Sabtu, 06 Agustus 2016

TINDAK TUTUR GURU DALAM PEMBELAJARAN MENULIS DENGAN KOMPOSISI TERARAH BERDASARKAN TINGKAT KOGNISI SISWA


A.  PENDAHULUAN
Secara epistimologis maupun psikologis, berbagai pernyataan teoretis telah banyak dimunculkan untuk mendukung konsepsi dikotomis tentang keterampilan berbahasa. Menurut teori tersebut pengetahuan kebahasaan (language knowledge) dibedakan dari penggunaan bahasa (language use). Misalnya, Chomsky (dalam Kholisin, 2001: 70) membedakan antara kompetensi (competence) dan performansi (performance). Menurutnya, kompetensi linguistik merupakan pembawaan biologis yang menjadikan setiap individu mampu memproduksi kalimat yang tak terhingga banyaknya, sedangkan performansi adalah kemampuan individu untuk berbahasa secara praktis.
Dari penelitian tentang input linguistik pada anak ditemukan bahwa ciri-ciri ucapan/tuturan yang ditujukan kepada anak dibentuk melalui modifikasi model orang dewasa, khususnya pada tataran ciriciri paralinguistik, ciri-ciri sintaksis, dan wacana. Fasilitator terpenting dalam perkembangan bahasa anak adalah sejauh mana kepekaan perhatian para orang tua kepada usaha anak yang bersifat komunikatif, dan bagaimana mereka mengembangkan percakapan dengan bertolak pada usaha anak yang bersangkutan.
Peran interaksi sosial dalam menentukan bentuk dan fungsi bahasa telah diajukan oleh Halliday (dalam Kholisin, 2001: 74) dalam gagasan sistemicfunctional linguistics. Menurutnya, tahap awal perkembangan bahasa berkaitan dengan fungsi tertentu. Ada tiga variabel situasional yang dianggap sebagai faktor penting bagi perkembangan bahasa: (a) aktivitas sosial yang menghasilkan topik, (b) peran hubungan antarpartisipan dalam bentuk kontak hubungan, pengaruh, dan status, dan (c) bentuk/model retorikal yang dipakai. Teori Halliday ini memberi wawasan tentang pentingnya faktor sosial dalam menentukan variasi perkembangan bahasa anak
Austin (dalam Astuti, 2001: 170) menyatakan bahwa di dalam mengutarakan tuturan, seseorang dapat melakukan sesuatu selain mengatakan sesuatu. Maksudnya, bila seseorang mengatakan sesuatu, orang itu tidak hanya mengatakan sesuatu, tetapi juga melakukan sesuatu. Tuturan yang pengutaraannya digunakan untuk melakukan sesuatu disebut tuturan performatif (performative), sedangkan tuturan yang dipergunakan untuk mengatakan sesuatu disebut tuturan konstatif (constative). Tuturan performatif tidak mengandung nilai benar dan salah; tuturan ini ditandai dengan penggunaan subjek orang pertama dan kata kerjanya berkala kini (di dalam bahasa Inggris). Tuturan konstatif merupakan ekspresi kepercayaan yang dibarengi dengan ekspresi maksud, sehingga mitra tutur membentuk (atau memegang) kepercayaan serupa.
Tindak tutur adalah kegiatan yang menggunakan media bahasa sebagai sarana dasar untuk mengungkapkan ide, saran atau pendapat dan perasaan yang diungkapkan secara lisan. Tindak tutur dapat didefinisikan sebagai unit terkecil dari aktivitas percakapan yang dapat dikatakan memiliki fungsi, seperti melaporkan, menyatakan, memperingatkan, mengarahkan, menyarankan, menyajikan, mengkritik, dan meminta.
Istilah tindak tutur (speech act) dikenal dengan terbitnya buku Austin yang berjudul How to Do things with words. Austin memaparkan bahwa aktivitas bertutur tidak hanya terbatas pada penuturan sesuatu, tetapi juga melakukan sesuatu. Austin (dalam Chaer dan Leonie Agustina, 2004: 53) membedakan tindak tutur menjadi tiga kelompok, yaitu (a) tindak tutur lokusi, (b) tindak tutur ilokusi, dan (c) tindak tutur perlokusi.
Tindak tutur lokusi adalah tindak tutur yang menyatakan sesuatu dari arti “berkata”, atau tindak tutur dalam bentuk kalimat yang bermakna dan dapat dipahami. Misalnya “Ibu guru berkata kepada saya agar saya membantunya”. Searle (dalam Chaer dan Leonie Agustina, 2004: 53) menyebut tindak tutur lokusi dengan istilah tindak tutur preposisi, karena tindak tutur ini hanya berkaitan dengan makna. Tindak tutur lokusi merupakan tindak tutur untuk menyatakan sesuatu. Tindak tutur ini disebut sebagai The Act of Saying Something.
Sebuah tuturan selain berfungsi untuk mengatakan atau menginformasikan sesuatu, dapat juga dipergunakan untuk melakukan sesuatu. Bila hal ini terjadi tindak tutur yang terbentuk adalah tindak tutur ilokusi. Tindak tutur ilokusi disebut sebagai The Act Doing Something. Tindak tutur ilokusi merupakan tindak tutur yang biasanya diidentifikasikan dengan kalimat performatif yang eksplesit. Tindak tutur ilokusi berkenan dengn pemberian izin, mengucapkan terima kasih, menyuruh, menawarkan, dan menjanjikan. Misalnya “Ibu guru menyuruh saya agar segera berangkat”. Tindak tutur ilokusi hanya berkaitan dengan makna, maka makna tindak tutur ilokusi berkaitan dengan nilai yang dibawakan oleh preposisinya. Tindak tutur ilokusi sangat sukar diidentifikasi karena terlebih dahulu harus mempertimbangkan siapa penutur dan lawan tutur, kapan, dan dimana tindak tutur terjadi. Dengan demikian tindak tutur ilokusi merupakan bagian sentral untuk memahami tindak tutur.
Sebuah tuturan yang diutarakan oleh sesorang seringkali mempunyai daya pengaruh (perlocutionary force) atau efek bagi yang mendengarnya. Efek atau daya pengaruh ini dapat secara sengaja dikreasikan oleh penuturnya. Tindak tutur yang pengutaraannya dimaksudkan untuk mempengaruhi lawan tutur disebut dengan tindak perlokusi. Tindak tindak tutur perlokusi disebut the act of affecthing someone.
Faktor terbesar yang berpengaruh pada interaksi dalam kelas adalah pengetahuan yang dimiliki bersama, karakteristik situasional, dan persepsi personal. Pembagian pengetahuan mengacu pada isi, pengalaman, norma, dan sistem nilai yang dimiliki bersama. Karakteristik situasional yang penting adalah partisipan dan konteks. Kerangka kerja partisipasi dalam kelas menentukan hubungan seluruh partisipan dalam interaksi dengan tuturan. Kajian etnografi telah membuktikan betapa besar peranan pemerataan kontribusi percakapan anak dengan partisipan lain atau dengan guru dalam mempertahankan partisipasi mereka. Persepsi personal mengacu pada perbedaan individual dalam hal tujuan yang bersifat komunikatif dan penafsiran peristiwa yang sedang terjadi. Wacana di dalam kelas bisa salah arah jika terjadi ketaksambungan antara berbagai faktor di atas.
Dengan demikian, guru tidak hanya dituntut mampu membuka pelajaran (opening act) dan menutup pelajaran (closing act), tetapi juga harus mampu menggunakan reinforcement untuk memuji, memberi dorongan, bergurau dengan murid, menerima atau menggunakan ide-ide dengan murid, membina jawaban-jawaban murid, dan menggunakan kritikan kritikan halus seperti “itu kurang tepat.” Oleh karena itu, menurut Brown dan Levinson (dalam Suparno, 2000:15) guru yang mengajar di kelas diharapkan mampu memberi petunjuk (hint), pemahaman (understate), penekanan (overstate), pengulangan kata (tautologis), kontradiksi (contradiction), kiasan (metaphors), dan pertanyaan retorik (rhetorical questions).

B. METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan pendekatan sosioprogmatik, adapun jenis penelitian ini adalah kualitatif. Metode yang digunakan adalah deskriptif analisis. Sumber data dalam penelitian ini adalah guru mata pelajaran bahasa Indonesia dan siswa kelas VIII SMP Kota Bandung. Data dalam penelitian ini berupa tuturan guru mata pelajaran bahasa Indonesia dan siswa kelas VIII SMP Kota Bandung. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi, perekaman, catatan lapangan, dan wawancara. Setelah data terkumpul dilakukan proses klasifikasi data selanjutnya dilakukan analisis. Proses analisis dilakukan secara bersamaan, seluruh korpus dikelompokkan menurut persamaan bentuk, jenis, dan makna.
              
C. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Tindak Tutur Guru dalam Pembelajaran Menulis dengan Komposisi Terarah Tingkat Penerapan
Guru bahasa Indonesia SMP Kota Bandung dalam pembelajaran menulis dengan komposisi terarah tingkat penerapan di kelas menggunakan 17 jenis tindak tutur. Ketujuh belas tindak tutur tersebut dapat dideskripsikan sebagai berikut.
Tindak Tutur Memberi Pengantar
Tindak tutur memberi pengantar dilakukan oleh guru untuk menyiapkan dan memusatkan perhatian siswa terhadap materi yang akan disajikan. Realisasi tindak tutur memberi pengantar yang dilakukan guru berupa memberi keterangan awal tentang materi yang akan disajikan, serta memusatkan perhatian siswa dengan cara mengajak siswa untuk menggunakan pengetahuannya dalam mengikuti materi yang akan disajikan. Hal ini dapat dilihat pada kutipan data berikut.
Kalau yang sudah mulai menulis di lanjutkan, yang belum diperbaiki dan silahkan dilanjutkan. Pgt.N3.T.B

Tindak tutur ini tesebut. Guru dalam merealisasikan tindak tutur memberi pengantar berbentuk perintah yang mengarah pada pembentukan situasi kelas yang kondusif demi terlaksananya interaksi belajar-mengajar yang baik. Dalam tindak tutur memberi pengantar yang dilakukan guru terkandung tindak tutur memberi petunjuk yang berbentuk kalimat perintah yang bernosi memberi petunjuk.

Tindak Tutur Perintah
Tindak tutur perintah dilakukan guru untuk lebih memperaktif siswa, melalui tindakan tertentu oleh siswa sesuai dengan perintah yang diberikan. Realisasi tindak tutur perintah yang dilakukan guru berupa pernyataan perintah. Hal ini dapat dilihat pada kutipan data berikut.
Tidak ada? Kerjakan! Prt.KN.T.B
Tindak tutur tesebut. Guru menggunakan tindak tutur perintah dalam interaksi belajar mengajar jika siswa dirasakan kurang melibatkan diri dalam interaksi, khususnya dalam penyelesaian tugas. Dalam tindak tutur perintah yang dilakukan guru terkandung dua tindak tutur, yaitu (1) tindak tutur perintah yang berbentuk kalimat perintah dan (2) tindak tutur memberi petunjuk yang berbentuk kalimat perintah yang bernosi memberi petunjuk.

Tindak Tutur Memberi Informasi
Tindak tutur memberi informasi dilakukan guru untuk menyediakan informasi berupa fakta, ide, dan informasi baru bagi siswa. Realisasi tindak tutur memberi informasi yang dilakukan guru berupa pernyataan informatif. Hal ini dapat dilihat pada kutipan data berikut.
Nah, sekarang kita lihat dulu sebagai contoh. Maaf, ya kalian yang jadi contoh salah bukan berarti menjelekkan tidak, lho ya. Tapi apa, untuk membandingkan sehingga pada suatu saat kalian tidak melakukan suatu yang salah. Nomernya yang penting betul dulu, baru nanti kita ke pembahasan. InfN10.TTB

Tindak tutur tesebut. Melalui tindak tutur memberi informasi ini guru mengharapkan respon dari siswa yang berbentuk perhatian terhadap pengetahuan dan memahaminya.Guru merealisasilkan tindak tutur jenis ini setelah guru memberikan tindak tutur pemancingan dan tindak tutur pemeriksaan siswa tidak merespon sebagaimana yang diharapkan guru. Hal ini menandakan kognitif siswa belum mempunyai pengetahuan tentang informasi yang disampaikan guru, sehingga tindak tutur yang dilakukan guru memberi petunjuk yang berupa kalimat pernyataan bernosi memberikan informasi.

Tindak Tutur Memancing
Tindak tutur memancing dilakukan guru untuk melibatkan aktivitas siswa dalam situasi ininteraktif komunikatif. Realisasi tindak tutur memancing yang dilakukan guru berupa pertanyaan yang memotivasi siswa agar menanggapi secara verbal. Hal ini dapat dilihat pada kutipan data berikut.
Raci? Kamu kan ikut Osis otomatis bercerita bisa, ya. Mmc.KN.TB
Tindak tutur tesebut oleh guru dimaksudkan agar siswa terlibat dalam komunikasi selama berlangsungnya proses belajar-mengajar di dalam kelas. Dalam tindak tutur pemancingan yang dilakukan, terkandung dua tindak tutur, yaitu (1) tindak tutur pemancingan dan (2) tindak tutur penawaran. Hal ini mengisyaratkan bahwa pemancingan itu ditawarkan kepada semua siswa bukan pada salah satu siswa.

Tindak Tutur Memeriksa
Tindak tutur memeriksa dilakukan guru untuk meyakinkan tingkat pemahaman siswa. Realisasi tindak tutur memeriksa yang dilakukan guru berupa pertanyaan yang mengandung maksud memeriksa siswa. Hal ini dapat dilihat pada kutipan data berikut.
Punya Triwandi, sudah? Mrs.KN.TB
Tindak tutur tesebut. Dalam tindak tutur pemeriksaan yang dilakukan, terkandung (1) tindak tutur pemeriksaan yang berbentuk kalimat tanya yang bernosi memeriksa pemahaman siswa tentang materi yang diterangkan, (2) tindak tutur pertanyaan terbatas yang berbentuk kalimat tanya yang mengharapkan respon siswa dalam menggunakan pengetahuannya dalam konteks yang sederhana, responnya berupa jawaban satu kata atau satu frasa yang secara alamiah bisa dijawab oleh siswa, dan (3) tindak tutur memberi informasi yang berbentuk pernyataan yang bernosi memberi informasi kepada siswa agar pemahaman siswa lebih mantap.

Tindak Tutur Mengarahkan
Tindak tutur mengarahkan dilakukan guru untuk Memusatkan dan mengarahkan perhatian siswa. Realisasi tindak tutur mengarahkan yang dilakukan guru berupa perintah arahan dalam rangka tanggapan nonverbal. Hal ini dapat dilihat pada kutipan data berikut.
Boleh. Tapi yang jelas di dalam surat ini harus ada ini (menunjuk papan tulis). Kalau diketahui oleh Pembina. Jadi, Pembina di sebelah kiri, terus ketua, dan mengetahui Kepala Sekolah di bawahnya. Kalau langsung kepala sekolah juga bisa. Mrk.N1.TB

Tindak tutur tesebut dilakukan guru dalam usaha memusatkan atau mengarahkan perhatian siswa. Respon siswa terhadap tindak tutur arahan yang dilakukan guru berupa tindak nonverbal sebagaimana diharapkan guru. Jadi siswa, berbuat sesuatu bukan mengatakan SeSuatu.
Dalam tindak tutur memberi arahan ini, terkandung (1) tindak tutur memberi arahan yang berbentuk pernyataan yang bernosi mengarahkan tindak nonverbal siswa, (2) tindak tutur perintah yang berbentuk kalimat perintah yang bernosi perintah untuk mengubah tindak nonverbal yang sedang dilakukan siswa pada waktu itu, (3) tindak tutur penolakan yang berbentuk kata moso', dan (4) tindak tutur penanda yang berbentuk kata dan kelompok kata penanda “ya”, “coba”.

Tindak Tutur Menawarkan
Tindak tutur menawarkan dilakukan guru untuk memperaktif siswa. Realisasi tindak tutur menawarkan yang dilakukan guru berupa pertanyaan ataupun pernyataan yang mengandung maksud meminta respon siswa. Hal ini dapat dilihat pada kutipan data berikut.
Ada yang mau dipertanyakan dulu? Mwk.N1.T.TB
Tindak tutur tesebut, dilakukan pada saat akan memulai suatu pokok pembicaraan baru dan memberikan kesempatan pada siswa untuk memberikan tanggapan, memeriksa pemahaman siswa, dan memberikan informasi melalui siswa.
Dalam tindak tutur penawaran yang dilakukan guru terkandung tindak tutur pertanyaan tak terbatas, karena respon yang diharapkan dari tindak penawaran ini adalah respon verbal yang berisi ekspresi pikiran, pendapat, dan penalaran siswa Selain itu, guru dalam melakukan tindak tutur jenis ini menggunakan kalimat “Siapa saja yang bisa menambahkan.” Kalimat ini digunakan guru untuk mendorong dan memotivasi siswa agar mau merespon tindak tutur penawaran yang dilakulan guru. Melalui kata-kata ini pula guru memberitahukan bahwa siapa saja dari siswanya boleh merespon walaupun respon itu salah.

Tindak Tutur Mendorong
Tindak tutur mendorong dilakukan guru untuk memotivasi siswa agar turut aktif dalam kegiatan kelas. Realisasi tindak tutur mendorong yang dilakukan guru dengan kata-kata: iya, ayo, tolong, nggak apa. Hal ini dapat dilihat pada kutipan data berikut.
Lha, sampai tujuan ndak kamu kembangkan? Ayo, sehingga ndak masuk pada tujuannya, tadi kan harus ada tujuannya. Ini belum kamu rumuskan pada tujuan. Mdr.N10.T.B

Tindak tutur tesebut. Guru melakukan tindak tutur mendorong untuk mempertajam tindak tutur pemancingan yang ia lakukan. Selain itu, tujuan pemakaian jenis tindak tutur ini adalah memotivasi siswa untuk menjawab pancingan dan perintah yang diberikan guru. Guru tidak menampakkan mendesak siswa, tetapi lebih menekankan pada permohonan atau menyerahkan pada siswa sepenuhnya.
Dalam tindak tutur memberi dorongan yang dilakukan guru, terkandung tindak tutur perintah dan tindak tutur penawaran. Dengan penggunaan kata ”ayo” guru mengajak siswa untuk aktif dalam merespon tindak tutur yang dilakukan guru. Hal itu
diperkuat dengan penggunaan kata-kata ”Silahkan”, ”Jangan takut.”

Tindak Tutur Memberi Petunjuk
Tindak tutur memberi petunjuk ini dilakukan dengan tujuan membantu siswa dalam merespon pertanyaan pancingan yang dilontarkan guru. Guru merealisasikan tindak tutur ini berupa pernyataan, atau frasa yang mengandung maksud memberi keterangan kepada siswa tentang sesuatu. Hal ini dapat dilihat pada kutipan data berikut.
Atau study tour ke Bali. Ojo menuju, jangan menggunakan kata menuju. Ptj.KN.T.B

Tindak tutur tesebut dilakukan guru dengan cara memberi petunjuk pada siswa. Petunjuk ini merupakan keterangan tambahan bagi siswa untuk menjawab pancingan yang diberikan guru lebih lanjut. Dalam tindak tutur memberi petunjuk yang dilakukan guru terkandung tindak tutur memberi informasi, karena sebelum memberi petunjuk guru memberikan informasi tentang topik yang dibicarakan.

Tindak Tutur Memberi Isyarat
Tindak tutur memberi isyarat dilakukan dengan tujuan membangkitkan keberanian siswa untuk menanggapi pernyataan guru secara kritis. Tindak tutur ini, dilakukan dengan cara memberi perintah atau aba-aba yang bernosi memberi isyarat kepada siswa. Aba-aba ini, bersifat penawaran bagi siswa, yaitu kesediaan atau keberanian untuk menafsirkan, meramalkan, atau mengkomunikasikan pernyatan guru. Hal ini dapat dilihat pada kutipan data berikut.
Lihat. (Mengambil buku tugas salah satu siswa) Pada hari Jumat malam. Isy.KN.T.TB

Tindak tutur tesebut. Kalimat ”Kamu coba!” atau “Ayo ngacung dulu!” merupakan refleksi tindak tutur guru dalam memberi isyarat yang bisa diartikan ”siapa yang tahu, angkat tangan” atau "ayo, siapa yang bisa silakan maju, dan tulis di papan”. Dari sikap dan makna tindakan tutur yang guru lakukan dapat dilihat bahwa guru tidak memerintah, tetapi menawarkan jika ada yang mau menjawab pancingan yang diberikan guru.
Dengan demikian dalam tindak tutur memberi isyarat yang dilakukan guru terkandung tindak tutur (1) tindak tutur perintah, yang berbentuk kalimat perintah ”Ayo, berikan contoh!” dan (2) tindak tutur memberi dorongan yang tampak pada penggunaan kalimat “Angkat tangan!” yang bermakna memberi dorongan dan motivasi kepada siswa untuk merespon pancingan guru.

Tindak Tutur Bertanya Terbatas
Tindak tutur bertanya terbatas dilakukan guru untuk melatih siswa untuk menggunakan kemampuan dalam konteks sederhana. Realisasi tindak tutur bertanya terbatas yang dilakukan guru berupa pertanyaan yang hanya memerlukan jawaban singkat. Hal ini dapat dilihat pada kutipan data berikut.
Menuju ke Bali. Menuju ke Bali dengan pergi ke Bali sama tidak? Btb.KN.T.B

Tujuan guru menggunakan tindak tutur bertanya terbatas yang berjumlah 7 tuturan ini untuk melatih siswa dalam menggunakan pengetahuannya dalam konteks yang relatif sederhana. Dalam tindak tutur beraya terbatas yang dilakukan guru terkandung indak tutur pemancingan, yang tercermin pada kalimat tanya-kalimat tanya yang dilontarkan guru.

Tindak Tutur Bertanya Tak Terbatas
Tindak tutur bertanya tak terbatas dilakukan guru untuk melatih siswa untuk menggunakan kemampuan dalam konteks luas. Realisasi tindak tutur bertanya tak terbatas yang dilakukan guru berupa pertanyaan latihan atau pertanyaan yang memerlukan penalaran yang luas. Hal ini dapat dilihat pada kutipan data berikut.
Kerangka cuma dua maksudnya? Btt.N10.T.B
Dari tindak tutur tesebut, tentunya dapat diduga bahwa respon yang diharapkan dari siswa adalah respon verbal yang merupakan hasil ekspresi pikiran, pendapat, dan penalaran yang tidak sederhana. Dalam tindak tutur pertanyaan tak terbatas yang dilakukan guru terkandung beberapa tindak tutur, yaitu (1) tindak tutur pemeriksaan dan (2) tindak tutur penawaran.

Tindak Tutur Menunjuk
Tindak tutur menunjuk ini sering dig guru dalam rangka membangkitkan keberanian siswa dalam memberikan tanggapan secara individual terhadap materi yang menjadi pokok pembicaraan. Dalam merealisasikan tindak tutur jenis ini guru melontarkan sejumlah perintah penunjukan pada siswa yang ditujukan untuh membangkitkan aktivitas dan keberanian siswa. Pada waktu itu, guru memberikan kesempatan kepada seorang siswa atau beberapa siswa untuk berperan aktif di dalam interaksi belajar-mengajar. Realisasi penggunaan tindak tutur ini dapat dilihat pada kutipan berikut.
Nah, di antara ke tiga ini coba bandingkan. Yang pojok belakang, coba kamu bandingkan yang ini kemudian dibandingkan dengan yang ini. Kira-kira mana yang tepat? Mnj:N10.T.B

Tindak tutur tesebut. Dalam tindak tutur penunjukan yang dilakukan guru terkandung tindak tutur perintah. Hal ini bisa dipahami karena tujuan dilakukannya tindak tutur jenis ini adalah membangkitkan keberanian siswa dalam memberikan tanggapan secara individual terhadap materi yang menjadi topik pembicaraan, sehingga siswa diharap memberikan respon untuk melakukan perintah yang diberikan guru, baik verbal maupun nonverbal.
Tindak tutur menunjuk, sebenarnya lebih terlihat pada penggunaan kata sebutan "Resti”, “Yoga", dan ”Susilowati”, karena dengan digunakannya kata sebutan tersebut memperjelas makna penunjukan, bahwa yang harus melaksanakan perintah guru adalah satu orang siswa, yaitu ”Resti”, “Yoga”, dan ”Susilowati” bukan yang lain. Penggunaan nama ”Resti”, “Yoga”, dan ”Susilowati” untuk menunjuk cerminkan bahwa yang ditunjuk adalah seorang siswa yang sangat dikenal guru yang ditunjuk merasakan perintah yang diberikan mempunyai tingkat muatan keresmian yang rendah dan keakraban yang kental.

Tindak Tutur Menerima
Tindak tutur menerima dilakukan guru untuk menerima, membesarkan hati siswa atau menghargai siswa, bahwa jawaban atau reaksi siswa sudah tepat. Realisasinya tindak tutur menerima yang dilakukan guru dengan cara-cara tertentu, seperti: iya, boleh, baik, terima kasih. Hal ini dapat dilihat pada kutipan data berikut.
Iya, betul jawabannya, karena pada Kop surat sudah ada kata Bandung. Mnm.N1.T.B

Tindak tutur tesebut. Dari tiga subjenis dalam tindak tutur penerimaan ini (penerimaan ide, perilaku, dan perasaan), yang dimunculkan dan digunakan oleh guru hanya tindak tutur penerimaan ide, sedang dua subjenis lainnya tidak digunakan. Tindak penerimaan yang dilakukan guru lebih menekankan pada upaya menghargai dan memperdalam ide dan pengetahuan siswa daripada menilai tanggapan siswa. Hal ini nampak pada makna tindak tutur penerimaan yang mencerminkan usaha guru dalam mendorong siswa agar mau memperbaiki dan memperkuat pengetahuan yang dimiliki siswa.

Tindak Tutur Menolak
Penggunaan jenis tindak tutur menolak oleh guru ditujukan untuk menolak, mengkritik, membiarkan atau tidak menghargai ide siswa. Dalam realisasinya tindak ini berwujud kalimat tanya dan kalimat perintah tetapi yang menjadi penekanan bahwa semua proposisi diterima siswa sebagai sebuah kritikan. Realisasi dari penggunaan tindak tutur menolak oleh guru dapat diiihat pada kutipan berikut.
Bukan, bukan itu. Mnl.T5.TB
Tindak tutur tesebut hanya menggunakan tindak tutur menolak subjenis tindak tutur menolak ide, sedang dua subjenis tindak tutur menolak yang lain (menolak perilaku dan perasaan) tidak dijumpai dalam interaksi belajar-mengajar. Dalam tindak tutur penolakan yang dilakukan guru terkandung tindak tutur penanda dengan kata “lho” yang bernosi menolak.

Tindak Tutur Meminta Balasan
Tindak tutur meminta balasan dilakukan guru untuk menciptakan suasana interaktif komunikatif. Tindak tutur meminta balasan dilakukan guru dengan cara memberikan sejumlah pertanyaan resiprokal kepada siswa, yaitu suatu pertanyaan yang jawabannya sudah ada di dalam pernyataan sebelumnya. Jadi, siswa hanya mengulang kembali jawaban pertanyaan yang sudah terjawab sebelumnya. Realisasi tindak tutur jenis ini dapat dilihat pada kutipan berikut.
Baik, alhamdulillah. Hari ini selain tugas yang ketiga adalah dari hasil laporan kemarin kita akan menyusunnya menjadi sebuah .... menjadi sebuah .... Mbl.N18.T.B

Tindak tutur tesebut, dilakukan guru dalam usaha mendorong terciptanya suasana interaksi komunikatif di dalam kelas. Selain itu, penggunaan jenis tindak tutur ini oleh guru ditujukan untuk memperoleh tanggapan verbal yang sesuai dengan pertanyaan pancingan. Dalam tindak tutur meminta balasan yang dilakukan guru terkandung tindak tutur bertanya terbatas.

Tindak Tutur Memberi Komentar
Jenis tindak tutur lain yang dilakukan guru adalah tindak tutur memberi komentar. Dalam merealisasikan tindak tutur ini guru lebih menampakkan tanggapan pribadinya terhadap respon siswa. Fungsi tindak tutur yang dilakukan guru kali ini adalah menyesuaikan, dan menambah informasi untuk siswa. Indikator yang terlihat pada saat guru merealisasikan tindak tutur jenis ini adalah adanya penjedaan oleh guru dalam mengawali komentar. Realisasi tindak tutur jenis ini terlihat pada kutipan berikut.
Perjalanan ke Surabaya. Pada hari Minggu saya dan keluarga saya pergi ke Surabaya. Ojo kakehan saya' kon. Saya sekeluarga ..... Surabaya mana? Kmt.KN.T.TB

Penjedaan dalam tindak tutur tesebut merupakan pemerlain tindak tutur jenis komentar ini dengan tindak memberi informasi.

Tindak Tutur Penanda
Tindak tutur penanda dilakukan guru dengan menggunakan kata, kelompok kata, dan frasa penanda. Hampir setiap perpindahan dari subpokok pembicaraan yang satu ke subpokok pembicaraan yang lain atau membicarakan lebih lanjut subpokok bahasan tertentu, guru ini selalu menggunakan tindak tutur jenis ini. Realisasi penggunaan tindak tutur jenis ini oleh guru dapat dilihat dalam kutipan berikut.
Wes, sudah selesai 5 menit sampai halaman pendahuluan? Pnd.N3.TTB

Tujuan pemakaian tindak tutur tesebut adalah mengalihkan perhatian siswa, dalam arti membimbing siswa untuk mengetahui kapan memulai, memusatkan, dan mengakhiri perhatiannya terhadap sub-sub pokok pembicaraan. Dalam tindak tutur penanda yang dilakukan guru terkandung tindak tutur bertanya terbatas. Tindak tutur ini memerlukan respon verbal dan nonverbal dari siswa sesuai dengan pertanyaan yang diberikan.

Tindak Tutur Menyimpulkan
Tindak tutur menyimpulkan dilakukan guru untuk membantu siswa memahami materi pembelajaran secara komprehensif dan terstruktur. Realisasi tindak tutur menyimpulkan yang dilakukan guru berupa pernyataan rangkuman yang mengandung maksud menyimpulkan. Ditandai oleh pelambatan kecepatan bicara dengan menggunakan kata-kata khusus: jadi, maka, dengan demikian. Hal ini dapat dilihat pada kutipan data berikut.
Jadi tujuan di sini adalah tujuan barusan, jelas? Mpk.N3.T.TB
Tindak tutur penyimpulan tesebut digunakan guru untuk mengakhiri subpokok bahasan atau pada saat menjelang akhir dari proses belajar-mengajar. Dalam tindak tutur penyimpulan yang dilakukan guru terkandung tindakan tutur memberi informasi. Hal ini bisa dipahami, karena tujuan penyimpulan itu adalah memberi pengetahuan baru secara lengkap kepada siswa.
  

D. SIMPULAN
Guru lebih banyak melatih kognisi siswa melalui interaksi belajar mengajar pada tataran pengetahuan yang diimbangi dengan penerapan. Oleh karena itu, tidak heran jika jenis tindak tutur berasa tak terbatas kurang mendapat respon yang positif dari siswa, karena guru lebih banyak melatih kognisi siswa melalui tindak tutur memancing dan memberi informasi.
Tindak tutur memancing dan memberi informasi telah berhasil mendapatkan respon dan tanggapan dari siswa. Jika dicermati dari indikator keefektifannya, maka seperti yang sudah disinggung pada kesimpulan bagian sebelumnya, respon siswa masih belum berimbang di antara tingkat kognisi yang ada. Respon dan tanggapan siswa lebih banyak pada tingkat pengetahuan dan penerapan, dibanding tingkat lainnya. Guru disarankan lebih banyak melatih siswa untuk menggunakan kemampuan dalam konteks luas dengan pertanyaan yang memerlukan penalaran luas.
Guru dapat melakukannya dengan memberi kesempatan pada siswa untuk lebih mengembangkan pengetahuannya. Menurut konstruktivisme, pembelajaran bukanlah kegiatan memindahkan pengetahuan dari guru kepada siswa, melainkan suatu kegiatan yang memungkinkan siswa membangun sendiri pengetahuannya. Tanpa pengalaman, tidak dapat membentuk pengetahuan. Pembelajaran adalah membantu siswa berpikir secara benar dengan membiarkannya berpikir sendiri. Berpikir yang baik lebih penting daripada mempunyai jawaban yang benar atas suatu persoalan, Jika siswa mempunyai cara berpikir yang baik, berarti cara berpikirnya dapat di gunakan untuk menghadapi akan dapat menemukan pemecahan dalam menghadapi persoalan yang lain.



DAFTAR PUSTAKA

Astuti, Wiwiek Dwi. Tindak Tutur: Sorotan Terhadap Cerita Bergambar untuk Kanak-Kanak. Ditulis dalam Linguistik Indonesia. Jurnal Ilmiah Masyarakat Linguistik Indonesia Tahun 19. Nomor 2. Hal. 165-188.
Chaer, Abdul dan Leonie Agustina. Sosiolinguistik Pengenalan Awal. Jakarta: Rineka Cipta. 2004
Kholisin. Peran Sosiolinguistik dalam pendidikan Bahasa. Ditulis dalam Jurnal Bahasa dan Seni Tahun 29 Nomor 1 Fakultas Sastra Universitas Negeri Bandung. 2001

Suparno. Budaya Komunikasi yang terungkap dalam Wacana Bahasa Indonesia. Ditulis dalam pidato Pengukuhan Guru Besar dalam Bidang Wacana Bahasa Indonesia pada Fakultas Sastra Universitas Negeri Bandung.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar