ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan kondisi
kejiwaan tokohutama dalam alur novel Perahu Kertas, yakni Kugy. Penulis
menggunakan metode kualitatif dengan metode content analysis atau analisis isi, dengan
menggunakan pendekatan psikologi sastra. pendekatan psikologi sastra
digunakan sebagai landasan berpijak dalam melakukan analisis terhadap karakter
tokoh, serta mendeskripsikan aspek struktur (tokoh, latar, alur, dan konflik)
yang membangun totalitas novel tersebut.
Tujuannya adalah mengungkapkan kondisi kejiwaan pada
tokoh utama dalam alur novel Perahu Kertas, yakni Kugy.Hasil dari
analisis struktur terhadap novel Perahu Kertas adalah terdapattujuh
tokoh yang terbagi dalam satu tokoh utama, satu tokoh utama tambahan danlima
sebagai tokoh pendukung; latar yang paling menonjol adalah latar fisik;terdapat
tujuh komposisi alur cerita dan terjadi konflik yang paling menonjoladalah
konflik internal.
Hasil dari analisis psikologi sastra secara garis besar
adalah Kugy
memiliki
keseimbangan antara Id, Ego dan Superego serta mekanisme pertahanan ego dan
konflik yang memiliki fungsi untuk perasaan beralih yang di anggap aman dari
apa yang terjadi pada dirinya dan menjadikan perubahan kepribadian pada tokoh
Kugy tersendiri. Pada klasifikasi emosi dalam diri Kugy menjadikan emosi atau
perasaan-perasaan tersebut sangat terkait dengan tindakan yang ditimbulkannya.
1.
PENDAHULUAN
Karya
sastra adalah sebuah hasil cipta manusia yang mengandung nilai keindahan yang
tinggi karena semua bentuk dari karya sastra dibuat berdasarkan hati dan
pemikiran yang jernih atau dengan kata lain karya sastra adalah cerminan dari
hati seseorang, dalam hal ini pengarang. Memaknai suatu karya sastra memerlukan
banyak pertimbangan dalam menentukan maksud dan tujuan dari karya sastra tersebut
dengan kata lain bahwa suatu karya sastra adalah dunia kemungkinan, jadi jika
pembaca berhadapan dengan sebuah karya sastra, maka pembaca akan dihadapkan
pada banyak kemungkinan atas suatu penafsiran. Sebuah karya sastra yang baik
tidak hanya dipandang sebagai rangkaian kata tetapi juga ditentukan oleh makna
yang terkandung di dalamnya dan memberikan pesan positif bagi pembacanya
(Endraswara, 2003:160).[1] Pada karya sastra
dilukiskan keadaan dan kehidupan sosial seorang individu, interaksinya dengan
individu lainnya dalam suatu masyarakat, peristiwa-peristiwa, ide dan gagasan,
serta nilai-nilai yang diamanatkan pencipta lewat tokoh-tokoh rekaan dalam
cerita.
Secara
utuh karya sastra terbagi atas tiga macam, yakni puisi, prosa dan drama. Salah
satu jenis karya sastra prosa yang menarik adalah novel. Novel merupakan bagian
dari karya sastra fiksi yang memuat pengalaman manusia secara menyeluruh atau
merupakan suatu terjemahan tentang perjalanan hidup yang bersentuhan dengan
kehidupan manusia, sehingga dapat dikatan juga bahwa karya fiksi berupa novel
adalah suatu potret realitas yang terwujud melalui bahasa yang estetis. Novel
sebagai sebuah karya fiksi menawarkan sebuah dunia, dunia yang beisi model
kehidupan yang diidealkan, dunia imajinatif, yang dibangun melalui berbagi
unsur interinsiknya seperti peristiwa, plot, tokoh, latar, sudut pandang, dan
lain-lain.
Dari
tiga jenis karya sastra baik itu puisi, prosa dan drama ternyata memiliki
bentuk yang berbeda-beda, namun ketiganya juga memiliki kesamaan yang tidak
bisa dipisahkan, yakni sama-sama memiliki makna yang terpendam jauh didalam,
sehingga tidak tampak jelas jika kita melihatnya secara kasat mata, kasat mata
yang dimaksud adalah cara memaknai sebuah karya sastra tanpa mengacu pada
sebuah pendekatan atau teori-teori sastra.Salah satu pendekatan yang menjadi
kajian dalam proposal ini adalah pendekatan psikologi sastra. Psikologi sastra
merupakan cabang penelitian sastra yang menghubungkan aspek psikologis
pengarang dan karya sastra.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengungkapkan kondisi
kejiwaan pada tokoh utama dalam novel Perahu Kertaskarya Dewi Lestari dengan
pendekatan psikologi sastra sebagai landasan berpijak dalam melakukan analisis
terhadap karakter tokoh. Penulis berpendapat bahwa bagian kejiwaan tokoh utama
dan struktur dalam novel Perahu Kertas adalah salah satu bagian yang
paling menonjol yang menarik untuk dianalisis atau ditelaah sebab kejiwaan
tokoh utama dalam novel tersebut sangat kompleks dan juga syarat dengan emosi.
Meskipun demikian, alur novel ini tetap ringan untuk dibaca. Hal inilah
yangmelatarbelakangi penulis mengambil judul “Kondisi Kejiwaan Tokoh UtamaNovel
Perahu Kertas Karya Dewi Lestari dengan pendekatan Psikologi Sastra.
2.
KAJIAN PUSTAKA
Novel berasal dari bahasa Inggris novel
merupakan bentuk karya sastra yang disebut fiksi. Novel dilihat dari segi
bentuknya termasuk segi panjang cerita. Novel dapat mengemukakan sesuatu secara
bebas, menyajikan sesuatu secara lebih banyak, lebih rinci, lebih detil, dan
lebih banyak melibatkan permasalahan yang lebih kompleks (Nurgiyantoro,
1995:10-11).[2]
Sebagai salah satu bentuk karya sastra, novel diharapkan dapat memunculkan
pemikiran-pemikiran yang positif bagi pembacanya, sehingga pembaca peka
terhadap masalah-masalah yang berkaitan dengan kehidupan sosial dan mendorong
untuk berperilaku baik. Novel dapat dijadikan bahan perenungan untuk mencari
pengalaman, karena di dalam novel mengandung banyak nilai kehidupan,
pendidikan, serta pesan moral yang cukup bervarisi. Pengalaman batin dalam
sebuah novel dapat memperkaya kehidupan batin penikmatnya. Unsur intrinsik
dalam novel adalah peristiwa, plot, tokoh (dan penokohan), latar, sudut
pandang, dan lain-lain yang kesemuanya bersifat imajiner (Nurgiyantoro, 1995:4).[3] Sebagai alur cerita dalam karya
sastra, plot memiliki fungsi yang berbeda bagi pengarang maupun pembaca. Bagi
pengarang, plot bisa digunakan sebagai acuan kerangka karangan. Acuan itu
selanjutnya dijadikan pedoman untuk mengembangkan seluruh isi cerita. Bagi
pembaca, memahami plot karya sastra berarti telah memahami seluruh isi cerita
dalam karya sastra. Plot dilihat dari rangkaian peristiwa di klasifikasikan
menjadi tujuh bagian, yaitu (1) eksposisi, (2) konflikasi, (3) konflik, (4)
krisis, (5) klimaks, (6) peleraian, dan (7) solusi.[4]Perkembangan
dalam hal ini lebih mengacu pada perubahan karakteristik yang khas dari
gejala-gejala kejiwaan ke arah yang lebih maju, perubahan yang bersifat
progresif dan menyebabkan tercapainya kemampuan dan karakteristik psikis yang
baru.[5]
Karya satra khususnya novel yang di pandang sebagai
penomena psikologi, akan menampilkan aspek-aspek kejiwaan melalui
tokoh-tokohnya, berarti ada benarnya bila Jetmen Sarwono berpendapat bahwa
karya sastra dan psikologi memang memiliki pertautan yang erat, secara tak
lansung dan fungsional.[6]
Sastra maupun pisikologi memiliki objek yang sama yaitu kehidupan manusia.
Psikologi dan sastra memiliki hubungan fungsional karena sama –sama mempelajari
keadaan jiwa orang lain, bedanya dalam psikologi gejala tersebut real atau
nyata, sedangkan dalam sastra bersifat imajinatif.[7]
Teori psikologi yang dominan dalam menganalisis karya sastra adalah teori
Freud. Teori Freud membedakan kepribadian menjadi tiga macam, yaitu; Id, Ego, dan Super Ego.[8]
Yang mana prilaku seseorang merupakan hasil interaksi antara ketiga komponen
tersebut. Id adalah sistem kepribadian yang asli dibawa sejak lahir, dari Id
ini kemudian akan muncul ego dan super ego. Ego adalah bagian eksekutif dari
kepribadian dan berfungsi secara logis berdasarkan prinsip kenyataan untuk,
menemukan cara pemuasan dorongan Id secara ealistis. Super Ego memiliki fungsi
pokok menentukan apakah sesuatu benar atau salah, pantas atau tidak dengan
demikian kepribadian akan bertindak sesuai dengan moral masyarakat.
3.
METODE PENELITIAN
Penelitian
ini menggunakan metode kualitatif dengan metode content analysis atau analisis
isi, menggunakan kajian psikologi sastra.Studi
ini mengangkat teks sastra sebagai wilayah kajian. Peneliti mengangkat kondisi
kejiwaan tokoh utama dalam novel Perahu Kertas karya Dewi Lestari. Penokohan
tersebut diteliti karena menggambarkan secara jelas bagaimana kondisi kejiwaan
tokoh utama pada alur cerita dalam novel tersebut. Endraswara menyatakan bahwa
psikologi sastra menggunakan pendekatan kontekstual, yang mengkaji aspek
kejiwaan tokoh dalam karya sastra.[9] Aspek
kejiwaan yang kami maksud adalah kondisi kejiwaan tokoh utama dalam novel
Perahu Kertas.
Pada penelitian ini, instrumen yang
digunakan adalah peneliti sendiri (human instrument). Peneliti bertindak
sebagai pelaku dalam menafsirkan makna dari data-data yang telah diperoleh dalam
teks novel. Semi menjelaskan bahwa dalam penelitian kualitatif peneliti
langsung sebagai instrumen kunci, ia mengarahkan segala kemampuan intelektual,
pengetahuan, dan keterampilan dalam mengumpulkan data dan mencatat segala
fenomena yang diamatinya.[10] Data
yang dihasilkan dari penelitian ini berupa kutipan novel yang berisi paparan
naratif dan dialog yang merepresentasikan kondisi kejiwaan tokoh utama dalam novel
Perahu Kertas.Sumber
data dalam penelitian adalah subjek di mana data dapat diperoleh.[11] Sumber data dalam penelitian ini
adalah teks dalam novel Perahu Kertas. Prosedur pengumpulan data dalam
penelitian ini adalah studi dokumentasi karena novel yang dijadikan bahan
penelitian berwujud dokumen. Adapun langkah yang digunakan dalam mengumpulkan
data penelitian adalah membaca, mengidentifikasi, kodifikasi, dan klasifikasi.
Proses
analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai
sumber, yaitu catatan pengamatan yang sudah dituliskan dalam klasifikasi data,
data-data referensi serta dokumen lainnya yang mendukung konteks. Setelah
dibaca, dipelajari, dan ditelaah maka langkah berikutnya adalah reduksi data,
yaitu penentuan data mana yang dianggap sesuai, kemudian pencatatan data yang
berkaitan dengan masalah yang akan diteliti, lalu dilanjutkan dengan jalan
membuat abstraksi yang berupa rangkuman dan pernyataan-pernyataan inti.
Kemudian disusun dalam satuan-satuan yang telah ditentukan dalam klasifikasi
data. Akhirnya peneliti mengadakan pemeriksaan keabsahan data. Setelah selesai
tahap ini, mulailah penafsiran data dalam mengolah hasil sementara menjadi
teori substantif dengan menggunakan metode tertentu.[12] Sesuai dengan masalah
yang dikerjakan dalam penelitian ini, maka kegiatan yang dilakukan adalah
pemberian makna pada paparan data yang telah diklasifikasi dalam tahap
sebelumnya yang berupa paparan naratif dan dialog tokoh yang berkaitan dengan
kondisi kejiwaan tokoh utama dalam alur cerita novel Perahu Kertas. Dalam
kegiatan pemaknaan data, peneliti harus memiliki dasar pengetahuan dan
pengalaman yang relevan dengan aspek-aspek yang berkaitan dengan permasalahan
tersebut.
4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Analisis
Struktural dalam novel Perahu Kertas
Tokoh dalam novel Perahu Kertas terdapat tujuh tokoh,
diantaranya satu tokoh utama, satu tokoh utama tambahan dan lima sebagai tokoh pendukung.
Kugy sebagai tokoh utama dan Keenan sebagai tokoh utama tambahan. Lima tokoh
pendukung yaitu, Noni (sahabat Kugy sejak kecil), Wanda, Luhde, Eko dan Remi.
Penokohan dalam novel ini dipaparkan secara analitik dan dramatik, pengarang
menjelaskan watak para tokoh melalui penjelasan fisik, dan percakapan atau
dialog yang terjadi.
Dalam cerita novel ini pengarang tidak menciptakan tokoh antagonis.Latar
dalam novel Perahu Kertas, terdiri dari latar fisik dan latar spiritual.
Latar fisik sendiri seperti tempat lokasi, waktu dan peristiwa penting.
Terdapat beberapa alokasi waktu yang merupakan bagian dari latar fisik pada
novel tersebut, misalnya suasana malam tahun baru di Pantai Kuta dan Jakarta,
malam tahun baru 2002, sedangkan latar spiritual berwujud tata cara, adat
istiadat, kepercayaan, dan nilai-nilai yang berlaku di tempat bersangkutan. Pada
novel ini dibuktikan ketika seorang gadis Bali bernama Luhde sedang melakukan
ritual sembahyang di pura secara khusuk dan khidmat.
Alur atau plot dalam novel Perahu Kertas mempunyai
tahapan plot yang lebih rinci. Ada tujuh komposisi alur cerita dalam
pengembangan plot di antaranya sebagai berikut.
a.
Eksposisi artinya paparan awal cerita. Dalam novel Perahu Kertas tokoh utama
mulai diperkenalkan dan dipaparkan secara analitik dan dramatik. Pengarang
menjelaskan melalui penjelasan fisik dan percakapan atau dialog yang terjadi.
b. Inciting
moment (konflikasi), peristiwa
yang terjadi pada tokohutama, yaitu Kugy mulai ditampilkan oleh pengarang. Kugy
merasakanada sesuatu yang tidak beres pada dirinya ketika proyek
perjodohanKeenan dan Wanda mulai dijalankan oleh Noni dan Eko.
c. Rising
action(naiknya konflik/peristiwa). Konflik mulai terjadi dimulai
dengan Kugy menjauhi
sahabat-sahabatnya ketika proyek perjodohan
Keenan dengan Wanda mulai
berhasil.
d. Complication(krisis),
adalah konflik cerita semakin ruwet. Perasaan kecewa Noni terhadap Kugy
semakin lengkap ketika Kugy tidak hadirpada ulang tahun Noni yang sangat
ditunggu-tunggu kehadirannya oleh Noni. Di satu sisi Kugy semakin menjauh
dengan Noni karena rasa
bersalah yang sangat dalam
kepada sahabatnya itu.
e. Climax
(klimaks), merupakan puncak dari seluruhcerita. Kugy menyadari bahwa ia
jatuh cinta pada Keenan, tetapi Kugymengetahui apa yang sebenarnya terjadi
antara Luhde dengan Keenan. Konflik cerita semakin rumit ketika Remi (pacar
Kugy) melamar Kugy tetapi bayangan Keenan masih berdiri tegak dihatinya.
f. Falling
action (peleraian konflik), emosi yang memuncak pada tahapini telah
berkurang. Noni meminta maaf pada Kugy. Ia mengakui bahwa iaselalu cemburu pada
Kugy, dan Noni telah menyadari satu hal bahwa
sahabatnya itu telah jatuh
cinta pada Keenan.
g. Denouement (solusi),
artinya penyelesaian. Kalimat yang seharusnya terucap dan keluar dari hati
masing-masing empat tahun lalu barulah terucap oleh Keenan. Pernyataan Keenan
lah yang membantu Kugy keluar dari perasaan menyiksa. Keenan dan Kugy akhirnya
bersatu.
Konflik yang terjadi
pada tokoh utama adalah sebagai berikut.
1) Konflik sosial,
konflik antara Keenan dengan Ayahnya. Keenan
memutuskan untuk berhenti kuliah di Fakultas
Ekonomi dan memilih
untuk fokus melukis dan pameran lukisan.
2) Konflik sosial,
konflik antara Noni dengan Kugy. Kugy yang diam-diam
menjauhi Noni dan juga sahabat-sahabatnya
karena proyek perjodohan
Keenan dengan Wanda dan ketidakhadiran Kugy
pada pesta ulang tahunNoni di rumah Wanda.
3) Konflik internal
yang terjadi adalah konflik batin Kugy terhadap
permasalahan yang berdatangan dan juga
kebingungan hatinya. Dimulai Kugy tidak menyukai proyek percomblangan Keenan
dengan Wanda dan ketika Kugy menyadari bahwa ia telah jatuh cinta pada Keenan,
keraguan hatinya untuk datang ke pesta ulang tahun Noni atau tidak. Hatinyalah
yang remuk ketika ia melihat kemesraan Keenan dan Wanda yang semakin dekat di
acara tersebut.
Empat unsur (tokoh,
latar, alur, dan konflik) tersebut, memiliki keterkaitan
dalam pembentukan
kepribadian tokoh utama Kugy.
B. Analisis
Kejiwaan Tokoh Utama (Kugy) dalam novel Perahu Kertas
1. Struktur
Kepribadian Kugy dalam novel Perahu Kertas antara lain:
Id dalam diri Kugy tampak ketika menulis surat kepada
Dewa Neptunus.Dorongan tersebut berisi dorongan agresif dan nafsu. Kugy juga
tidak bisa menjelaskan bagaimana batinnya dibuat damai dengan menyaksikan
perahu- perahu kertas itu terbawa hanyut. Pada kejadian ini, Kugy kecil pun
tidak dapat membedakan antara pikiran dan perbuatan. Antara yang nyata dan
hanya dalam khayalan. Semua ini dilakukan hanya untuk kesenangan dan kedamaian
hati.
Ego dalam diri Kugy tampak bahwa Kugy mampu menahan
keinginannyasekaligus cita-citanya sebagai penulis dongeng, walaupun
jalannya sebagai penulis dongeng harus berputar-putar baru kemudian ia bisa
menjadi diri sendiri yaitu sebagai juru dongeng.
Superego pada diri Kugy tampak ketika Kugy mempunyai
keberanian dandorongan untuk meminta maaf lebih dulu ke Noni ketika pembicaraan
terakhir mereka yang kurang mengenakkan dan ketidakhadiran Kugy di pesta ulang
tahun Noni ke-20. Selain itu juga super ego yang ada dalam diri Kugy adalah
dorongan untuk tetap mencintai Keenan walaupun mereka harus di pisahkan pada
waktu yang cukup lama. Kugy dan Keenan pun telah memiliki pasangan
masing-masing tetapi perasaan mereka masih berdiri tegak di hati mereka berdua.
Tetapi Kugy lebih memilih untuk meleburkan hatinya untuk Keenan karena menurut
Kugy, Luhde dan Remi tidak pantas untuk disakiti.
2. Mekanisme
Pertahanan Ego dan Konflik
Penyangkalan yang dilakukan pada Kugy adalah Kugy
berusaha menghindar dari Keenan agar perasaannya terhadap Keenan tidak semakin
dalam jatuhnya. Kugy tidak ingin cintanya itu bertepuk sebelah tangan,
mengingat bahwa Keenan akan di jodohkan dengan Wanda, sepupu Noni dari
Melbourne. Lebih baik ia yang menghindar dan menyangkal persaannya sendiri sedikit
demi sedikit sebelum terlampau dalam persaannya terhadap Keenan. Menyibukkan
diri sebagaipengajar di Klub Kakak Asuh mungkin saat ini lebih baik untuk
menghindar agar perasaannya tidak terlalu sakit.
Normadisme pada diri Kugy dibuktikan dimulai dari Kugy
mempercepatkuliahnya dengan cara mengambil semester pendek di setiap
semesternya lalu menyibukkan diri mengajar di Klub Kakak Asuh (Sakolah Alit),
dan pindah ke kos yang baru. Simpatisme pada diri Kugy yang dilakukannya adalah
Kugy berusaha memberikan dukungan dan keyakinan kepada Keenan setelah apa yang
terjadi dengan dirinya. Kejadian yang menimpa Keenaan tersebut tanpa Kugy
sadari ternyata telah memberikan rasa simpatinya walau tidak sedikit Kugy
merasa emosi tadi, karena selama ini ia merasa bahwa Keenanlah yang
menginspirasinya untuk tetap menulis dongeng dan yakin pada impian-impiannya
bukan Keenan seperti ini yang ia inginkan.
Melakonkan yang terdapat diri Kugy adalah mengekspresikan
emosiemosinya pada lembaran-lembaran kertas putih lalu ia menumpahkan semuanya
kesedihan dan kegelisahannya selama ini, yakni menulis surat untuk Dewa Neptunus,
kebiasaan yang tak pernah ia lupakan.
3. Klasifikasi Emosi
Rasa bersalah pada diri Kugy ketika Kugy putus cinta
dengan Ojos, danketidakhadiran Kugy pada pesta ulang tahun Noni. Rasa malu yang
Kugy rasakan adalah ketika secara mendadak Noni dan Eko mengajaknya ke Galeri
Warsita dan Kugy merasa bahwa pada saat itu ia berpakaian kurang pantas untuk
acara tersebut. Kugy merasa malu dan terlihat bodoh dengan berpenampilan
seperti itu. Kesedihan Kugy ketika Keenan mulai di dijodohkan kepada Wanda dan
ia pun kurang yakin ketika proyek perjodohan itu mulai berjalan.
Kesedihan Kugy pun berlanjut ketika peristiwa kebohongan
Wanda terhadap Keenan soal lukisanKeenan yang tidak laku keempat-empatnya.
Kesedihan Kugy semakin lengkap saat cintanya hilang dan ketika ia merasa bahwa
ia telah salah mencintai seseorang. Dalam hal ini cinta yang Kugy alami ketika
Kugy menyadari bahwa dirinya telah jatuh cinta pada Keenan. Pada akhirnya
Keenan dan Kugy ditakdirakan untuk bersatu saling mencintai dan mewujudkan
mimpi-mimpi-mereka.
.
5.
PENUTUP
Penelitian ini bertujuan untuk
mendeskripsikan kondisi kejiwaan tokoh utama dalam novel Perahu Kertas karya
Dewi Lestari. Kondisi kejiwaan dapat terlihat dalamempat unsur (tokoh, latar,
alur, dan konflik) dalam novel.
Novel Perahu Kertas merupakan novel cerita remaja
yang mengisahakanpersahabatan, kekeluargaan, cita-cita, dan berpegang teguh
pada apa yang diinginkannya. Terdapat beberapa gejolak jiwa pada sang tokoh
utama pada novel tersebut, yaitu Kugy. Hal ini penting untuk diteliti karena
dalam setiap karya sastra terdapat psikologi walau pun pengarang tidak
menciptakan novel psikologi tetapi pada hakikatnya setiap tokoh yang diciptakan
oleh pengarang mempunyai kondisi psikologis yang sangat berpengaruh pada
kejadian atau konflik cerita.
Pada penilitian ini terungkap beberapa kondisi kejiwaan
sang tokoh utama, yaitu Kugy seperti yang telah dipaparkan sebelumnya bahwa
tokoh utama Kugymemiliki keseimbangan antara Id, Ego dan Superego serta
mekanisme pertahanan ego dan konflik yang memiliki fungsi untuk perasaan
beralih yang di anggap aman dari apa yang terjadi pada dirinya dan menjadikan
perubahan kepribadian pada tokoh Kugy tersendiri. Pada klasifikasi emosi dalam
diri Kugy menjadikan emosi atau perasaan-perasaan tersebut sangat terkait dengan
tindakan yang ditimbulkannya. Sebagai penutup dari tulisan ini, penulis
berharap agar penelitian ini dapat dikembangkan dan menghasilkan kajian yang
lebih baik lagi, dan mengetahui nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.
DAFTAR PUSTAKA
Aminuddin. Pengantar
Memahami Unsur-unsur dalam Karya Sastra Bagian II. Malang: Fakultas
Pendidikan Bahasa dan Seni IKIP Malang. 1984.
Ali, Mohammad dan Mohammad
Asrori. PSIKOLOGI REMAJA; Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Bumi
Aksara. 2011.
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur
Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Endraswara, Suwardi. Metodologi
Penelitian Sastra: Epistimologi, Model, Teori, dan Aplikasi. Yogyakarta:
Pustaka Widyatama. 2003.
Freud, Sigmund. Psikoanalisis, Penerjemah: Ira Puspitarini.
Yogyakarta: Ikon. 2002
Moleong, Lexy. Metode Penelitian
Kualitatif. Bandung: Rosdakarya. 2001.
Nurgiyantoro, Burhan. TeoriPengkajianFiksi. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press. 1995.
________________. Teori Penkajian Fiksi .Yogyakarta
:Gajah Mada
University Press. 2007.
Sarwono, Sarlito. Psikologi
Remaja (edisi revisi). Jakarta: Rajawali Pers. 2011.
Semi, Atar. Metode Penelitian Sastra.
Bandung: Angkasa. 1993.
[1]SuwardiEndraswara,
2003. MetodologiPenelitianSastra:
Epistimologi, Model, Teori, danAplikasi.(Yogyakarta: PustakaWidyatama. 2003). h. 160
[2]Burhan Nurgiyantoro. Teori
Pengkajian Fiksi. (Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press. 1995). h. 10-11
[3]Burhan Nurgiyantoro. Teori
Pengkajian Fiksi. (Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press. 1995). h. 4
[4]Aminuddin. Pengantar Memahami
Unsur-unsur dalam Karya Sastra Bagian II. (Malang: Fakultas Pendidikan
Bahasa dan Seni IKIP Malang. 1984). h. 99-100
[5]Mohammad Ali dan Mohammad Asrori. PSIKOLOGI
REMAJA; Perkembangan Peserta Didik. (Jakarta: Bumi Aksara. 2011). h. 11
[6]Sarlito Sarwono. Psikologi Remaja edisi
revisi. (Jakarta: Rajawali Pers. 2011). h. 165
[7] Burhan Nurgiyantoro. Teori
Pengkajian Fiksi. (Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press. 2007). h. 96-97
[8]Sigmund
Freud. Psikoanalisis, Penerjemah: Ira
Puspitarini. (Yogyakarta: Ikon. 2002).
[9]Suwardi Endraswara, 2003. Metodologi Penelitian Sastra: Epistimologi,
Model, Teori, dan Aplikasi.(Yogyakarta: Pustaka Widyatama. 2003). h. 97
[10]Atar Semi. Metode Penelitian Sastra.
(Bandung: Angkasa. 1993). h. 24
[11]Suharsimi Arikunto. Prosedur
Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. (Jakarta: Rineka Cipta. 2002). h. 107
[12]Lexy Moleong. Metode Penelitian
Kualitatif. (Bandung: Rosdakarya. 2001). h. 190
ini buat karya tulis bisa gak ??
BalasHapusbisa tapi harus karya tulis dibidang bahasa atau sastra.
BalasHapus