A. PENDAHULUAN
Secara epistimologis maupun psikologis, berbagai pernyataan teoretis
telah banyak dimunculkan untuk mendukung konsepsi dikotomis tentang
keterampilan berbahasa. Menurut teori tersebut pengetahuan kebahasaan (language
knowledge) dibedakan dari penggunaan bahasa (language use). Misalnya, Chomsky
(dalam Kholisin, 2001: 70) membedakan antara kompetensi (competence) dan
performansi (performance). Menurutnya, kompetensi linguistik merupakan
pembawaan biologis yang menjadikan setiap individu mampu memproduksi kalimat
yang tak terhingga banyaknya, sedangkan performansi adalah kemampuan individu
untuk berbahasa secara praktis.
Dari penelitian tentang input linguistik pada anak ditemukan bahwa
ciri-ciri ucapan/tuturan yang ditujukan kepada anak dibentuk melalui modifikasi
model orang dewasa, khususnya pada tataran ciriciri paralinguistik, ciri-ciri
sintaksis, dan wacana. Fasilitator terpenting dalam perkembangan bahasa anak
adalah sejauh mana kepekaan perhatian para orang tua kepada usaha anak yang bersifat
komunikatif, dan bagaimana mereka mengembangkan percakapan dengan bertolak pada
usaha anak yang bersangkutan.
Peran interaksi sosial dalam menentukan bentuk dan fungsi bahasa telah
diajukan oleh Halliday (dalam Kholisin, 2001: 74) dalam gagasan sistemicfunctional
linguistics. Menurutnya, tahap awal perkembangan bahasa berkaitan dengan fungsi
tertentu. Ada tiga variabel situasional yang dianggap sebagai faktor penting
bagi perkembangan bahasa: (a) aktivitas sosial yang menghasilkan topik, (b)
peran hubungan antarpartisipan dalam bentuk kontak hubungan, pengaruh, dan
status, dan (c) bentuk/model retorikal yang dipakai. Teori Halliday ini memberi
wawasan tentang pentingnya faktor sosial dalam menentukan variasi perkembangan
bahasa anak
Austin (dalam Astuti, 2001: 170) menyatakan bahwa di dalam mengutarakan
tuturan, seseorang dapat melakukan sesuatu selain mengatakan sesuatu.
Maksudnya, bila seseorang mengatakan sesuatu, orang itu tidak hanya mengatakan
sesuatu, tetapi juga melakukan sesuatu. Tuturan yang pengutaraannya digunakan
untuk melakukan sesuatu disebut tuturan performatif (performative), sedangkan
tuturan yang dipergunakan untuk mengatakan sesuatu disebut tuturan konstatif
(constative). Tuturan performatif tidak mengandung nilai benar dan salah; tuturan
ini ditandai dengan penggunaan subjek orang pertama dan kata kerjanya berkala
kini (di dalam bahasa Inggris). Tuturan konstatif merupakan ekspresi
kepercayaan yang dibarengi dengan ekspresi maksud, sehingga mitra tutur
membentuk (atau memegang) kepercayaan serupa.
Tindak tutur adalah kegiatan yang menggunakan media bahasa sebagai sarana
dasar untuk mengungkapkan ide, saran atau pendapat dan perasaan yang
diungkapkan secara lisan. Tindak tutur dapat didefinisikan sebagai unit
terkecil dari aktivitas percakapan yang dapat dikatakan memiliki fungsi,
seperti melaporkan, menyatakan, memperingatkan, mengarahkan, menyarankan,
menyajikan, mengkritik, dan meminta.
Istilah tindak tutur (speech act) dikenal dengan terbitnya buku Austin
yang berjudul How to Do things with words. Austin memaparkan bahwa aktivitas
bertutur tidak hanya terbatas pada penuturan sesuatu, tetapi juga melakukan
sesuatu. Austin (dalam Chaer dan Leonie Agustina, 2004: 53) membedakan tindak
tutur menjadi tiga kelompok, yaitu (a) tindak tutur lokusi, (b) tindak tutur
ilokusi, dan (c) tindak tutur perlokusi.
Tindak tutur lokusi adalah tindak tutur yang menyatakan sesuatu dari arti
“berkata”, atau tindak tutur dalam bentuk kalimat yang bermakna dan dapat
dipahami. Misalnya “Ibu guru berkata kepada saya agar saya membantunya”. Searle
(dalam Chaer dan Leonie Agustina, 2004: 53) menyebut tindak tutur lokusi dengan
istilah tindak tutur preposisi, karena tindak tutur ini hanya berkaitan dengan
makna. Tindak tutur lokusi merupakan tindak tutur untuk menyatakan sesuatu.
Tindak tutur ini disebut sebagai The Act of Saying Something.
Sebuah tuturan selain berfungsi untuk mengatakan atau menginformasikan
sesuatu, dapat juga dipergunakan untuk melakukan sesuatu. Bila hal ini terjadi
tindak tutur yang terbentuk adalah tindak tutur ilokusi. Tindak tutur ilokusi
disebut sebagai The Act Doing Something. Tindak tutur ilokusi merupakan tindak
tutur yang biasanya diidentifikasikan dengan kalimat performatif yang
eksplesit. Tindak tutur ilokusi berkenan dengn pemberian izin, mengucapkan
terima kasih, menyuruh, menawarkan, dan menjanjikan. Misalnya “Ibu guru
menyuruh saya agar segera berangkat”. Tindak tutur ilokusi hanya berkaitan
dengan makna, maka makna tindak tutur ilokusi berkaitan dengan nilai yang
dibawakan oleh preposisinya. Tindak tutur ilokusi sangat sukar diidentifikasi
karena terlebih dahulu harus mempertimbangkan siapa penutur dan lawan tutur,
kapan, dan dimana tindak tutur terjadi. Dengan demikian tindak tutur ilokusi
merupakan bagian sentral untuk memahami tindak tutur.
Sebuah tuturan yang diutarakan oleh sesorang seringkali mempunyai daya
pengaruh (perlocutionary force) atau efek bagi yang mendengarnya. Efek atau
daya pengaruh ini dapat secara sengaja dikreasikan oleh penuturnya. Tindak
tutur yang pengutaraannya dimaksudkan untuk mempengaruhi lawan tutur disebut
dengan tindak perlokusi. Tindak tindak tutur perlokusi disebut the act of
affecthing someone.
Faktor terbesar yang berpengaruh pada interaksi dalam kelas adalah
pengetahuan yang dimiliki bersama, karakteristik situasional, dan persepsi
personal. Pembagian pengetahuan mengacu pada isi, pengalaman, norma, dan sistem
nilai yang dimiliki bersama. Karakteristik situasional yang penting adalah
partisipan dan konteks. Kerangka kerja partisipasi dalam kelas menentukan
hubungan seluruh partisipan dalam interaksi dengan tuturan. Kajian etnografi
telah membuktikan betapa besar peranan pemerataan kontribusi percakapan anak
dengan partisipan lain atau dengan guru dalam mempertahankan partisipasi
mereka. Persepsi personal mengacu pada perbedaan individual dalam hal tujuan
yang bersifat komunikatif dan penafsiran peristiwa yang sedang terjadi. Wacana
di dalam kelas bisa salah arah jika terjadi ketaksambungan antara berbagai
faktor di atas.
Dengan demikian, guru tidak hanya dituntut mampu membuka pelajaran
(opening act) dan menutup pelajaran (closing act), tetapi juga harus mampu
menggunakan reinforcement untuk
memuji, memberi dorongan, bergurau dengan murid, menerima atau menggunakan
ide-ide dengan murid, membina jawaban-jawaban murid, dan menggunakan kritikan
kritikan halus seperti “itu kurang tepat.” Oleh karena itu, menurut Brown dan
Levinson (dalam Suparno, 2000:15) guru yang mengajar di kelas diharapkan mampu
memberi petunjuk (hint), pemahaman (understate), penekanan (overstate),
pengulangan kata (tautologis), kontradiksi (contradiction), kiasan (metaphors),
dan pertanyaan retorik (rhetorical questions).
B.
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan pendekatan sosioprogmatik, adapun jenis
penelitian ini adalah kualitatif. Metode yang digunakan adalah deskriptif
analisis. Sumber data dalam penelitian ini adalah guru mata pelajaran bahasa
Indonesia dan siswa kelas VIII SMP Kota Bandung. Data dalam penelitian ini
berupa tuturan guru mata pelajaran bahasa Indonesia dan siswa kelas VIII SMP
Kota Bandung. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah observasi, perekaman, catatan lapangan, dan wawancara. Setelah data
terkumpul dilakukan proses klasifikasi data selanjutnya dilakukan analisis.
Proses analisis dilakukan secara bersamaan, seluruh korpus dikelompokkan
menurut persamaan bentuk, jenis, dan makna.
C.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Tindak Tutur Guru dalam Pembelajaran
Menulis dengan Komposisi Terarah Tingkat Penerapan
Guru bahasa Indonesia SMP Kota Bandung dalam pembelajaran menulis dengan
komposisi terarah tingkat penerapan di kelas menggunakan 17 jenis tindak tutur.
Ketujuh belas tindak tutur tersebut dapat dideskripsikan sebagai berikut.
Tindak Tutur Memberi Pengantar
Tindak tutur memberi pengantar dilakukan oleh guru untuk menyiapkan dan
memusatkan perhatian siswa terhadap materi yang akan disajikan. Realisasi
tindak tutur memberi pengantar yang dilakukan guru berupa memberi keterangan
awal tentang materi yang akan disajikan, serta memusatkan perhatian siswa
dengan cara mengajak siswa untuk menggunakan pengetahuannya dalam mengikuti
materi yang akan disajikan. Hal ini dapat dilihat pada kutipan data berikut.
Kalau yang sudah mulai menulis di lanjutkan, yang
belum diperbaiki dan silahkan dilanjutkan. Pgt.N3.T.B
Tindak tutur ini tesebut. Guru dalam merealisasikan tindak tutur memberi
pengantar berbentuk perintah yang mengarah pada pembentukan situasi kelas yang
kondusif demi terlaksananya interaksi belajar-mengajar yang baik. Dalam tindak
tutur memberi pengantar yang dilakukan guru terkandung tindak tutur memberi
petunjuk yang berbentuk kalimat perintah yang bernosi memberi petunjuk.
Tindak Tutur Perintah
Tindak tutur perintah dilakukan guru untuk lebih memperaktif siswa, melalui
tindakan tertentu oleh siswa sesuai dengan perintah yang diberikan. Realisasi
tindak tutur perintah yang dilakukan guru berupa pernyataan perintah. Hal ini
dapat dilihat pada kutipan data berikut.
Tidak ada? Kerjakan! Prt.KN.T.B
Tindak tutur tesebut. Guru menggunakan tindak tutur perintah dalam
interaksi belajar mengajar jika siswa dirasakan kurang melibatkan diri dalam
interaksi, khususnya dalam penyelesaian tugas. Dalam tindak tutur perintah yang
dilakukan guru terkandung dua tindak tutur, yaitu (1) tindak tutur perintah
yang berbentuk kalimat perintah dan (2) tindak tutur memberi petunjuk yang
berbentuk kalimat perintah yang bernosi memberi petunjuk.
Tindak Tutur Memberi Informasi
Tindak tutur memberi informasi dilakukan guru untuk menyediakan informasi
berupa fakta, ide, dan informasi baru bagi siswa. Realisasi tindak tutur
memberi informasi yang dilakukan guru berupa pernyataan
informatif. Hal ini dapat dilihat pada kutipan data berikut.
Nah, sekarang kita lihat dulu sebagai contoh. Maaf, ya
kalian yang jadi contoh salah bukan berarti menjelekkan tidak, lho ya. Tapi
apa, untuk membandingkan sehingga pada suatu saat kalian tidak melakukan suatu
yang salah. Nomernya yang penting betul dulu, baru nanti kita ke pembahasan.
InfN10.TTB
Tindak tutur tesebut. Melalui tindak tutur memberi informasi ini guru
mengharapkan respon dari siswa yang berbentuk perhatian terhadap pengetahuan
dan memahaminya.Guru merealisasilkan tindak tutur jenis ini setelah guru
memberikan tindak tutur pemancingan dan tindak tutur pemeriksaan siswa tidak
merespon sebagaimana yang diharapkan guru. Hal ini menandakan kognitif siswa
belum mempunyai pengetahuan tentang informasi yang disampaikan guru, sehingga
tindak tutur yang dilakukan guru memberi petunjuk yang berupa kalimat pernyataan
bernosi memberikan informasi.
Tindak Tutur Memancing
Tindak
tutur memancing dilakukan guru untuk melibatkan aktivitas siswa dalam situasi
ininteraktif komunikatif. Realisasi tindak tutur memancing yang dilakukan guru
berupa pertanyaan yang memotivasi siswa agar menanggapi secara verbal. Hal ini
dapat dilihat pada kutipan data berikut.
Raci? Kamu kan ikut Osis otomatis bercerita bisa, ya. Mmc.KN.TB
Tindak tutur tesebut oleh guru dimaksudkan agar siswa terlibat dalam
komunikasi selama berlangsungnya proses belajar-mengajar di dalam kelas. Dalam
tindak tutur pemancingan yang dilakukan, terkandung dua tindak tutur, yaitu (1)
tindak tutur pemancingan dan (2) tindak tutur penawaran. Hal ini mengisyaratkan
bahwa pemancingan itu ditawarkan kepada semua siswa bukan
pada salah satu siswa.
Tindak Tutur Memeriksa
Tindak tutur memeriksa dilakukan guru untuk meyakinkan tingkat pemahaman
siswa. Realisasi tindak tutur memeriksa yang dilakukan guru berupa pertanyaan
yang mengandung maksud memeriksa siswa. Hal ini dapat dilihat pada kutipan data
berikut.
Punya Triwandi, sudah? Mrs.KN.TB
Tindak tutur tesebut. Dalam tindak tutur pemeriksaan yang dilakukan,
terkandung (1) tindak tutur pemeriksaan yang berbentuk kalimat tanya yang
bernosi memeriksa pemahaman siswa tentang materi yang diterangkan, (2) tindak
tutur pertanyaan terbatas yang berbentuk kalimat tanya yang mengharapkan respon
siswa dalam menggunakan pengetahuannya dalam konteks yang sederhana, responnya
berupa jawaban satu kata atau satu frasa yang secara alamiah bisa dijawab oleh
siswa, dan (3) tindak tutur memberi informasi yang berbentuk pernyataan yang
bernosi memberi informasi kepada siswa agar pemahaman siswa lebih mantap.
Tindak Tutur Mengarahkan
Tindak tutur mengarahkan dilakukan guru untuk Memusatkan dan mengarahkan
perhatian siswa. Realisasi tindak tutur mengarahkan yang dilakukan guru berupa
perintah arahan dalam rangka tanggapan nonverbal. Hal ini dapat dilihat pada kutipan
data berikut.
Boleh. Tapi yang jelas di dalam surat ini harus ada
ini (menunjuk papan tulis). Kalau diketahui oleh Pembina. Jadi, Pembina di
sebelah kiri, terus ketua, dan mengetahui Kepala Sekolah di bawahnya. Kalau
langsung kepala sekolah juga bisa. Mrk.N1.TB
Tindak tutur tesebut dilakukan guru dalam usaha memusatkan atau
mengarahkan perhatian siswa. Respon siswa terhadap tindak tutur arahan yang
dilakukan guru berupa tindak nonverbal sebagaimana diharapkan guru. Jadi siswa,
berbuat sesuatu bukan mengatakan SeSuatu.
Dalam tindak tutur memberi arahan ini, terkandung (1) tindak tutur
memberi arahan yang berbentuk pernyataan yang bernosi mengarahkan tindak
nonverbal siswa, (2) tindak tutur perintah yang berbentuk kalimat perintah yang
bernosi perintah untuk mengubah tindak nonverbal yang sedang dilakukan siswa
pada waktu itu, (3) tindak tutur penolakan yang berbentuk kata moso', dan (4)
tindak tutur penanda yang berbentuk kata dan kelompok kata penanda “ya”,
“coba”.
Tindak Tutur Menawarkan
Tindak tutur menawarkan dilakukan guru untuk memperaktif siswa. Realisasi
tindak tutur menawarkan yang dilakukan guru berupa pertanyaan ataupun
pernyataan yang mengandung maksud meminta respon siswa. Hal ini dapat dilihat
pada kutipan data berikut.
Ada yang mau dipertanyakan dulu? Mwk.N1.T.TB
Tindak tutur tesebut, dilakukan pada saat akan memulai suatu pokok
pembicaraan baru dan memberikan kesempatan pada siswa untuk memberikan
tanggapan, memeriksa pemahaman siswa, dan memberikan informasi melalui siswa.
Dalam tindak tutur penawaran yang dilakukan guru terkandung tindak tutur
pertanyaan tak terbatas, karena respon yang diharapkan dari tindak penawaran
ini adalah respon verbal yang berisi ekspresi pikiran, pendapat, dan penalaran
siswa Selain itu, guru dalam melakukan tindak tutur jenis ini menggunakan
kalimat “Siapa saja yang bisa menambahkan.” Kalimat ini digunakan guru untuk
mendorong dan memotivasi siswa agar mau merespon tindak tutur penawaran yang
dilakulan guru. Melalui kata-kata ini pula guru memberitahukan bahwa siapa saja
dari siswanya boleh merespon walaupun respon itu salah.
Tindak Tutur Mendorong
Tindak tutur mendorong dilakukan guru untuk memotivasi siswa agar turut
aktif dalam kegiatan kelas. Realisasi tindak tutur mendorong yang dilakukan
guru dengan kata-kata: iya, ayo, tolong, nggak apa. Hal ini dapat dilihat pada
kutipan data berikut.
Lha, sampai tujuan ndak kamu kembangkan? Ayo, sehingga
ndak masuk pada tujuannya, tadi kan harus ada tujuannya. Ini belum kamu
rumuskan pada tujuan. Mdr.N10.T.B
Tindak tutur tesebut. Guru melakukan tindak tutur mendorong untuk
mempertajam tindak tutur pemancingan yang ia lakukan. Selain itu, tujuan
pemakaian jenis tindak tutur ini adalah memotivasi siswa untuk menjawab
pancingan dan perintah yang diberikan guru. Guru tidak menampakkan mendesak
siswa, tetapi lebih menekankan pada permohonan atau menyerahkan pada siswa
sepenuhnya.
Dalam tindak tutur memberi dorongan yang dilakukan guru, terkandung
tindak tutur perintah dan tindak tutur penawaran. Dengan penggunaan kata ”ayo”
guru mengajak siswa untuk aktif dalam merespon tindak tutur yang dilakukan
guru. Hal itu
diperkuat
dengan penggunaan kata-kata ”Silahkan”, ”Jangan takut.”
Tindak Tutur Memberi Petunjuk
Tindak tutur memberi petunjuk ini dilakukan dengan tujuan membantu siswa
dalam merespon pertanyaan pancingan yang dilontarkan guru. Guru merealisasikan
tindak tutur ini berupa pernyataan, atau frasa yang mengandung maksud memberi
keterangan kepada siswa tentang sesuatu. Hal ini dapat dilihat pada kutipan
data berikut.
Atau study tour ke Bali. Ojo menuju, jangan
menggunakan kata menuju. Ptj.KN.T.B
Tindak tutur tesebut dilakukan guru dengan cara memberi petunjuk pada
siswa. Petunjuk ini merupakan keterangan tambahan bagi siswa untuk menjawab
pancingan yang diberikan guru lebih lanjut. Dalam tindak tutur memberi petunjuk
yang dilakukan guru terkandung tindak tutur memberi informasi, karena sebelum
memberi petunjuk guru memberikan informasi tentang topik yang dibicarakan.
Tindak Tutur Memberi Isyarat
Tindak tutur memberi isyarat dilakukan dengan tujuan membangkitkan
keberanian siswa untuk menanggapi pernyataan guru secara kritis. Tindak tutur
ini, dilakukan dengan cara memberi perintah atau aba-aba yang bernosi memberi
isyarat kepada siswa. Aba-aba ini, bersifat penawaran bagi siswa, yaitu
kesediaan atau keberanian untuk menafsirkan, meramalkan, atau mengkomunikasikan
pernyatan guru. Hal ini dapat dilihat pada kutipan data berikut.
Lihat. (Mengambil buku tugas salah satu siswa) Pada
hari Jumat malam. Isy.KN.T.TB
Tindak tutur tesebut. Kalimat ”Kamu coba!” atau “Ayo ngacung dulu!”
merupakan refleksi tindak tutur guru dalam memberi isyarat yang bisa diartikan
”siapa yang tahu, angkat tangan” atau "ayo, siapa yang bisa silakan maju,
dan tulis di papan”. Dari sikap dan makna tindakan tutur yang guru lakukan
dapat dilihat bahwa guru tidak memerintah, tetapi menawarkan jika ada yang mau
menjawab pancingan yang diberikan guru.
Dengan demikian dalam tindak tutur memberi isyarat yang dilakukan guru
terkandung tindak tutur (1) tindak tutur perintah, yang berbentuk kalimat
perintah ”Ayo, berikan contoh!” dan (2) tindak tutur memberi dorongan yang
tampak pada penggunaan kalimat “Angkat tangan!” yang bermakna memberi dorongan
dan motivasi kepada siswa untuk merespon pancingan guru.
Tindak Tutur Bertanya Terbatas
Tindak tutur bertanya terbatas dilakukan guru untuk melatih siswa untuk
menggunakan kemampuan dalam konteks sederhana. Realisasi tindak tutur bertanya
terbatas yang dilakukan guru berupa pertanyaan yang hanya memerlukan jawaban
singkat. Hal ini dapat dilihat pada kutipan data berikut.
Menuju ke Bali. Menuju ke Bali dengan pergi ke Bali
sama tidak? Btb.KN.T.B
Tujuan guru menggunakan tindak tutur bertanya terbatas yang berjumlah 7
tuturan ini untuk melatih siswa dalam menggunakan pengetahuannya dalam konteks
yang relatif sederhana. Dalam tindak tutur beraya terbatas yang dilakukan guru
terkandung indak tutur pemancingan, yang tercermin pada kalimat tanya-kalimat
tanya yang dilontarkan guru.
Tindak Tutur Bertanya Tak
Terbatas
Tindak tutur bertanya tak terbatas dilakukan guru untuk melatih siswa
untuk menggunakan kemampuan dalam konteks luas. Realisasi tindak tutur bertanya
tak terbatas yang dilakukan guru berupa pertanyaan latihan atau pertanyaan yang
memerlukan penalaran yang luas. Hal ini dapat dilihat pada kutipan data
berikut.
Kerangka cuma dua maksudnya? Btt.N10.T.B
Dari tindak tutur tesebut, tentunya dapat diduga bahwa respon yang
diharapkan dari siswa adalah respon verbal yang merupakan hasil ekspresi
pikiran, pendapat, dan penalaran yang tidak sederhana. Dalam tindak tutur
pertanyaan tak terbatas yang dilakukan guru terkandung beberapa tindak tutur,
yaitu (1) tindak tutur pemeriksaan dan (2) tindak tutur penawaran.
Tindak Tutur Menunjuk
Tindak tutur menunjuk ini sering dig guru dalam rangka membangkitkan
keberanian siswa dalam memberikan tanggapan secara individual terhadap materi
yang menjadi pokok pembicaraan. Dalam merealisasikan tindak tutur jenis ini
guru melontarkan sejumlah perintah penunjukan pada siswa yang ditujukan untuh
membangkitkan aktivitas dan keberanian siswa. Pada waktu itu, guru memberikan
kesempatan kepada seorang siswa atau beberapa siswa untuk berperan aktif di
dalam interaksi belajar-mengajar. Realisasi penggunaan tindak tutur ini dapat
dilihat pada kutipan berikut.
Nah, di antara ke tiga ini coba bandingkan. Yang pojok
belakang, coba kamu bandingkan yang ini kemudian dibandingkan dengan yang ini.
Kira-kira mana yang tepat? Mnj:N10.T.B
Tindak tutur tesebut. Dalam tindak tutur penunjukan yang dilakukan guru
terkandung tindak tutur perintah. Hal ini bisa dipahami karena tujuan
dilakukannya tindak tutur jenis ini adalah membangkitkan keberanian siswa dalam
memberikan tanggapan secara individual terhadap materi yang menjadi topik
pembicaraan, sehingga siswa diharap memberikan respon untuk melakukan perintah
yang diberikan guru, baik verbal maupun nonverbal.
Tindak tutur menunjuk, sebenarnya lebih terlihat pada penggunaan kata
sebutan "Resti”, “Yoga", dan ”Susilowati”, karena dengan digunakannya
kata sebutan tersebut memperjelas makna penunjukan, bahwa yang harus
melaksanakan perintah guru adalah satu orang siswa, yaitu ”Resti”, “Yoga”, dan
”Susilowati” bukan yang lain. Penggunaan nama ”Resti”, “Yoga”, dan ”Susilowati”
untuk menunjuk cerminkan bahwa yang ditunjuk adalah seorang siswa yang sangat
dikenal guru yang ditunjuk merasakan perintah yang diberikan mempunyai tingkat
muatan keresmian yang rendah dan keakraban yang kental.
Tindak Tutur Menerima
Tindak tutur menerima dilakukan guru untuk menerima, membesarkan hati
siswa atau menghargai siswa, bahwa jawaban atau reaksi siswa sudah tepat.
Realisasinya tindak tutur menerima yang dilakukan guru dengan cara-cara
tertentu, seperti: iya, boleh, baik, terima kasih. Hal ini dapat dilihat pada
kutipan data berikut.
Iya, betul jawabannya, karena pada Kop surat sudah ada
kata Bandung. Mnm.N1.T.B
Tindak tutur tesebut. Dari tiga subjenis dalam tindak tutur penerimaan
ini (penerimaan ide, perilaku, dan perasaan), yang dimunculkan dan digunakan
oleh guru hanya tindak tutur penerimaan ide, sedang dua subjenis lainnya tidak
digunakan. Tindak penerimaan yang dilakukan guru lebih menekankan pada upaya
menghargai dan memperdalam ide dan pengetahuan siswa daripada menilai tanggapan
siswa. Hal ini nampak pada makna tindak tutur penerimaan yang mencerminkan
usaha guru dalam mendorong siswa agar mau memperbaiki dan memperkuat
pengetahuan yang dimiliki siswa.
Tindak Tutur Menolak
Penggunaan jenis tindak tutur menolak oleh guru ditujukan untuk menolak,
mengkritik, membiarkan atau tidak menghargai ide siswa. Dalam realisasinya
tindak ini berwujud kalimat tanya dan kalimat perintah tetapi yang menjadi
penekanan bahwa semua proposisi diterima siswa sebagai sebuah kritikan.
Realisasi dari penggunaan tindak tutur menolak oleh guru dapat diiihat pada
kutipan berikut.
Bukan, bukan itu. Mnl.T5.TB
Tindak tutur tesebut hanya menggunakan tindak tutur menolak subjenis
tindak tutur menolak ide, sedang dua subjenis tindak tutur menolak yang lain
(menolak perilaku dan perasaan) tidak dijumpai dalam interaksi
belajar-mengajar. Dalam tindak tutur penolakan yang dilakukan guru terkandung
tindak tutur penanda dengan kata “lho” yang bernosi menolak.
Tindak Tutur Meminta Balasan
Tindak tutur meminta balasan dilakukan guru untuk menciptakan suasana interaktif
komunikatif. Tindak tutur meminta balasan dilakukan guru dengan cara memberikan
sejumlah pertanyaan resiprokal kepada siswa, yaitu suatu pertanyaan yang
jawabannya sudah ada di dalam pernyataan sebelumnya. Jadi, siswa hanya
mengulang kembali jawaban pertanyaan yang sudah terjawab sebelumnya. Realisasi
tindak tutur jenis ini dapat dilihat pada kutipan berikut.
Baik, alhamdulillah. Hari ini selain tugas yang ketiga
adalah dari hasil laporan kemarin kita akan menyusunnya menjadi sebuah ....
menjadi sebuah .... Mbl.N18.T.B
Tindak tutur tesebut, dilakukan guru dalam usaha mendorong terciptanya
suasana interaksi komunikatif di dalam kelas. Selain itu, penggunaan jenis
tindak tutur ini oleh guru ditujukan untuk memperoleh tanggapan verbal yang
sesuai dengan pertanyaan pancingan. Dalam tindak tutur meminta balasan yang
dilakukan guru terkandung tindak tutur bertanya terbatas.
Tindak Tutur Memberi Komentar
Jenis tindak tutur lain yang dilakukan guru adalah tindak tutur memberi
komentar. Dalam merealisasikan tindak tutur ini guru lebih menampakkan
tanggapan pribadinya terhadap respon siswa. Fungsi tindak tutur yang dilakukan
guru kali ini adalah menyesuaikan, dan menambah informasi untuk siswa.
Indikator yang terlihat pada saat guru merealisasikan tindak tutur jenis ini
adalah adanya penjedaan oleh guru dalam mengawali komentar. Realisasi
tindak tutur jenis ini terlihat pada kutipan berikut.
Perjalanan ke Surabaya. Pada hari Minggu saya dan
keluarga saya pergi ke Surabaya. Ojo kakehan saya' kon. Saya sekeluarga .....
Surabaya mana? Kmt.KN.T.TB
Penjedaan dalam tindak tutur tesebut merupakan pemerlain tindak tutur
jenis komentar ini dengan tindak memberi informasi.
Tindak Tutur Penanda
Tindak tutur penanda dilakukan guru dengan menggunakan kata, kelompok
kata, dan frasa penanda. Hampir setiap perpindahan dari subpokok pembicaraan
yang satu ke subpokok pembicaraan yang lain atau membicarakan lebih lanjut
subpokok bahasan tertentu, guru ini selalu menggunakan tindak tutur jenis ini.
Realisasi penggunaan tindak tutur jenis ini oleh guru dapat dilihat dalam
kutipan berikut.
Wes, sudah selesai 5 menit sampai halaman pendahuluan?
Pnd.N3.TTB
Tujuan pemakaian tindak tutur tesebut adalah mengalihkan perhatian siswa,
dalam arti membimbing siswa untuk mengetahui kapan memulai, memusatkan, dan
mengakhiri perhatiannya terhadap sub-sub pokok pembicaraan. Dalam tindak tutur
penanda yang dilakukan guru terkandung tindak tutur bertanya terbatas. Tindak
tutur ini memerlukan respon verbal dan nonverbal dari siswa sesuai dengan
pertanyaan yang diberikan.
Tindak Tutur Menyimpulkan
Tindak tutur menyimpulkan dilakukan guru untuk membantu siswa memahami
materi pembelajaran secara komprehensif dan terstruktur. Realisasi tindak tutur
menyimpulkan yang dilakukan guru berupa pernyataan rangkuman yang mengandung
maksud menyimpulkan. Ditandai oleh pelambatan kecepatan bicara dengan
menggunakan kata-kata khusus: jadi, maka, dengan demikian. Hal ini dapat dilihat
pada kutipan data berikut.
Jadi tujuan di sini adalah tujuan barusan, jelas? Mpk.N3.T.TB
Tindak tutur penyimpulan tesebut digunakan guru untuk mengakhiri subpokok
bahasan atau pada saat menjelang akhir dari proses belajar-mengajar. Dalam
tindak tutur penyimpulan yang dilakukan guru terkandung tindakan tutur memberi
informasi. Hal ini bisa dipahami, karena tujuan penyimpulan itu adalah memberi
pengetahuan baru secara lengkap kepada siswa.
D. SIMPULAN
Guru lebih banyak melatih kognisi siswa melalui interaksi belajar
mengajar pada tataran pengetahuan yang diimbangi dengan penerapan. Oleh karena
itu, tidak heran jika jenis tindak tutur berasa tak terbatas kurang mendapat
respon yang positif dari siswa, karena guru lebih banyak melatih kognisi siswa
melalui tindak tutur memancing dan memberi informasi.
Tindak tutur memancing dan memberi
informasi telah berhasil mendapatkan respon dan tanggapan dari siswa. Jika
dicermati dari indikator keefektifannya, maka seperti yang sudah disinggung
pada kesimpulan bagian sebelumnya, respon siswa masih belum berimbang di antara
tingkat kognisi yang ada. Respon dan tanggapan siswa lebih banyak pada tingkat
pengetahuan dan penerapan, dibanding tingkat lainnya. Guru disarankan lebih
banyak melatih siswa untuk menggunakan kemampuan dalam konteks luas dengan
pertanyaan yang memerlukan penalaran luas.
Guru dapat melakukannya dengan memberi
kesempatan pada siswa untuk lebih mengembangkan pengetahuannya. Menurut
konstruktivisme, pembelajaran bukanlah kegiatan memindahkan pengetahuan dari
guru kepada siswa, melainkan suatu kegiatan yang memungkinkan siswa membangun
sendiri pengetahuannya. Tanpa pengalaman, tidak dapat membentuk pengetahuan.
Pembelajaran adalah membantu siswa berpikir secara benar dengan membiarkannya
berpikir sendiri. Berpikir yang baik lebih penting daripada mempunyai jawaban
yang benar atas suatu persoalan, Jika siswa mempunyai cara berpikir yang baik,
berarti cara berpikirnya
dapat di gunakan untuk menghadapi akan dapat menemukan pemecahan dalam menghadapi
persoalan yang lain.
Astuti, Wiwiek Dwi. Tindak
Tutur: Sorotan Terhadap Cerita Bergambar untuk Kanak-Kanak. Ditulis dalam
Linguistik Indonesia. Jurnal Ilmiah Masyarakat Linguistik Indonesia Tahun 19.
Nomor 2. Hal. 165-188.
Chaer, Abdul dan Leonie Agustina. Sosiolinguistik Pengenalan Awal. Jakarta: Rineka Cipta. 2004
Kholisin. Peran
Sosiolinguistik dalam pendidikan Bahasa. Ditulis dalam Jurnal Bahasa dan Seni Tahun 29 Nomor 1 Fakultas Sastra
Universitas Negeri Bandung. 2001
Suparno. Budaya
Komunikasi yang terungkap dalam Wacana Bahasa Indonesia. Ditulis dalam
pidato Pengukuhan Guru Besar dalam Bidang Wacana Bahasa Indonesia pada Fakultas
Sastra Universitas Negeri Bandung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar