
d)    Fungsi persuasi
Pengguanaan bahasa yang bersifat mempengaruhi atau mengajak orang lain untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu secara baik-baik.
e)    Fungsi hiburan entertainment     
Penggunaan bahasa dengan maksud menghibur, menyenangkan, atau memuaskan perasaan batin.

2.     Tujuan Bahasa
Mencermati keadaan dan perkembangan bahasa dewasa ini, semakin terasa betapa besar fungsi dan peran bahasa dalam kehidupan manusia. Tanpa bahasa kehidupan manusia terasa hampa dan tidak berarti. Melalui peran bahasa, manusia dapat menjadikan dirinya menjadi manusia berbudi pekerti, berilmu dan bermartabat tinggi. Perlu kita pahami bersama bahwa proses pemerolehan bahasa bukanlah proses yang sederhana, itu adalah proses yang sangat dinamis, aktif dan kompleks di mana ada beberapa bagian dan komponen yang terlibat.[3] Komponen utama yang terlibat dalam proses berbahasa adalah pembicara dan pendengar. Pembicara bisa disebut komponen yang berperan untuk memproduksi sebuah bahasa, dan pendengar adalah bagian komponen penerima bahasa. Tidak akan ada proses komunikasi yang melibatkan bahasa dapat berjalan secara memadai tanpa adanya dua komponen penting tersebut. Seperti fungsi dari tujuan komunikasi  yang digambarkan dalam diagram berikut[4]:
Pembicara
Pendengar
Encode
Bahasa
Pesan
Informasi
Decode
 









Berdasarkan diagram di atas, dalam penyampaian bahasa terdapat dua hal yang perlu dibedakan. Pertama dari segi pembicara yang memerlukan proses Encoding, proses tersebut merupakan proses membuat pesan yang sesuai dengan kode tertentu, dan kedua dari segi pendengar yang memerlukan proses decoding, dimana proses tersebut merupakan proses menggunakan kode untuk memaknai pesan atau informasi yang disampaikan. Selain dari proses encoding dan decoding di atas, pemahaman proses berkomunikasi atau berbahasa juga dipengaruh beberapa bagian kecil seperti :
a)    Suara, dari pesan harus dipisahkan dan diakui.
b)    Kata, harus diidentifikasi dan dihubungkan dengan maksud mereka.
c)    Struktur Gramatikal, dari pesan harus dianalisis dengan cukup untuk menetukan aturan main dari setiap kata.
d)    Hasil interpretasi, dari pesan harus dievaluasi dengan jelas dari pengalaman sebelumnya dan dengan konteks terbaru.[5]
Dalam proses tersebut bahasa yang diproduksi maupun bahasa yang diartikan harus sesuai maksud dan tujuan dari bahasa tersebut. Disini peran dari bidang ilmu Psikolinguistik sebagai proses dari sudut pandang fungsi bahasa, yang melandasi kemampuan manusia untuk berbicara dan memahami bahasa.


B.   Hakikat Psikolinguistik

1.    Pengertian Psikolinguistik
Secara etimologis, istilah Psikolinguistik berasal dari dua kata, yakni Psikologi dan Linguistik. Seperti kita ketahui kedua kata tersebut masing-masing merujuk pada nama sebuah disiplin ilmu. Secara umum, Psikologi sering didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari perilaku manusia dengan cara mengkaji hakikat stimulus, hakikat respon, dan hakikat proses‑proses pikiran sebelum stimulus atau respon itu terjadi. Pakar psikologi sekarang ini cenderung menganggap psikologi sebagai ilmu yang mengkaji proses berpikir manusia dan segala manifestasinya yang mengatur perilaku manusia itu. Tujuan mengkaji proses berpikir itu ialah untuk memahami, menjelaskan, dan meramalkan perilaku manusia.
Linguistik secara umum dan luas merupakan satu ilmu yang mengkaji bahasa. Bahasa dalam konteks linguistik dipandang sebagai sebuah sistem bunyi yang arbriter, konvensional, dan dipergunakan oleh manusia sebagai sarana komunikasi. Menurut Gleason dan Ratner linguistik adalah disipiln ilmu yang mendeskripsikan struktur dari bahasa, termasuk didalamnya tata bahasa, sistem bunyi, dan kosakata.[6] Hal ini berarti bahwa linguistik secara umum tidak mengaitkan bahasa dengan fenomena lain. Bahasa dipandang sebagai bahasa yang memiliki struktur yang khas dan unik. Munculnya ilmu yang bernama psikolinguistik tidak luput dari perkembangan kajian linguistik. Para linguistik, filsuf, psikolinguis telah lama menghargai bahwa bahasa merupakan sistem yang kompleks yang dapat dipertimbangakan pada beberapa tingkatan. Setiap bahasa manusia bisa dianalisis melalui beberapa istilah seperti Phonology (sistem suara), morphology (aturan dari formasi kata), lexicon (kosakata), syntax (aturan untuk mengabungkan kata kedalam bagian struktur gramatikal yang dapat diterima), semantics (konvensi dari pemerolehan maksud dari kata atau kalimat), dan Pragmatics (aturan untuk kesesuaian pengunanan sosial dan interpretasi dari konteks bahasa).[7] Beberapa istilah di atas biasa digunakan dalam anailis bahasa berdasarkan tujuan yang akan dianalisis, setiap kajian memiliki cara dan teknik analisis yang berbeda namun kaitannya tidak terlepas dari kajian linguistik yakni terkait tentang bahasa. 
Pada mulanya istilah yang digunakan untuk psikolinguistik adalah linguistic psychology (psikologi linguistik) dan ada pula yang menyebutnya sebagai psychology of language (psikologi bahasa). Kemudian sebagai hasil kerja sama yang lebih terarah dan sistematis, lahirlah satu ilmu baru yang kemudian disebut sebagai psikolinguistik (psycholinguistic). Psikolinguistik didasarkan pada prinsip umum dari psikologi sebagai ilmu perilaku individu manusia serta pada prinsip-prinsip umum linguistik sebagai ilmu bahasa yang dipelajari oleh manusia.
Psikolinguistik merupakan ilmu yang menguraikan proses‑proses psikologis yang terjadi apabila seseorang menghasilkan kalimat dan memahami kalimat yang didengarnya waktu berkomunikasi dan bagaimana kemampuan berbahasa itu diperoleh manusia.[8] Bidang Psikolinguistik atau psikologi bahasa adalah berhubungan dengan proses psikologi manusia dalam memperoleh dan menggunakan bahasa.[9] Sehingga dapat disimpulkan bahwa psikolinguistik adalah suatu ilmu yang meneliti bagaimana sebenarnya para pembicara atau pemakai suatu bahasa membentuk, membangun dan mengerti kalimat dalam suatu bahasa.

2.     Tujuan Psikolinguistik
Disiplin ilmu Psikolinguistik mencoba menguraikan proses-proses psikologi yang berlangsung jika seseorang mengucapkan kalimat-kalimat yang didengarkannya pada waktu berkomunikasi dan bagaimana kemampuan berbahasa itu diperoleh oleh manusia. Sehingga seorang psikolinguis mencoba untuk menemukan struktur dan proses yang melandasi kemampuan manusia untuk berbicara dan memahami bahasa. Psikolinguis tidak tertarik pada interaksi bahasa di antara para penutur bahasa, yang mereka kerjakan terutama ialah menggali apa yang terjadi ketika individu berbahasa. Menurut Gleason dan Ratner kajian Psikolinguistik membahas tiga masalah utama, yang meliputi:
a)    Sebuah pemahaman: bagaimana orang memahami bahasa lisan dan tertulis. Termasuk investigasi tentang bagaimana sinyal percakapan ditafsirkan oleh pendengar (speech perception), bagaimana maksud dari setiap kata ditentukan (lexical access), bagaimana struktur gramatikal dari sebuah kalimat dianalisis untuk diperoleh maksud dari bagian unit terbesar (sentence processing), dan bagaimana percakapan panjang atau teks secara tepat dirumuskan dan dievaluasi (discourse).
b)    Produksi ujaran: bagaimana orang menghasilkan bahasa. Kita belajar tentang kemungkinan alami tentang proses produksi ujaran dari kesalahan pembicara (speech errors) dan dari jeda dalam irama yang sedang berlangsung penghubungan pembicaran ( hesitation and pausal phenomena).
c)    Akuisisi: bagaimana orang belajar bahasa. Fokus utama dalam domain adalah tentang bagimana anak-anak memperoleh bahasa pertamanya (developmental psycholinguistics).[10]
Maka berdasarkan pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa tujuan psikolinguistik adalah mencari satu teori bahasa yang secara linguistik bisa diterima dan secara psikologi dapat menerangkan hakekat bahasa dan pemerolehannya. Dengan kata lain psikolinguistik mencoba menerangkan hakekat struktur bahasa dan bagaimana struktur itu diperoleh, digunakan pada waktu bertutur dan pada waktu memahami kalimat-kalimat peneturan itu.

C.   ASPEK PSIKOLINGUISTIK

            Psikolinguistik merupakan ilmu yang menelaah bagaimana otak manusia memproduksi   bahasa, dengan melihat cakupannya seperti: menurut Clark & Clark, 1977; Tanenhaus, 1989 dalam buku An Introduction to Psycholinguistics, (Gleason, et.al:1998) menyatakan bahwa secara konvensional psikolinguistik membicarakan tiga hal yaitu:
1)              Pemahaman Comprehension: Bagaimana orang memahami bahasa lisan dan tertulis. Ini adalah area yang luas dalam penelitian terhadap proses pemahaman di banyak tingkatan, termasuk penelitian tentang bagaimana sinyal ujaran ditafsirkan oleh pendengar (persepsi ujaran speech perseption), bagaimana makna dari kata-kata yang menentukan (akses leksikal lexical access), bagaimana struktur gramatikal kalimat dianalisa untuk mendapatkan kesatuan kata yang lebih besar makna (proses pembuatan kalimat sentence processing), dan bagaimana secara tepat percakapan atau teks dirumuskan dan dievaluasi (wacana discourse). Penyelidikan tentang pemahaman comprehension  dengan menyelidiki bagaimana bahasa tertulis diproses juga merupakan domain penelitian  pemahaman dalam kajian psikolinguistik.
2)          Produksi Ujaran: Bagaimana orang menghasilkan bahasa. Hal ini menunjukkan bahwa lebih mudah untuk mempelajari pemahaman bahasa daripada produksi bahasa. Kita bisa menggunakan rangsangan bahasa dikendalikan dan kemudian menganalisa pola akurasi dan kesalahan, respon waktu tanggapan, dan perilaku lainnya untuk sampai pada proses pendengar. Namun, hal ini lebih sulit untuk mendapatkan wawasan tentang bagaimana konsep yang dimasukkan ke dalam bentuk bahasa atau ilmu linguistik; proses ini sebagian besar tersembunyi dari pengamatan pada ungkapan 'lisan ekspresi pembicara, bahkan dalam menyelidiki rangsangan ragam pembicaraan yang dikendalikan. Dalam penelitian produksi ujaran juga melakukan pengamatan terhadap kesalahan pembicara, permulaan awal pembicaraan yang salah (speech error atau false starts) dan dari tahap berhenti dalam pembicaraan menuju tahapan interkoneksi ritme ujaran dalam menyatakan keraguan dan fenomena jeda atau ketidaklancaran ujaran (hesitation and pausal phenomena or speech disfluencies)
3)            Pemerolehan Bahasa: Bagaimana orang belajar bahasa. Fokus utama dalam domain ini terletak pada bagaimana anak-anak memperoleh bahasa pertama (psikolinguistik perkembangan, developmental psycholinguistics). Tidak hanya pemerolehan bahasa pertama diteliti akan tetapi bagaimana bahasa kedua pertama kali diperoleh. Psikolinguistik juga berkembang membuka cabang baru yaitu neurolinguistik yang menyelidiki bentuk anatomi dan psikologi yang menghubungkan dengan sikap berbahasa.
Selanjutnya menurut para pakar pskolinguitik Chomsky, Joseph F. Kess, Gleason, Fernandez dan Clark aspek-aspek psikolinguistik dirangkum menjadi tiga yaitu:
     1.      Bahasa sebagai suatu sistem
Bahasa merupakan suatu kaidah yang mengatur suatu tata bahasa. Kaidah bahasa tertentu tercermin dalam tatarannya. Kaidah tersebut tidak berdiri sendiri tetapi merupakan seperangkat unsur yang menjalin dan membentuk suatu sistem.
Kaidah bahasa mempunyai sistem yang universal menurut Noam Chomsky dalam Gleason et.al,
“The great variability found in human languages has prompted the search for linguistic universals or constant features that might characterize languages, their use, and their acquisition. As we noted in the section on linguistics, a universal grammar (UG) is "a system of principles, conditions, and rules that are elements or properties of all human languages ... the essence of human language"[11]
                                   
Bahasa itu variatif dan dinamis dengan pengertian bahwa bahasa itu berkembang sesuai dengan perkembangan penutur bahasa. Itu sebabnya bahasa dapat pula mempunyai persamaan yang umum. Sebagai suatu sistem bahasa menampakan wujudnya dalam bunyi dan simbol-simbol, penggunaannya dan pemerolehannya. Bunyi dan simbol mengikuti kaidah yang ditaati oleh penutur bahasa dan secara konvensional digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Sistem bahasa tertentu yang merupakan prinsip, kondisi dan peraturan sebagai bagian  dari penutur bahasa yang terwujud dalam performansi seseorang.
     2.      Bahasa sebagai tingkah laku personal
            Sebagai tingkah laku personal, bahasa menampakan wujudnya dalam pikiran seseorang yang mencerminkan tindakan. Contoh dalam Fernandez et.al: apabila seseorang berkata, “The girl pets the dog”, berbeda dengan “The dog pets the girl”.[12] Dengan kata lain, dengan bahasa kita dapat ketahui tingkah laku penutur bahasa.. Hubungan antara situasi, konteks verbal pembicaraan dapat dipelajari dan kita dapat mengambil kesimpulan makna yang terkandung dalam suatu tuturan, seperti pada gambar Encoding Speaker di bawah ini:[13]

c.    Bahasa sebagai Tingkah Laku antar Personal
                        Bahasa dapat dilihat melalui situasi komunikasi pada situasi tertentu. Apabila seseorang bertanya dan lawan bicara menjawab dengan memuaskan berarti komunikasi berhasil baik. Sebaliknya kalau seseorang memerintah kemudian lawan bicara diam saja, itu tandanya komunikasi tidak berhasil. Sebab-sebabnya dapat dilihat dari : pembicara, lawan bicara, dan situasi. Seperti pernyataan Clark dalam buku Psycholinguistics oleh Cowless,
“One of the key things to keep in mind when looking at dialogue is that it is at heart a joint activity between speakers in which they must cooperate in order to understand the dialogue. As mentioned earlier, there is not a static speaker and a listener, but instead there is a dynamic situation in which both speaking and listening are coordinated, with roles changing frequently such that listener needs to listen with the possibility that he or she will soon be the speaker.”[14]

Banyak variabel yang ikut menentukan lancarnya komunikasi.
Dalam komunikasi terjadi banyak hambatan yang berhubungan dengan persepsi penutur antara lain : Informasi yang dikirim kurang jelas, ingatan dan kapasitas penutur dan pendengar berbeda, kedua pembicara menggunakan konvensi gramatikal yang berbeda, antara keduanya terjadi interferensi gramatikal yang bersifat regional, dan pengaruh alat bicara dan alat dengar yang tidak sempurna. Kalau kita ingin menggunakan bahasa tertentu, salah satu cara yakni mendengarkan tuturan penutur bahasa yang bersangkutan.
            Dilihat dari dalam transfer psikolinguistik secara maka transfer bahasa menurut Ellis dalam tulisannya tentang Acquisition sangat di tentukan oleh transfer bahasa, tipologi jarak dan interaksi, jarak lingkungan lawan bicara bahasa target, usia pemerolehan bahasa, tingkat koginitif, pengembangan otak, motivasi, lingkungan pendidikan dan tingkat penggunaan bahasa.[15]

Berdasarkan konsep-konsep tentang psikolinguistik di atas, maka aspek pskolinguistik terdiri dari: 1) Bahasa sebagai suatu sistem. Bahasa yang terdiri dari suatu sistem yang universal yang terdiri dari bahasa menampakan wujudnya dalam bunyi dan simbol-simbol, penggunaannya dan pemerolehannya. 2) Bahasa sebagai tingkah laku personal. Bahasa merupakan wujud ungkapan yang berhubungan dengan tindakan, misalnya saya marah, maka raut wajah marah akan terbentuk. 3) Bahasa sebagai tingkah laku antar personal, merupakan tindakan antara si pembicara dan si pendengar yang sangat dipengaruhi oleh  transfer bahasa, tipologi jarak dan interaksi, jarak lingkungan lawan bicara bahasa target, usia pemerolehan bahasa, tingkat koginitif, pengembangan otak, motivasi, lingkungan pendidikan dan tingkat penggunaan bahasa.


D. PERKEMBANGAN PSIKOLINGUISTIK

            Psikolinguistik adalah ilmu campuran blended yakni ilmu yang merupakan gabungan antara dua ilmu: psikologi dan linguistik. Menurut Gleason et.al., dalam bukunya An Introduction to Psycholinguistics Second Edition menyatakan bahwa urutan tercetuskannya ilmu psikolinguistik dimulai dari,
   Namun dalam akar sejarah bidang psikolinguistik relatif muda. Beberapa peneliti menetapkan kelahirannya pada awal 1950-an (Brown, 1970; Tanenhaus, 1989; Miller, 1990), ketika psikolog dan ahli bahasa bertemu untuk mendiskusikan apakah kemajuan dalam psikologi eksperimental dapat diterapkan untuk mempelajari kinerja bahasa dan pemahaman. Psikologi selama tahun 1950 itu sangat diatur oleh kaum behavioris, atau teori belajar, prinsip-prinsip yang ditekankan  dalam ilmu perilaku. Meskipun psikolog seperti Hull, Watson, dan Skinner berbeda dalam pandangan khusus mereka. Semua pandangan teori mereka dilihat sebagai hasil dari stimulus penguatan rantai teori perilaku.
   Para pakar teori perilaku hanya melakukan  kesimpulan berdasarkan probabilitas  (atau hipotesis statistik yang satu frasa cenderung mengikuti kesimpulan yang lain) yang dikemukakan oleh Osgood (1963), Jenkins dan Palermo (1964). Selanjutnya Staats (1971). Skinner (1957) merumuskan model perilaku fungsi bahasa yang menjadi sangat kontroversial. Fokus utama adalah memprediksi kondisi yang menimbulkan pengucapan kata yang diberikan. Seperti Fodor, Bever, dan Garrett (1974) mengulas secara rinci. Teori yang diungkapkan para pakar tersebut menghadapi banyak kesulitan dalam menjelaskan sifat kompleks produksi bahasa dan pemahaman.[16]
                                                                                                
Selanjutnya menurut Fernadez, psikolinguistik merupakan studi interdisiplin ilmu untuk memahami bagaimana manusia memperoleh bahasa, menggunakannya untuk berbicara, memahami antar se pendengar dan si pembicara, dan bagaimana diproses di dalam otak.[17]

            Sejarah  linguistik dalam buku karya Willem J.M. Levelt  A History of Psycholinguistics The Pre-Chomskyan Era di kenal mulai tahun 1936.  Istilah "psikolinguistik" dalam diperkenalkan pada tahun 1936 oleh Jacob Kantor, tapi itu jarang digunakan sampai tahun 1946, ketika muridnya Nicholas Pronko menerbitkan bukunya Bahasa artikel dan psikolinguist.[18] Ulasan ini meliputi perluasan dan keragaman pendekatan untuk fenomena bahasa, yang secara kasar berbagi fakta bahwa mereka fokus pada "fitur psikologis penting dari linguistik." Pendekatan ini meliputi eksperimental, statistik, dan orang-orang fonetik. Termasuk studi akuisisi bahasa, kemampuan bahasa, bahasa gestural, afasia, dan banyak lagi. Pronko sangat menyadari sejarah pendekatan seperti bahasa, tetapi juga keragaman teoretis mereka. Tujuannya adalah untuk memberikan kerangka teoritis pemersatu dan ia menawarkan Kantor "teori bahasa interbehavioral" sebagai solusi optimal.  Istilah "psikolinguistik" di sini, untuk pertama kalinya, yang digunakan untuk menunjukkan bidang interdisipliner studi yang bisa secara teoritis yang koheren. Istilah ini diterima luas, paling tidak karena tantangan program: untuk membuat yang baru, pendekatan terpadu untuk komunikasi linguistik manusia.[19]
            Menurut Joseph F Kess membagi empat tahapan terbentuknya ilmu psikolinguistik: (1) tahap formatif, (2) tahap linguistik, (3) tahap kognitif, dan (4) tahap teori psikolinguistik, realita psikologis, dan ilmu kognitif.[20]
1.  Tahap Formatif
               Pada pertengahan abad ke 20 John W. Gardner, seorang psikolog dari Carnegie Corporation, Amerika, mulai menggagas hibridasi (penggabungan) kedua ilmu ini. Ide ini kemudian dikembangkan oleh psikolog lain, John B. Carrol, yang pada tahun 1951 menyelenggarakan seminar di Universitas Cornell untuk merintis keterkaitan antara kedus disiplin ilmu ini. Pertemuan itu di lanjutkan pada tahun 1953 di Universitas Indiana. Hasil pertemuan ini membuat gema yang begitu kuat di antara para ahli ilmu jiwa maupun ahli bahasa sehingga banyak penelitian yang kemudian dilakukan terarah pada kaitan antara kedua ilmu ini (Osgood dan Sebeok, 1954). Pada saat itulah istilah psycholinguistics pertama kali dipakai. Kelompok ini kemudian mendukung penelitian mengenai relativitas bahasa maupun universal bahasa. Pandangan tentang relativitas bahasa seperti dikemukakan oleh Benjamin Lee Whorf (1956) dan universal bahasa seperti dalam karya Greenberg (1963) merupakan karya-karya pertama dalam bidang psikolinguistik.

2. Tahap Linguistik

               Perkembangan ilmu linguistik, yang semula berorientasi pada aliran behaviorisme dan kemudian beralih ke mentalisme (nativisme) pada tahun 1957 dengan diterbitkannya buku chomsky, sytactic structures, dan kritik tajam dari Chomsky terhadap teori behavioristik B>F Skinner (Chomsky 1959) telah membuat psikolinguistik sebagai ilmu yang banyak diminati orang. Hal ini makin berkembang karena pandangan Chomsky tentang universal bahasa makin mengarah pada pemerolehan bahasa.Kesamaan dalam strategi ini didukung pula oleh  berkembangnya ilmu neurolinguistik (Caplan 1987) dan biolinguistik (Lenneberg, 1967; Jenkins 2000). Studi dalam neurolinguistik menunjukkan bahwa manusia ditakdirkan memiliki otak yang brbeda dengan primat lain, baik dalam struktur maupun fungsinya. Dari segi biologi, manusia juga ditakdirkan memiliki struktur biologi yang berbeda dengan binatang.
               Bilinguistik, yang merupakan ilmu hibrida antara biologi dan linguistik, bergerak lebih luas karena ilmu ini merujuk pada pengetahuan kebahasaan manusia yakni pengetahuan seperti apa yang dimiliki manusia sehingga dia dapat berbahasa, dari mana datangnya pengetahuan itu sudah ada sejak manusia dilahirkan atau diperoleh dari lingkungan setelah manusia dilahirkan, pengetahuan yang kita miliki parameter apa yang kita pakai untuk mengolah dan mencerna input yang masuk pada kita, peran otak manusia yang membedakannya dengan otak binatang, dan dan pemerolehan bahasa adalah unik untuk manusia (species specific) hanya manusialah yang dapat berbahasa.

3. Tahap Kognitif
               Pada tahap ini psikolinguistik mulai mengarah pada peran kognisi dan landasan biologis manusia dalam pemerolehan bahasa. Pelopor seperti Chomsky mengatakan bahwa linguis itu sebenarnya adalah psikolog kognitif. Pemerolehan bahasa pada manusia bukanlah penguasaan komponen bahasa tanpa berlandaskan pada prinsip-prinsip kognitif.
               Pada tahap ini orang juga mulai berbicara tentang peran biologi pada bahasa karena mereka mulai merasa bahwa biologi merupakan landasan di mana bahasa itu tumbuh. Orang-orang seperti Chomsky dan Lenneberg mengatakan bahwa pertumbuhan bahasa seorang manusia itu terkait secara genetik dengan pertumbuhan biologinya.


4. Tahap Teori Psikolinguistik, Realita Psikologis, dan Ilmu Kognitif

               Pada tahap akhir ini, psikologi tidak lagi berdiri sebagai ilmu yang terpisah dari ilmuilmu lain karena pemerolehan dan penggunaan bahasa manusia menyangkut banyak cabang ilmu pengetahuan yang lain. Psikologi tidak lagi terdiri dari psiko dan linguistik saja tetapi juga menyangkut ilmuilmu lain seperti neurologi, filsafat, primatologi dan genetika. Neurologi mempunyai peran yang sangat erat dengan bahasa karena kemampuan manusia berbahasa ternyata bukan karena lingkungan tetapi karena kodrat neurologis yang dibawanya sejak lahir. Tanpa otak dengan fungsifungsinya yang kita miliki seperti sekarang ini,mustahillah manusia dapat berbahasa. Ilmu filsafat juga kembali memegang peran karena pemerolehan pengetahuan merupakan masalah yang sudah dari jaman purba menjadi perdebatan diantara para filosof apa pengetahuan itu dan bagaimana manusia memperoleh pengetahuan. Primatologi dan genetika mengkaji sampai seberapa jauh bahasa itu milik khusus manusia dan bagaimana genetika terkait dengan pertumbuhan bahasa. Dengan kata lain, psikolinguistik kini telah menjadi ilmu yang ditopang oleh ilmuilmu yang lain.[21]


            Berdasarkan kajian teoretik tentang perkembangan ilmu psikolinguistik di atas, maka  perkembangannya terdiri dari masa sebelum pakar linguistik Chomsky, karena beliau merupakan pencetus ilmu psikolinguistik modern. Sedangkan perkembangan ilmunya sehingga menjadi disebut psikolingustik menurut Jess terdiri dari empat tahapan: tahap formatif, (2) tahap linguistik, (3) tahap kognitif, dan (4) tahap teori psikolinguistik, realita psikologis, dan ilmu kognitif. Tahap akhir dari penelitian psikolinguistik ini menjadi luas interdisiplin dengan mengkaitkannya dengan           neurologi, filosofi, primatologi dan genelogi

E. PEMEROLEHAN BAHASA ANAK

            Pemerolehan bahasa (language acquisition) adalah proses-proses yang berlaku di dalam otak seorang anak ketika memperoleh bahasa ibunya. Pemerolehan bahasa juga dapat diartikan sebagai suatu bentuk kode sosial yang memiliki sistem yang digunakan dalam berkomunikasi.
                        Menurut Gleason et.al dalam bukunya Introduction to Psycholinguistics menyatakan bahwa,
             Kecepatan pemerolehan bahasa anak dalam memperoleh bahasa menyebabkan kekaguman baik para orang tua dan peneliti selama ribuan tahun. Meskipun banyak penyelidikan tentang sifat bahasa anak belajar dengan menggunakan metode penelitian yang bervariasi dan terus berulang-ulang. Ada beberapa pernyataan dari kaum nativists yang menyatakan bahwa  bahasa yang pada dasarnya adalah bawaan sejak anak-anak dilahirkan dengan bakat manusia khusus dan unik yang bisa menciptakan tata bahasa tanpa instruksi atau tanpa dikoreksi secara langsung oleh orang tua. Lainnya menekankan peran pengasuhan dari orang dewasa yang mengajarkan bahasa kepada anak-anak dengan memberikan mereka dengan umpan balik ketika mereka menggunakan bahasa dengan baik atau buruk.
                        Dalam ulasan penting dari tulisan pada masa awal Chomsky (1957, 1965) adalah penekanannya tentang peran teori linguistik dan  psikologi behavioris dalam menjelaskan akuisisi bahasa oleh anak-anak. Dia berargumen bahwa teori belajar Skinner tidak dapat menjelaskan akuisisi pemerolehan bahasa yang tidak terbatas. Serangkaian studi dari akuisisi bahasa anak (Berko, 1958; Brown, 1965; Braine 1965) lakukan, pada kenyataannya, menunjukkan bahwa anak-anak mengembangkan sistem gramatikal yang cukup teratur, tetapi berbeda pada tahap awal dari tata bahasa orang dewasa, hal ini sering digunakan untuk mendukung pandangan Chomsky.[22]
           
            Komponen bahasa dapat dibagi kedalam dua kategori yaitu kemampuan berbicara yang mencakup artikulasi, suara dan kelancaran berbahasa serta sistem bahasa yang berkaitan dengan fonologi, morfologi, sintak dan semantik yang perlu digunakan agar dapat mengekresikan dan mengkomunikasikan berbagai konsep dan pikiran manusia.[23]

Dalam kesempatan lain Santrock mendefinisikan bahasa sebagai bentuk komunikasi, entah itu lisan, tulisan atau tanda yang didasarkan pada sistem simbol.[24] Bahasa yang diucapkan terdiri dari fonem, morfologi, sintak, semantik dan pragmatik. Contoh fonem dalam bahasa inggris adalah /k/, suara yang direpresentasikan dari huruf k dalam kata ski, huruf c dalam kata cat, dan huruf ch dalam kata christmas. Fonologi adalah sistem suara bahasa. Aturan fonologi mengizinkan beberapa sekuensi suara seperti sp, ba, ar dan melarang yang lainnya seperti zx atau qp. Untuk mempelajari fonologi bahasa anak harus mempelajari kandungan suaranya dan urutan suara yang diperbolehkan.

Morfologi adalah aturan untuk mengombinasikan morfem yang merupakan rangkaian suara sebagai kesatuan bahasa terkecil. Sintak merupakan cara kata dikombinasikan untuk membentuk frasa dan kalimat yang dapat diterima. Sedangkan semantik adalah makna kata atau kalimat itu sendiri. Pragmatik adalah penggunaan percakapan yang tepat.

Lovitt dalam buku Martini Jamaris menjelaskan perkembangan bahasa dari sudut isi, bentuk dan penggunaan bahasa. Isi bahasa adalah makna yang terkandung dalam bahasa berkaitan dengan objek dan peristiwa yang ada disekitar anak dan interaksi antara anak dengan objek. [25] Bentuk bahasa berkaitan dengan kemampuan anak menerima dan memproduksi bunyi. Penggunaan bahasa berkaitan dengan kemampuan anak untuk berbicara menggunakan kalimat yang dapat dimengerti oleh pendengarnya. Sedangkan menurut Fernandes pemerolehan anak bahasa yaitu “one of the most fascinating facets of human development. Children acquire knowledge of the language or languages around them in a relatively brief time, and with little apparent effort.”[26] Pemerolehan bahasa anak merupakan hal yang paling menggembirakan dalam perkembangan manusia dimana seorang anak bisa memperoleh bahasa dengan usaha yang sedikit.
Selanjutnya menurut Brown pemerolehan bahasa pertama anak terdiri dari tiga pendekatan:
Gambar tiga pendekatan pemerolehan bahasa oleh Brown.[27]
a) Pendekatan behavioristik. Kaum behavioris memusatkan perhatian pada pola tingkah laku berbahasa yang berdaya guna untuk menghasilkan respon yang benar terhadap setiap stimulus. Apabila respon terhadap stimulus telah disetujui kebenarannya, hal itu menjadi kebiasaan. Misalnya seorang anak mengucapkan , "ma ma ma",dan tidak ada anggota keluarga yang menolak kehadiran kata itu, maka tuturan "ma ma ma", akan menjadi kebiasaan. Kebiasaan itu akan diulangi lagi ketika anak tadi melihat sesosok tubuh manusia yang akan disebut ibu yang akan dipanggil "ma ma ma". Hal yang sama akan berlaku untuk setiap kata-kata lain yang didengar anak. Teori akuisisi bahasa berdasarkan konsep behavioris menjelaskan bahwa anak-anak mengakuisisi bahasa melalui hubungan dengan lingkungan, dalam hal ini dengan cara meniru.
b) Pendekatan Nativis. Pendekatan ini menyatakan bahwa pemerolehan bahasa dicapai melalui faktor genetik, sudah ditentukan dari sananya. Kita lahir sesuai dengan kapasitas genetik bawaan kita yang hasilnya adalah sebuah konstruksi sistem bahasa yang tertanam dalam diri kita.
c) Pendekatan Fungsional adalah pemerolehan bahasa yang terbangun dari interaksi sosial. Contoh bentuk-bentuk bahasa adalah morfem, kata, kalimat dan kaidah yang menganut semuanya. [28]

Berdasarkan konsep di atas maka dapat disimpulkan bahwa kecepatan pemerolehan bahasa anak dalam memperoleh bahasa menyebabkan kekaguman baik para orang tua dan peneliti selama ribuan tahun. Meskipun banyak penyelidikan tentang sifat bahasa anak belajar dengan menggunakan metode penelitian yang bervariasi dan terus berulang-ulang. Ada beberapa pernyataan dari kaum nativists yang menyatakan bahwa  bahasa yang pada dasarnya adalah bawaan sejak anak-anak dilahirkan dengan bakat manusia khusus dan unik yang bisa menciptakan tata bahasa tanpa instruksi atau tanpa dikoreksi secara langsung. Hal lainnya menekankan bahwa peran pengasuhan dari orang dewasa yang mengajarkan bahasa kepada anak-anak dengan memberikan mereka dengan umpan balik ketika mereka menggunakan bahasa dengan baik atau buruk.
                     
 Pemerolehan bahasa anak mencakup artikulasi, suara dan kelancaran berbahasa serta sistem bahasa yang berkaitan dengan fonologi, morfologi, sintak dan semantik secara otomatis dengan usaha yang kecil. Sedangkan pengamatan pemerolehan bahasa anak bisa  diketahui melalui pendekatan behaviouristik, nativis, dan fungsional.






BAB III

PENUTUP


A.   Kesimpulan

 Pemerolehan bahasa, orang yang sejak kecil dididik menggunakan bahasa ibu dengan baik dan benar, akan terbiasa menggunakan bahasa yang baik dan benar pula, berbanding terbalik dengan orang yang sejak kecil tidak dididik untuk menggunakan bahasa dengan baik dan benar, maka ia tidak akan terbiasa menggunakannya. Artinya kegiatan berbahasa itu berkaitan juga dalam proses atau kegiatan mental (otak). Oleh karena itu, dalam kaitannya dengan pembelajaran bahasa, studi linguistik perlu dilengkapi dengan studi psikologi. Inilah yang lazim disebut dengan psikolinguistik yang terdiri dari pengertian bahasa, psikolinguistik, aspek-aspek psikolinguistik, dan perkembangan psikolinguistik.
            . Pengertian bahasa merupakan Encoding proses membuat pesan yang sesuai dengan kode tertentu, dan kedua dari segi pendengar yang memerlukan proses decoding, dimana proses tersebut merupakan proses menggunakan kode untuk memaknai pesan atau informasi yang disampaikan.
24
 


Pengertian psikolinguistik merupakan proses-proses uraian psikologi yang berlangsung jika seseorang mengucapkan kalimat-kalimat yang didengarkannya pada waktu berkomunikasi dan bagaimana kemampuan berbahasa itu diperoleh oleh manusia. Sehingga seorang psikolinguis mencoba untuk menemukan struktur dan proses yang melandasi kemampuan manusia untuk berbicara dan memahami bahasa.

Aspek pskolinguistik terdiri dari: 1) Bahasa sebagai suatu sistem. Bahasa yang terdiri dari suatu sistem yang universal yang terdiri dari bahasa menampakan wujudnya dalam bunyi dan simbol-simbol, penggunaannya dan pemerolehannya. 2) Bahasa sebagai tingkah laku personal. Bahasa merupakan wujud ungkapan yang berhubungan dengan tindakan, misalnya saya marah, maka raut wajah marah akan terbentuk. 3) Bahasa sebagai tingkah laku antar personal, merupakan tindakan antara si pembicara dan si pendengar yang sangat dipengaruhi oleh  transfer bahasa, tipologi jarak dan interaksi, jarak lingkungan lawan bicara bahasa target, usia pemerolehan bahasa, tingkat koginitif, pengembangan otak, motivasi, lingkungan pendidikan dan tingkat penggunaan bahasa.
           
            Perkembangan psikolinguistik terdiri dari masa sebelum pakar linguistik Chomsky, karena beliau merupakan pencetus ilmu psikolinguistik modern. Sedangkan perkembangan ilmunya sehingga menjadi disebut psikolingustik menurut Jess terdiri dari empat tahapan: tahap formatif, (2) tahap linguistik, (3) tahap kognitif, dan (4) tahap teori psikolinguistik, realita psikologis, dan ilmu kognitif. Tahap akhir dari penelitian psikolinguistik ini menjadi luas interdisiplin dengan mengkaitkannya dengan          neurologi,
filosofi, primatologi dan genelogi

Terakhir, mengenai penjelasan pemerolehan bahasa anak terdidir dari artikulasi, suara dan kelancaran berbahasa serta sistem bahasa yang berkaitan dengan fonologi, morfologi, sintak dan semantik secara otomatis dengan usaha yang kecil. Sedangkan pengamatan pemerolehan bahasa anak bisa  diketahui melalui pendekatan behaviouristik, nativis, dan fungsional.













DAFTAR PUSTAKA


Brown,  H. Douglas. Principles of Language Learning. New York: Pearson             Education, 2007.  
Chomsky dalam Nan Bernstein Ratner, Jean Berko Gleason & Bhuvana                          Narasimhan. An Introduction to Psycholinguistics: What do Language               Users Know?. Australia: Harcourt Brace College                                                          Publishers, 1998.

Clark dalam H. Wind Cowles. Psycholinguistics 101. New York :Springer                           Publishing  Company, LLC, 2011.

Fernández, Eva M. and Helen Smith Cairns. Fundamentals of                                                   Psycholinguistics. West  Sussex:  A John Wiley & Sons, Ltd,                                         2011.

Gleason, Jean Berko and Ratner, Nan Bernstein. Psycholinguistics Second Edition. America: Harcourt Brace College Publishers,1998.

Jamaris, Martini. Orientasi Baru dalam Psikologi Pendidikan. Jakarta:                              Yayasan Panamas  Murni, 2010.

Kess, Joseph F.. Psycholinguistics: Psychology, linguistics, and the study of                      natural  language. Philadelphia: J. Benjamins Pub. Co., 1992.

Mukalel, Joseph C. Psychology of Language Learning. New Delhi: Discovery Publishing House, 2003.

Nick C Ellis. ed. Judith F. Kroll & Annette M. B. De Groot. Handbook of                               Bilingualism. New    York: Oxford University Press, 2005.

Patede, Mansoer. 1990. Aspek-Aspek Linguistik.Yogyakarta: Nusa Indah.

Ratner, N.B, J.B Gleason, dan B. Narasimhan. 1998. An Introduction to Psycholinguistics: What Do Language Users Know?Psycholinguistics. Dalam Jean Berko Gleason dan Nan Bernstein Ratner (Ed.). Fort Worth: Harcourt Brace College Publishers.

Santrock, Jhon W. Educational Psycology. New Jersey: McGrow Hill, 2008.

Simanjuntak, Mangantar. Psikolinguistik Perkembangan: Teori teori Pemerolehan Fonologi. Jakarta: Gaya Media Pratama. 1990

Suriasumantri, J. S. Filsafat Ilmu: Sebuah Pengatar Populer. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2010.

Willem J.M. Levelt.  A History of Psycholinguistics The Pre-Chomskyan Era           .Oxford: Oxford University Press, 2013.






[1] Jean Berko Gleason, San Bernstein Ratner, N.B, & B. Narasimhan. An Introduction to Psycholinguistics: What Do Language Users Know? Psycholinguistics. Dalam Jean Berko Gleason dan Nan Bernstein Ratner.ed. (Fort Worth: Harcourt Brace College Publishers, 1998) h. 5
[2] J. S. Suriasumantri. Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer. (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2010), h. 167.
[3] Joseph C. Mukalel. Psychology of Language Learning (New Delhi: Discovey Publishing House,  2003), h. 1
[4] Ibid., h. 1
[5] Jean Berko Gleason and Nan Bernstein Ratner. Psycholinguistics Second Edition (America: Harcout Brace College Publishers, 1998), h. 8
[6] Ibid., h. 3
[7] Ibid., h. 8
[8] M. Simanjuntak. Psikolinguistik Perkembangan:Teori teori Pemerolehan Fonologi. (Jakarta: Gaya Media Pratama, 1990), h. 1.
[9] Jean Berko Gleason and Nan Bernstein Ratner. Psycholinguistics Second Edition (America: Harcout Brace College Publishers, 1998), h. 3
[10] Jean Berko Gleason and Nan Bernstein Ratner. Psycholinguistics Second Edition (America: Harcout Brace College Publishers, 1998), h.  3-4.
[11] Chomsky di dalam Jean Berko Gleason dan Nan Bernstein Ratner. ed. op.cit  h. 32-31.
[12] Eva M. Fernández & Helen Smith Cairns. Fundamentals of Psycholinguistics (West        Sussex:  A John Wiley & Sons, Ltd, 2011), h. 136
[13] Eva M. Fernández and Helen Smith Cairns.loc.cit.
[14] Clark dalam H. Wind Cowles. Psycholinguistics 101 (New York :Springer Publishing      Company, LLC, 2011), h. 123-124.
[15] Nick C Ellis. ed. Judith F. Kroll & Annette M. B. De Groot. Handbook of Bilingualism (New         York: Oxford University Press, 2005), h. 3.
[16]Jean Berko Gleason and Nan Bernstein Ratner.op.cit., h. 36.
[17]Eva M. Fernández and Helen Smith Cairns ,op.cit.,  h. 1.
[18]Willem J.M. Levelt  A History of Psycholinguistics The Pre-Chomskyan Era  (Oxford:      Oxford University Press, 2013) h. 1.
[19] Willem J.M. Levelt ,op.cit.,  h. 2.                                                      
[20] Joseph F. Kess. Psycholinguistics: Psychology, linguistics, and the Study of Natural     Language (Philadelphia: J. Benjamins Pub. Co., 1992), h. 16.
[21] Joseph F. Kess., op.cit., h.16-22.
[22] Jean Berko Gleason and Nan Bernstein Ratner. op.cit., h. 38.
[23] Martini Jamaris. Orientasi Baru dalam Psikologi Pendidikan. (Jakarta: Yayasan Panamas             Murni, 2010). h. 360.
[24]Jhon W. Santrock. Educational Psycology (New Jersey: McGrow Hill, 2008), h. 67.
[25]Martini Jamaris, op.cit. 51
[26]Eva M. Fernández and Helen Smith Cairns ,op.cit.,  h. 97.
[27] H. Douglas Brown. Principles of Language Learning (New York: Pearson Education, 2007),         h. 35
[28] H. Douglas Brown.op.cit., h. 25-28.

1 komentar: