Minggu, 11 Oktober 2015

KONDISI KEJIWAAN TOKOH UTAMA DALAM NOVEL PERAHU KERTAS KARYA DEWI LESTARI (Sebuah Kajian Psikologi Sastra)




ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan kondisi kejiwaan tokohutama dalam alur novel Perahu Kertas, yakni Kugy. Penulis menggunakan metode kualitatif dengan metode content analysis atau analisis isi, dengan menggunakan pendekatan psikologi sastra. pendekatan psikologi sastra digunakan sebagai landasan berpijak dalam melakukan analisis terhadap karakter tokoh, serta mendeskripsikan aspek struktur (tokoh, latar, alur, dan konflik) yang membangun totalitas novel tersebut. 
Tujuannya adalah mengungkapkan kondisi kejiwaan pada tokoh utama dalam alur novel Perahu Kertas, yakni Kugy.Hasil dari analisis struktur terhadap novel Perahu Kertas adalah terdapattujuh tokoh yang terbagi dalam satu tokoh utama, satu tokoh utama tambahan danlima sebagai tokoh pendukung; latar yang paling menonjol adalah latar fisik;terdapat tujuh komposisi alur cerita dan terjadi konflik yang paling menonjoladalah konflik internal.
Hasil dari analisis psikologi sastra secara garis besar adalah Kugy
memiliki keseimbangan antara Id, Ego dan Superego serta mekanisme pertahanan ego dan konflik yang memiliki fungsi untuk perasaan beralih yang di anggap aman dari apa yang terjadi pada dirinya dan menjadikan perubahan kepribadian pada tokoh Kugy tersendiri. Pada klasifikasi emosi dalam diri Kugy menjadikan emosi atau perasaan-perasaan tersebut sangat terkait dengan tindakan yang ditimbulkannya.
1.    PENDAHULUAN
Karya sastra adalah sebuah hasil cipta manusia yang mengandung nilai keindahan yang tinggi karena semua bentuk dari karya sastra dibuat berdasarkan hati dan pemikiran yang jernih atau dengan kata lain karya sastra adalah cerminan dari hati seseorang, dalam hal ini pengarang. Memaknai suatu karya sastra memerlukan banyak pertimbangan dalam menentukan maksud dan tujuan dari karya sastra tersebut dengan kata lain bahwa suatu karya sastra adalah dunia kemungkinan, jadi jika pembaca berhadapan dengan sebuah karya sastra, maka pembaca akan dihadapkan pada banyak kemungkinan atas suatu penafsiran. Sebuah karya sastra yang baik tidak hanya dipandang sebagai rangkaian kata tetapi juga ditentukan oleh makna yang terkandung di dalamnya dan memberikan pesan positif bagi pembacanya (Endraswara, 2003:160).[1] Pada karya sastra dilukiskan keadaan dan kehidupan sosial seorang individu, interaksinya dengan individu lainnya dalam suatu masyarakat, peristiwa-peristiwa, ide dan gagasan, serta nilai-nilai yang diamanatkan pencipta lewat tokoh-tokoh rekaan dalam cerita.
Secara utuh karya sastra terbagi atas tiga macam, yakni puisi, prosa dan drama. Salah satu jenis karya sastra prosa yang menarik adalah novel. Novel merupakan bagian dari karya sastra fiksi yang memuat pengalaman manusia secara menyeluruh atau merupakan suatu terjemahan tentang perjalanan hidup yang bersentuhan dengan kehidupan manusia, sehingga dapat dikatan juga bahwa karya fiksi berupa novel adalah suatu potret realitas yang terwujud melalui bahasa yang estetis. Novel sebagai sebuah karya fiksi menawarkan sebuah dunia, dunia yang beisi model kehidupan yang diidealkan, dunia imajinatif, yang dibangun melalui berbagi unsur interinsiknya seperti peristiwa, plot, tokoh, latar, sudut pandang, dan lain-lain.
Dari tiga jenis karya sastra baik itu puisi, prosa dan drama ternyata memiliki bentuk yang berbeda-beda, namun ketiganya juga memiliki kesamaan yang tidak bisa dipisahkan, yakni sama-sama memiliki makna yang terpendam jauh didalam, sehingga tidak tampak jelas jika kita melihatnya secara kasat mata, kasat mata yang dimaksud adalah cara memaknai sebuah karya sastra tanpa mengacu pada sebuah pendekatan atau teori-teori sastra.Salah satu pendekatan yang menjadi kajian dalam proposal ini adalah pendekatan psikologi sastra. Psikologi sastra merupakan cabang penelitian sastra yang menghubungkan aspek psikologis pengarang dan karya sastra.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengungkapkan kondisi kejiwaan pada tokoh utama dalam novel Perahu Kertaskarya Dewi Lestari dengan pendekatan psikologi sastra sebagai landasan berpijak dalam melakukan analisis terhadap karakter tokoh. Penulis berpendapat bahwa bagian kejiwaan tokoh utama dan struktur dalam novel Perahu Kertas adalah salah satu bagian yang paling menonjol yang menarik untuk dianalisis atau ditelaah sebab kejiwaan tokoh utama dalam novel tersebut sangat kompleks dan juga syarat dengan emosi. Meskipun demikian, alur novel ini tetap ringan untuk dibaca. Hal inilah yangmelatarbelakangi penulis mengambil judul “Kondisi Kejiwaan Tokoh UtamaNovel Perahu Kertas Karya Dewi Lestari dengan pendekatan Psikologi Sastra.

2.    KAJIAN PUSTAKA
Novel berasal dari bahasa Inggris novel merupakan bentuk karya sastra yang disebut fiksi. Novel dilihat dari segi bentuknya termasuk segi panjang cerita. Novel dapat mengemukakan sesuatu secara bebas, menyajikan sesuatu secara lebih banyak, lebih rinci, lebih detil, dan lebih banyak melibatkan permasalahan yang lebih kompleks (Nurgiyantoro, 1995:10-11).[2] Sebagai salah satu bentuk karya sastra, novel diharapkan dapat memunculkan pemikiran-pemikiran yang positif bagi pembacanya, sehingga pembaca peka terhadap masalah-masalah yang berkaitan dengan kehidupan sosial dan mendorong untuk berperilaku baik. Novel dapat dijadikan bahan perenungan untuk mencari pengalaman, karena di dalam novel mengandung banyak nilai kehidupan, pendidikan, serta pesan moral yang cukup bervarisi. Pengalaman batin dalam sebuah novel dapat memperkaya kehidupan batin penikmatnya. Unsur intrinsik dalam novel adalah peristiwa, plot, tokoh (dan penokohan), latar, sudut pandang, dan lain-lain yang kesemuanya bersifat imajiner (Nurgiyantoro, 1995:4).[3] Sebagai alur cerita dalam karya sastra, plot memiliki fungsi yang berbeda bagi pengarang maupun pembaca. Bagi pengarang, plot bisa digunakan sebagai acuan kerangka karangan. Acuan itu selanjutnya dijadikan pedoman untuk mengembangkan seluruh isi cerita. Bagi pembaca, memahami plot karya sastra berarti telah memahami seluruh isi cerita dalam karya sastra. Plot dilihat dari rangkaian peristiwa di klasifikasikan menjadi tujuh bagian, yaitu (1) eksposisi, (2) konflikasi, (3) konflik, (4) krisis, (5) klimaks, (6) peleraian, dan (7) solusi.[4]Perkembangan dalam hal ini lebih mengacu pada perubahan karakteristik yang khas dari gejala-gejala kejiwaan ke arah yang lebih maju, perubahan yang bersifat progresif dan menyebabkan tercapainya kemampuan dan karakteristik psikis yang baru.[5]
            Karya satra khususnya novel yang di pandang sebagai penomena psikologi, akan menampilkan aspek-aspek kejiwaan melalui tokoh-tokohnya, berarti ada benarnya bila Jetmen Sarwono berpendapat bahwa karya sastra dan psikologi memang memiliki pertautan yang erat, secara tak lansung dan fungsional.[6] Sastra maupun pisikologi memiliki objek yang sama yaitu kehidupan manusia. Psikologi dan sastra memiliki hubungan fungsional karena sama –sama mempelajari keadaan jiwa orang lain, bedanya dalam psikologi gejala tersebut real atau nyata, sedangkan dalam sastra bersifat imajinatif.[7] Teori psikologi yang dominan dalam menganalisis karya sastra adalah teori Freud. Teori Freud membedakan kepribadian menjadi tiga macam, yaitu; Id, Ego, dan  Super Ego.[8] Yang mana prilaku seseorang merupakan hasil interaksi antara ketiga komponen tersebut. Id adalah sistem kepribadian yang asli dibawa sejak lahir, dari Id ini kemudian akan muncul ego dan super ego. Ego adalah bagian eksekutif dari kepribadian dan berfungsi secara logis berdasarkan prinsip kenyataan untuk, menemukan cara pemuasan dorongan Id secara ealistis. Super Ego memiliki fungsi pokok menentukan apakah sesuatu benar atau salah, pantas atau tidak dengan demikian kepribadian akan bertindak sesuai dengan moral masyarakat.

3.    METODE PENELITIAN
        Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan metode content analysis atau analisis isi, menggunakan kajian psikologi sastra.Studi ini mengangkat teks sastra sebagai wilayah kajian. Peneliti mengangkat kondisi kejiwaan tokoh utama dalam novel Perahu Kertas karya Dewi Lestari. Penokohan tersebut diteliti karena menggambarkan secara jelas bagaimana kondisi kejiwaan tokoh utama pada alur cerita dalam novel tersebut. Endraswara menyatakan bahwa psikologi sastra menggunakan pendekatan kontekstual, yang mengkaji aspek kejiwaan tokoh dalam karya sastra.[9] Aspek kejiwaan yang kami maksud adalah kondisi kejiwaan tokoh utama dalam novel Perahu Kertas.
Pada penelitian ini, instrumen yang digunakan adalah peneliti sendiri (human instrument). Peneliti bertindak sebagai pelaku dalam menafsirkan makna dari data-data yang telah diperoleh dalam teks novel. Semi menjelaskan bahwa dalam penelitian kualitatif peneliti langsung sebagai instrumen kunci, ia mengarahkan segala kemampuan intelektual, pengetahuan, dan keterampilan dalam mengumpulkan data dan mencatat segala fenomena yang diamatinya.[10] Data yang dihasilkan dari penelitian ini berupa kutipan novel yang berisi paparan naratif dan dialog yang merepresentasikan kondisi kejiwaan tokoh utama dalam novel Perahu Kertas.Sumber data dalam penelitian adalah subjek di mana data dapat diperoleh.[11] Sumber data dalam penelitian ini adalah teks dalam novel Perahu Kertas. Prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini adalah studi dokumentasi karena novel yang dijadikan bahan penelitian berwujud dokumen. Adapun langkah yang digunakan dalam mengumpulkan data penelitian adalah membaca, mengidentifikasi, kodifikasi, dan klasifikasi.
Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, yaitu catatan pengamatan yang sudah dituliskan dalam klasifikasi data, data-data referensi serta dokumen lainnya yang mendukung konteks. Setelah dibaca, dipelajari, dan ditelaah maka langkah berikutnya adalah reduksi data, yaitu penentuan data mana yang dianggap sesuai, kemudian pencatatan data yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti, lalu dilanjutkan dengan jalan membuat abstraksi yang berupa rangkuman dan pernyataan-pernyataan inti. Kemudian disusun dalam satuan-satuan yang telah ditentukan dalam klasifikasi data. Akhirnya peneliti mengadakan pemeriksaan keabsahan data. Setelah selesai tahap ini, mulailah penafsiran data dalam mengolah hasil sementara menjadi teori substantif dengan menggunakan metode tertentu.[12] Sesuai dengan masalah yang dikerjakan dalam penelitian ini, maka kegiatan yang dilakukan adalah pemberian makna pada paparan data yang telah diklasifikasi dalam tahap sebelumnya yang berupa paparan naratif dan dialog tokoh yang berkaitan dengan kondisi kejiwaan tokoh utama dalam alur cerita novel Perahu Kertas. Dalam kegiatan pemaknaan data, peneliti harus memiliki dasar pengetahuan dan pengalaman yang relevan dengan aspek-aspek yang berkaitan dengan permasalahan tersebut.




4.    HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.   Analisis Struktural dalam novel Perahu Kertas
Tokoh dalam novel Perahu Kertas terdapat tujuh tokoh, diantaranya satu tokoh utama, satu tokoh utama tambahan dan lima sebagai tokoh pendukung. Kugy sebagai tokoh utama dan Keenan sebagai tokoh utama tambahan. Lima tokoh pendukung yaitu, Noni (sahabat Kugy sejak kecil), Wanda, Luhde, Eko dan Remi. Penokohan dalam novel ini dipaparkan secara analitik dan dramatik, pengarang menjelaskan watak para tokoh melalui penjelasan fisik, dan percakapan atau dialog yang terjadi.
Dalam cerita novel ini pengarang tidak menciptakan tokoh antagonis.Latar dalam novel Perahu Kertas, terdiri dari latar fisik dan latar spiritual. Latar fisik sendiri seperti tempat lokasi, waktu dan peristiwa penting. Terdapat beberapa alokasi waktu yang merupakan bagian dari latar fisik pada novel tersebut, misalnya suasana malam tahun baru di Pantai Kuta dan Jakarta, malam tahun baru 2002, sedangkan latar spiritual berwujud tata cara, adat istiadat, kepercayaan, dan nilai-nilai yang berlaku di tempat bersangkutan. Pada novel ini dibuktikan ketika seorang gadis Bali bernama Luhde sedang melakukan ritual sembahyang di pura secara khusuk dan khidmat.
Alur atau plot dalam novel Perahu Kertas mempunyai tahapan plot yang lebih rinci. Ada tujuh komposisi alur cerita dalam pengembangan plot di antaranya sebagai berikut.
a. Eksposisi artinya paparan awal cerita. Dalam novel Perahu Kertas tokoh utama mulai diperkenalkan dan dipaparkan secara analitik dan dramatik. Pengarang menjelaskan melalui penjelasan fisik dan percakapan atau dialog yang terjadi.
b. Inciting moment (konflikasi), peristiwa yang terjadi pada tokohutama, yaitu Kugy mulai ditampilkan oleh pengarang. Kugy merasakanada sesuatu yang tidak beres pada dirinya ketika proyek perjodohanKeenan dan Wanda mulai dijalankan oleh Noni dan Eko.
c. Rising action(naiknya konflik/peristiwa). Konflik mulai terjadi dimulai
dengan Kugy menjauhi sahabat-sahabatnya ketika proyek perjodohan
Keenan dengan Wanda mulai berhasil.
d. Complication(krisis), adalah konflik cerita semakin ruwet. Perasaan kecewa Noni terhadap Kugy semakin lengkap ketika Kugy tidak hadirpada ulang tahun Noni yang sangat ditunggu-tunggu kehadirannya oleh Noni. Di satu sisi Kugy semakin menjauh dengan Noni karena rasa
bersalah yang sangat dalam kepada sahabatnya itu.
e. Climax (klimaks), merupakan puncak dari seluruhcerita. Kugy menyadari bahwa ia jatuh cinta pada Keenan, tetapi Kugymengetahui apa yang sebenarnya terjadi antara Luhde dengan Keenan. Konflik cerita semakin rumit ketika Remi (pacar Kugy) melamar Kugy tetapi bayangan Keenan masih berdiri tegak dihatinya.
f. Falling action (peleraian konflik), emosi yang memuncak pada tahapini telah berkurang. Noni meminta maaf pada Kugy. Ia mengakui bahwa iaselalu cemburu pada Kugy, dan Noni telah menyadari satu hal bahwa
sahabatnya itu telah jatuh cinta pada Keenan.
g. Denouement (solusi), artinya penyelesaian. Kalimat yang seharusnya terucap dan keluar dari hati masing-masing empat tahun lalu barulah terucap oleh Keenan. Pernyataan Keenan lah yang membantu Kugy keluar dari perasaan menyiksa. Keenan dan Kugy akhirnya bersatu.

Konflik yang terjadi pada tokoh utama adalah sebagai berikut.
1) Konflik sosial, konflik antara Keenan dengan Ayahnya. Keenan
memutuskan untuk berhenti kuliah di Fakultas Ekonomi dan memilih
untuk fokus melukis dan pameran lukisan.
2) Konflik sosial, konflik antara Noni dengan Kugy. Kugy yang diam-diam
menjauhi Noni dan juga sahabat-sahabatnya karena proyek perjodohan
Keenan dengan Wanda dan ketidakhadiran Kugy pada pesta ulang tahunNoni di rumah Wanda.
3) Konflik internal yang terjadi adalah konflik batin Kugy terhadap
permasalahan yang berdatangan dan juga kebingungan hatinya. Dimulai Kugy tidak menyukai proyek percomblangan Keenan dengan Wanda dan ketika Kugy menyadari bahwa ia telah jatuh cinta pada Keenan, keraguan hatinya untuk datang ke pesta ulang tahun Noni atau tidak. Hatinyalah yang remuk ketika ia melihat kemesraan Keenan dan Wanda yang semakin dekat di acara tersebut.
Empat unsur (tokoh, latar, alur, dan konflik) tersebut, memiliki keterkaitan
dalam pembentukan kepribadian tokoh utama Kugy.

B.   Analisis Kejiwaan Tokoh Utama (Kugy) dalam novel Perahu Kertas
1. Struktur Kepribadian Kugy dalam novel Perahu Kertas antara lain:
Id dalam diri Kugy tampak ketika menulis surat kepada Dewa Neptunus.Dorongan tersebut berisi dorongan agresif dan nafsu. Kugy juga tidak bisa menjelaskan bagaimana batinnya dibuat damai dengan menyaksikan perahu- perahu kertas itu terbawa hanyut. Pada kejadian ini, Kugy kecil pun tidak dapat membedakan antara pikiran dan perbuatan. Antara yang nyata dan hanya dalam khayalan. Semua ini dilakukan hanya untuk kesenangan dan kedamaian hati.
Ego dalam diri Kugy tampak bahwa Kugy mampu menahan keinginannyasekaligus cita-citanya sebagai penulis dongeng, walaupun jalannya sebagai penulis dongeng harus berputar-putar baru kemudian ia bisa menjadi diri sendiri yaitu sebagai juru dongeng.
Superego pada diri Kugy tampak ketika Kugy mempunyai keberanian dandorongan untuk meminta maaf lebih dulu ke Noni ketika pembicaraan terakhir mereka yang kurang mengenakkan dan ketidakhadiran Kugy di pesta ulang tahun Noni ke-20. Selain itu juga super ego yang ada dalam diri Kugy adalah dorongan untuk tetap mencintai Keenan walaupun mereka harus di pisahkan pada waktu yang cukup lama. Kugy dan Keenan pun telah memiliki pasangan masing-masing tetapi perasaan mereka masih berdiri tegak di hati mereka berdua. Tetapi Kugy lebih memilih untuk meleburkan hatinya untuk Keenan karena menurut Kugy, Luhde dan Remi tidak pantas untuk disakiti.

2. Mekanisme Pertahanan Ego dan Konflik
Penyangkalan yang dilakukan pada Kugy adalah Kugy berusaha menghindar dari Keenan agar perasaannya terhadap Keenan tidak semakin dalam jatuhnya. Kugy tidak ingin cintanya itu bertepuk sebelah tangan, mengingat bahwa Keenan akan di jodohkan dengan Wanda, sepupu Noni dari Melbourne. Lebih baik ia yang menghindar dan menyangkal persaannya sendiri sedikit demi sedikit sebelum terlampau dalam persaannya terhadap Keenan. Menyibukkan diri sebagaipengajar di Klub Kakak Asuh mungkin saat ini lebih baik untuk menghindar agar perasaannya tidak terlalu sakit.
Normadisme pada diri Kugy dibuktikan dimulai dari Kugy mempercepatkuliahnya dengan cara mengambil semester pendek di setiap semesternya lalu menyibukkan diri mengajar di Klub Kakak Asuh (Sakolah Alit), dan pindah ke kos yang baru. Simpatisme pada diri Kugy yang dilakukannya adalah Kugy berusaha memberikan dukungan dan keyakinan kepada Keenan setelah apa yang terjadi dengan dirinya. Kejadian yang menimpa Keenaan tersebut tanpa Kugy sadari ternyata telah memberikan rasa simpatinya walau tidak sedikit Kugy merasa emosi tadi, karena selama ini ia merasa bahwa Keenanlah yang menginspirasinya untuk tetap menulis dongeng dan yakin pada impian-impiannya bukan Keenan seperti ini yang ia inginkan.
Melakonkan yang terdapat diri Kugy adalah mengekspresikan emosiemosinya pada lembaran-lembaran kertas putih lalu ia menumpahkan semuanya kesedihan dan kegelisahannya selama ini, yakni menulis surat untuk Dewa Neptunus, kebiasaan yang tak pernah ia lupakan.

3. Klasifikasi Emosi
Rasa bersalah pada diri Kugy ketika Kugy putus cinta dengan Ojos, danketidakhadiran Kugy pada pesta ulang tahun Noni. Rasa malu yang Kugy rasakan adalah ketika secara mendadak Noni dan Eko mengajaknya ke Galeri Warsita dan Kugy merasa bahwa pada saat itu ia berpakaian kurang pantas untuk acara tersebut. Kugy merasa malu dan terlihat bodoh dengan berpenampilan seperti itu. Kesedihan Kugy ketika Keenan mulai di dijodohkan kepada Wanda dan ia pun kurang yakin ketika proyek perjodohan itu mulai berjalan.
Kesedihan Kugy pun berlanjut ketika peristiwa kebohongan Wanda terhadap Keenan soal lukisanKeenan yang tidak laku keempat-empatnya. Kesedihan Kugy semakin lengkap saat cintanya hilang dan ketika ia merasa bahwa ia telah salah mencintai seseorang. Dalam hal ini cinta yang Kugy alami ketika Kugy menyadari bahwa dirinya telah jatuh cinta pada Keenan. Pada akhirnya Keenan dan Kugy ditakdirakan untuk bersatu saling mencintai dan mewujudkan mimpi-mimpi-mereka.
.

5.    PENUTUP
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kondisi kejiwaan tokoh utama dalam novel Perahu Kertas karya Dewi Lestari. Kondisi kejiwaan dapat terlihat dalamempat unsur (tokoh, latar, alur, dan konflik) dalam novel.
Novel Perahu Kertas merupakan novel cerita remaja yang mengisahakanpersahabatan, kekeluargaan, cita-cita, dan berpegang teguh pada apa yang diinginkannya. Terdapat beberapa gejolak jiwa pada sang tokoh utama pada novel tersebut, yaitu Kugy. Hal ini penting untuk diteliti karena dalam setiap karya sastra terdapat psikologi walau pun pengarang tidak menciptakan novel psikologi tetapi pada hakikatnya setiap tokoh yang diciptakan oleh pengarang mempunyai kondisi psikologis yang sangat berpengaruh pada kejadian atau konflik cerita.
Pada penilitian ini terungkap beberapa kondisi kejiwaan sang tokoh utama, yaitu Kugy seperti yang telah dipaparkan sebelumnya bahwa tokoh utama Kugymemiliki keseimbangan antara Id, Ego dan Superego serta mekanisme pertahanan ego dan konflik yang memiliki fungsi untuk perasaan beralih yang di anggap aman dari apa yang terjadi pada dirinya dan menjadikan perubahan kepribadian pada tokoh Kugy tersendiri. Pada klasifikasi emosi dalam diri Kugy menjadikan emosi atau perasaan-perasaan tersebut sangat terkait dengan tindakan yang ditimbulkannya. Sebagai penutup dari tulisan ini, penulis berharap agar penelitian ini dapat dikembangkan dan menghasilkan kajian yang lebih baik lagi, dan mengetahui nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.

















DAFTAR PUSTAKA

Aminuddin. Pengantar Memahami Unsur-unsur dalam Karya Sastra Bagian II. Malang: Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni IKIP Malang. 1984.
Ali, Mohammad dan Mohammad Asrori. PSIKOLOGI REMAJA; Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Bumi Aksara. 2011.
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Endraswara, Suwardi. Metodologi Penelitian Sastra: Epistimologi, Model, Teori, dan Aplikasi. Yogyakarta: Pustaka Widyatama. 2003.
Freud, Sigmund. Psikoanalisis, Penerjemah: Ira Puspitarini. Yogyakarta: Ikon. 2002
       Moleong, Lexy. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosdakarya. 2001.
Nurgiyantoro, Burhan. TeoriPengkajianFiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. 1995.
                  ________________. Teori Penkajian Fiksi .Yogyakarta :Gajah Mada
University Press. 2007.
Sarwono, Sarlito. Psikologi Remaja (edisi revisi). Jakarta: Rajawali Pers. 2011.
Semi, Atar. Metode Penelitian Sastra. Bandung: Angkasa. 1993.


[1]SuwardiEndraswara, 2003. MetodologiPenelitianSastra: Epistimologi, Model, Teori, danAplikasi.(Yogyakarta: PustakaWidyatama. 2003). h. 160

[2]Burhan Nurgiyantoro. Teori Pengkajian Fiksi. (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. 1995). h. 10-11
[3]Burhan Nurgiyantoro. Teori Pengkajian Fiksi. (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. 1995). h. 4
[4]Aminuddin. Pengantar Memahami Unsur-unsur dalam Karya Sastra Bagian II. (Malang: Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni IKIP Malang. 1984). h. 99-100
[5]Mohammad Ali dan Mohammad Asrori. PSIKOLOGI REMAJA; Perkembangan Peserta Didik. (Jakarta: Bumi Aksara. 2011). h. 11
[6]Sarlito Sarwono. Psikologi Remaja edisi revisi. (Jakarta: Rajawali Pers. 2011). h. 165
[7] Burhan Nurgiyantoro. Teori Pengkajian Fiksi. (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. 2007). h. 96-97
[8]Sigmund Freud. Psikoanalisis, Penerjemah: Ira Puspitarini. (Yogyakarta: Ikon. 2002). 
[9]Suwardi Endraswara, 2003. Metodologi Penelitian Sastra: Epistimologi, Model, Teori, dan Aplikasi.(Yogyakarta: Pustaka Widyatama. 2003). h. 97
[10]Atar Semi. Metode Penelitian Sastra. (Bandung: Angkasa. 1993). h. 24
[11]Suharsimi Arikunto. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. (Jakarta: Rineka Cipta. 2002). h. 107
[12]Lexy Moleong. Metode Penelitian Kualitatif. (Bandung: Rosdakarya. 2001). h. 190
 

2 komentar: