PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Di era modern ini Bahasa memiliki peran dan kedudukan
penting sebagai bagian dari kehidupan manusia yang digunakan dalam bidang
apapun, khususnya dalam bidang pendidikan. Bahasa selalu dipakai manusia
sebagai alat untuk berkomunikasi. Di negara kita Indonesia ini memiliki beragam
bahasa, baik dari suku maupun dari daerah. Oleh karena itu, Bahasa Indonesia
memiliki fungsi sebagai alat untuk berkomunikasi mempersatukan bangsa. Begitu
juga ketika bahasa digunakan sebagai bahasa pemersatu antarnegara dimana disetiap
negara memiliki bahasa yang berbeda, sehingga ditentukanlah bahwa bahasa
Inggris sebagai bahasa Internasional yang digunakan seluruh negara didunia.
1
|
Keterampilan
menulis sangat diperlukan
khususnya dalam proses
belajar mengajar, karena pelajar
yang berada di
bangku pendidikan pastinya mendapatkan pembelajaran menulis
yang diajarkan pada semua
jenjang pendidikan, mulai dari
Sekolah Dasar (SD)
sampai ke Perguruan
Tinggi. Hal tersebut membuktikan bahwa
keterampilan menulis merupakan keterampilan yang penting untuk dikuasai
dalam proses belajar bahasa. Pada proses pelaksanaan
wajib belajar, menulis
menjadi satu dari
empat aspek keterampilan berbahasa
yang harus dimiliki
oleh pelajar. Kemampuan menulis dapat dimiliki pelajar
setelah terlebih dahulu menguasai tiga aspek keterampilan bahasa lainnya. Salah satu
materi pelajaran menulis
yang harus dipelajari
dalam proses wajib
belajar adalah menulis karangan eksposisi.
Dalam faktanya keterampilan menulis
menjadi terabaikan karena kurangnya minat
pelajar terhadap pelajaran
menulis, sehingga hanya sedikit pelajar yang dapat menghasilkan suatu bentuk
tulisan yang baik. Hal
ini bisa dilihat dari Parameter Scholar
(Sc) dalam Webometrics, yaitu jumlah publikasi elektronik baik berupa jurnal, academic report dan academic item dari suatu website universitas dan terindeks oleh
scholar.google.com. Ternyata untuk Parameter Scholar, tidak satupun perguruan
tinggi di Indonesia yang masuk 500 besar dunia, dan hanya tiga yang masuk 1.000
besar dunia, yaitu Universitas Gajah Mada menempati peringkat 591 dunia,
Universitas Indonesia (663), dan Institut Teknologi Bandung (689).[1]
Ini membuktikan bahwa tingkat kemampuan menulis kita masih lemah, dimana hal
ini bisa dilihat dari segi pempublikasian dan isi dari karya ilmiah yang masih
rendah dibanding dengan negara lain.
Menurut Enny Sudarmonowati, selaku Kepala Pusat
Pembinaan, Pendidikan dan Pelatihan Peneliti LIPI dalam Workshop "Increase Acceptance in Refereed
International Scientific Journal", menyatakan bahwa kemampuan pelajar
atau peneliti itu lemah dalam menulis karena belum terbiasa, kurang latihan dan
seringkali merasa tidak berbakat menulis. Hal lain yang menjadi sebab kelemahan
dalam analisis dan kesimpulan adalah kurangnya membaca sehingga kurang
referensi.[2] Dalam membuat suatu bentuk tulisan, penulis
harus memiliki kemampuan dalam menganalisis dan membuat suatu bentul kesimpulan
yang baik dari karya tulisanya. Karena dengan proses analisis dan bentuk
kesimpulan yang baik akan memberikan nilai tambah hasil karya tulis yang dibuat
oleh penulis. Untuk dapat menjadi seorang penulis yang baik dalam hal membuat
analisis suatu kajian dan pembuatan kesimpulan tidaklah semudah yang
dibayangkan, perlu adanya proses latihan secara teratur, rasa percaya diri
bahwa kita mampu membuat suatu bentuk karya tulis yang baik dan memiliki nilai tambah bagi pembacanya, serta
keinginan untuk banyak membaca buku-buku karena itu akan menjadi dasar
pengetahuan kita sebagai penulis dalam menganalisis tentang suatu kajian dan
membuat satu bentuk kesimpulan dari hasil analisis kita.
Hal ini juga didukung oleh
pernyataan dari Kepala Balai Bahasa
Bandung Abdul Khak yang mengatakan, tradisi menulis di Indonesia jauh
lebih rendah dibandingkan dengan tradisi membaca, terlebih di kalangan generasi
muda.[3]
Sebagai generasi muda, pelajar menganggap
bahwa kegiatan menulis itu adalah sebuah kegiatan yang sulit untuk dilakukan sehingga
dengan persepsi tersebut mereka tidak mampu menuangkan gagasan dan ide mereka
dalam bentuk tulisan. Fenomena yang
terjadi di lapangan
itu memperkuat anggapan
bahwa kegiatan menulis
sebagai kegiatan yang sulit dan sering diabaikan pelajar. Dalam proses
pembelajaran, aspek menulis memiliki peran yang utama. Menulis merupakan kegiatan ekspresif dan
produktif yang akan dilibatkan dalam berbagai aktifitas pembelajaran.
Berdasarkan observasi dan pengamatan
yang dilakukan penulis pada
mahasiswa program studi bahasa Inggris pada semester IV masih belum maksimal
dalam menuangkan gagasan ataupun pikiran dalam bentuk tulisan. Pada tulisan
mahasiswa masih banyak ditemukan kesalahan dalam penggunakan tata bahasa,
pemilihan diksi, penyusunan gagasan yang tidak logis dan tidak tepat. Selain itu, tampaknya
motivasi menulis mahasiswa itu sendiri masih sangat kurang sehingga menyebabkan
mereka kurang banyak berlatih menulis. Kurangnya motivasi mahasiswa dalam
menulis, salah satunya disebabkan oleh pemilihan teknik pembelajaran yang
kurang tepat. Dalam memilih teknik pembelajaran sebagaiknya dosen
mempertimbagkan banyak hal, diantaranya melihat seberapa tinggi tingkat
motivasi mahasiswanya. Dengan cara ini dosen bisa menerapakan tenik pembelajaran
yang bisa lebih efektif dalam proses pembelajaran menulis, khususnya dalam
menulis eksposisi bahasa Inggris.
Berdasarkan dari permasalahan tersebut
penulis tertarik untuk mengadakan sebuah penelitian terkait tentang “Pengaruh Teknik Pembelajaran dan Motivasi
Belajar Terhadap Keterampilan Menulis Eksposisi Bahasa Inggris pada Mahasiswa
semester IV STKIP Panca Sakti Bekasi.”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat
diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut:
1. Mengapa keterampilan menulis bahasa Inggris mahasiswa
STKIP Panca Sakti Bekasi cendrung rendah?
2. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan keterampilan
menulis bahasa Inggris rendah?
3. Dapatkah keterampilan yang rendah tersebut dapat
ditingkatkan?
4. Apakah teknik pembelajaran yang digunakan oleh dosen
berpengaruh pada keterampilan menulis bahasa Inggris?
5. Apakah kekurang mampuan mahasiswa dalam menulis bahasa
Inggris disebabkan oleh materi yang kurang menarik?
6. Apakah dengan memperhitungkan faktor seperti motivasi
belajar dan teknik pembelajar, keterampilan menulis bahasa Inggris akan
meningkat?
7. Teknik pembelajaran apa yang akan meningkatkan
keterampilan menulis bahasa Inggris mahasiswa?
8. Jika teknik pembalajaran dan motivasi belajar
berpengaruh, seberapa besarkah sumbangan kedua faktor tersebut terhadap
keterampilan menulis eksposisi bahasa Inggris?
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan
identifikasi masalah tersebut, peneliti membatasi masalah pada pengaruh teknik
pembalajaran dan motivasi belajar terhadap keterampilan menulis eksposisi
bahasa Inggris.
Teknik
pembelajaran yang dipilih untuk mengajarkan bahasa ajar menulis adalah teknik
kolaboratif dan individual. Pertimbangan milih teknik kolaboratif, karena
mahasiswa dapat elajar aktif secara kelompok sehingga sangat sesuai untuk
mengajarkan menulis, sedangkan teknik individual konsepnya berbeda dengan
teknik kolaboratif, karena teknik individual memiliki ciri utama mahasiswa
belajar secara sendiri-sendiri sesuai dengan kecakapan dan kecepatannya
masing-masing. Dalam penelitian ini teknik kolaboratif dilaksanakan di kelas
eksperimen, sedangkan teknik individual dilaksanakan di kelas kontrol.
Selain teknik
pembelajaran, fakot motivasi belajar diduga juga akan berpengaruh terhadap
keterampilan menulis. Sehingga penelitin ini hanya membatasi masalah pada pengaruh
teknik pembelajaran kolaboratif dan individual yang mempertimbangkan faktor
motivasi belajar terhadap keterampilan menulis eksposisi bahasa Inggris
mahasiswa semester IV Program Studi Bahasa Inggris STKIP Panca Sakti Bekasi.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan dari identifikasi masalah dan pembatasan
masalah, maka penelitian ini dapat dirumuskan masalahnya sebagai berikut:
1. Apakah terdapat
perbedaan keterampilan menulis eksposisi bahasa Inggris antara mahasiswa yang
diajarkan dengan teknik kolaboratif dan yang diajarkan dengan teknik individual
pada mahasiswa
semester IV Program Studi Bahasa Inggris STKIP Panca Sakti Bekasi?
2. Bagi mahasiswa
dengan motivasi tinggi, terdapat perbedaan keterampilan menulis eksposisi
bahasa inggris antara yang diajarkan dengan teknik kolaboratif dan individual mahasiswa
semester IV Program Studi Bahasa Inggris STKIP Panca Sakti Bekasi?
3. Bagi mahasiswa
dengan motivasi rendah, terdapat perbedaan keterampilan menulis eksposisi
bahasa inggris antara yang diajarkan dengan teknik individual dan kolaboratif mahasiswa
semester IV Program Studi Bahasa Inggris STKIP Panca Sakti Bekasi?
4. Terdapat pengaruh interaksi antara teknik pembelajaran
dan motivasi belajar terhadap
keterampilan menulis eksposisi bahasa Inggris mahasiswa semester IV Program
Studi Bahasa Inggris STKIP Panca Sakti Bekasi?
E. Kegunaan Hasil Penelitian
Penelitian
ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi tenaga pengajar mata kuliah
menulis bahasa Inggris, khususnya menulis dengan menggunakan teknik kolaboratif
dan teknik individual. Hasil penelitian ini diharapkan selain juga dapat
bermanfaat dalam pengajaran menulis juga diharapkan dapat dibandingkan dengan
teknik pembelajaran yang selama ini digunakan sehingga para pengajar dapat
memilih teknik pembelajaran yang tepat digunakan dalam mengajarkan menulis
bahasa Inggris. Dengan pemilihan teknik pembelajaran yang tepat sesuai dengan
motivasi belajar mahasiswa diharapkan mahasiswa dapat merasa senang dengan mata
kuliah menulis. Sehingga keterampilan menulis bahasa Inggris tersebut dapat
menunjang keberhasilan dalam belajarnya serta menjadikan bekal keahlian untuk
mahasiswa untuk hidup dimasyarakat kelak.
KAJIAN
TEORETIK
A.
Deskripsi Konseptual
1.
Keterampilan
Menulis Eksposisi Bahasa Inggris
a.
Pengertian
Keterampilan Menulis
Keterampilan
dapat di definisikan sebagai kegiatan yang berhubungan dengan urat-urat syaraf
dan otot-otot (neuromuscular) yang
lazimnya tampak dalam kegiatan jasmaniah seperti menulis, mengetik, olahraga,
dan sebaginya.[4]
Keterampilan dapat diartikan sebagai bakat. Bakat tersebut bisa merupakan
keterampilan mekanik (misalnya mengoperasikan suatu perangkat) atau
keterampilan verbal (misalnya dalam hal berkomunikasi). Dalam hubungannya
dengan bahasa, keterampilan mencakup penggunaan pengetahuan dan pemahaman
bahasa untuk melakukan tugas yang berhubungan dengan bahasa.
Dalam kajian psikologi
pendidikan, Keterampilan di definisikan sebagai kemampuan melakukan pola-pola
tingkah laku yang kompleks dan tersusun rapi secara mulus dan sesuai dengan
keadaan untuk mencapai hasil tertentu.[5]
Keterampilan itu memerlukan gerak motorik atau pola-pola tingkah laku yang
memerlukan koordinasi gerak yang teliti dan kesadaran yang tinggi, sehingga
ketika seseorang melakukan gerakan motorik dengan koordinasi dan kesadaran yang
rendah dinggap kurang atau tidak terampil untuk mencapai hasil dari tujuan yang
ingin dicapainya.
Terdapat empat keterampilan
dalam menggunakan bahasa yang meliputi menyimak, membaca, berbicara, dan
menulis. Ukuran dari pembedaan masing-masing keterampilan adalah mekanisme
kognitif yang berbeda yaitu produk dan reseptif. Keterampilan produktif adalah
berbicara dan menulis karena menyangkut produk bahasa, sedangkan keterampilan
reseptif adalah membaca dan menyimak karena menyangkut penerima pesan.[6]
Istilah keterampilan tersebut dihubungkan dengan metode pengajaran di kelas.
Berdasarkan
uraian singkat di atas, dapat disimpulkan bahwa keterampilan adalah kemampuan,
pengetahuan, atau pemahaman seseorang yang dipakai untuk menggunakan suatu
bahasa baik secara produktif meliputi proses berbicara dan menulis, reseptif
meliputi membaca dan menyimak secara baik dan benar sesuai dengan bahasa yang
digunakan.
Sedangkan
keterampilan menulis merupakan kegiatan untuk menghasilkan sebuah karya, yang terbentuk dari rangkaian
kata sehingga menjadi sebuah karya tulisan. Selain menulis sebagai keterampilan
untuk menghasilkan sebuah karya tulis, menulis juga dapat digunakan sebagai
alat untuk berkomunikasi. Seperti yang diungkapkan Tarigan bahwa keterampilan menulis
adalah suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi
secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain.[7]
Proses komunikasi terjadi dengan cara menuangkan kata-kata dalam bentuk
tulisan, yang dapat menyampikan suatu pesan kepada pembaca. Menulis juga
tergolong keterampilan yang produktif karena menulis merupakan salah satu
keterampilan yang menghasilkan buah pikiran dan perasaan yang disampaikan pada
orang lain dalam bentuk karya tulis.
Groth mendefinisikan keterampilan menulis sebagai proses
untuk mengungkapkan ide-ide atau pikiran, dalam rangkaian kata-kata yang harus
dilakukan dalam waktu luang. [8]
Artinya dalam pengungkapan ide-ide atau gagasan seorang penulis membutuhkan
banyak waktu lebih untuk dapat merangkainya dalam bentuk tulisan. Selain itu
penulis juga harus memiliki pengetahuan yang luas, kerena menulis bisa sangat
menyenangkan sepanjang kita memiliki ide-ide dan dapat merealisasika maksud
dari tulisan tersebut. [9]
Menulis adalah kombinasi dari proses
dan produk. Proses mengacu pada tindakan mengumpulkan ide dan mulai mengerjakanya sampai tulisan disajikan dengan cara menarik dan
dipahami pembaca.[10]
Ini menandakan bahwa keterampilan menulis adalah sebuah aktivitas dimana setiap
orang dapat mengungkapkan ide-ide mereka kedalam bentuk paragraf, dan itu harus
dirangkai dengan jelas dengan tujuan pembaca dapat menangkap maksud dari
tulisan tersebut. Hal ini juga didukung oleh pendapat dari Brown yang
menyatakan bahwa menulis adalah cara untuk mengakhiri pemikirkan tentang
sesuatu yang anda tidak bisa memulai untuk berpikir. Menulis dalam kenyataanya
adalah sebuah transaksi dengan kata-kata dimana anda dapat
membebaskan diri dari apa yang saat ini anda berpikir, rasakan, dan persepsikan.[11]
Berdasarkan dari teori di atas, kita dapat memahami bahwa
keterampilan menulis merupakan suatu kegiatan berbahasa aktif dan produktif
yang melibatkan kemampuan berpikir untuk mengungkapkan gagasan, buah pikiran,
dan perasaan melalui bahasa tulis kepada orang lain atau pembaca. Keterampilan
menulis tidak muncul begitu saja, perlu adanya latihan dan praktik secara
berkesinambungan untuk dapat mempergunakannya baik dalam bentuk catatan,
laporan dan maksud serta tujuan yang ingin disampaikan dalam bentuk tulisan.
Kegiatan menulis memiliki beberapa prinsip dasar yang
harus diketahui dan dipahami oleh seorang penulis, karena dengan pengetahuan
dan pemahaman yang baik yang dimiliki penulis akan mempermudah dalam membuat
dan mengembangankan suatu bentuk tulisan. Ada tiga prinsip dasar menulis yang
diungkapkan oleh Groth, khususnya dalam kegiatan menulis akademik yang terdiri
dari isi, daftar, dan pelangaran.
There are three basic principles in academic
writing, namely, content, register, and offences. Referring to content, it
should be made clear, specific, and relevant. The register should be formal, to
the point, and concise. On the other hand, academic writing should be free from
offences and, in most cases, should avoid sensitive issues.[12]
Tiga prinsip dasar dalam menulis di atas perlu dipahami
bagi seorang penulis, terkhusus bagi penulis yang akan membuat bentuk karya
tulis akademis. Dengan mengetahui tiga konsep tentang menulis di atas yang
terdiri dari isi karangan tulisan harus dibuat dengan analisis kajian yang
jelas, spesifik dan berhubungan sesuai dengan kajian penulis. Bentuk tulisan
harus to the point terhadap kajian
yang dianalisisnya, serta bentuk tulisan harus bersifat netral tanpa
dipengaruhi oleh pemikiran-pemikiran lain.
Keterampilan menulis
juga menuntut seseorang untuk menggunakan pola-pola bahasa secara tertulis
untuk mengungkapkan suatu gagasan atau pesan. Keterampilan menulis mencakup
berbagai keterampilan, misalnya keterampilan memahami apa yang akan
dikomunikasikan, keterampilan menggunakan unsur-unsur bahasa secara tepat,
keterampilan mengorganisasi wacana, keterampilan menggunakan gaya bahasa yang
tepat dan pilihan kata yang tepat.
Jika dalam kegiatan berbicara orang
harus menguasai lambang-lambang bunyi, maka dalam kegiatan menulis seseorang
hendaknya menguasai lambang-lambang visual dan aturan tata bahasa tulis,
khususnya yang menyangkut masalah ejaan. Selain itu, dalam menulis kita sudah
merencanakan pesan, memikirkan pesan dengan baik saat menulis, dan selanjutnya
merevisinya jika dibutuhkan. Dalam berbicara, kita tidak memiliki waktu
mengulangi, untuk berpikir tentang apa yang akan diucapkan, tetapi harus
membentuk pesan yang kita sampaikan.[13]
Terjadinya perbedaan antara proses menulis dan berbicara tersebut, membuat kita
paham bahwa dalam proses menulis memiliki berberapa tahapan produksi bahasa
yang berbeda dengan proses berbicara. Dalam proses menulis dibutuhakan suatu
proses pemikiran yang baik sampai bahasa yang telah kita tuangkan dalam bentuk
tulisan itu benar-benar sudah baik dan benar secara aturan tata bahasa dari
bahasa yang digunakannya. Hal ini juga didukung oleh pendapat Harmer yang
mengungkapkan ada empat unsur penting dalam menulis. Terdiri dari perencanaan,
menulis, penyuntingan, dan penulisan akhir.[14]
Setiap hasil tulisan mempunyai komposisi dan takaran isi
yang berbeda-beda antara satu tulisan dengan tulisan lain, dan pastinya
memiliki kelebihan dan kekurangan. Tulisan yang dihasilkan haruslah berupa
tulisan yang dapat dinikmati pembacanya dan mengandung unsur-unsur penulisan
efektif. Tujuan dari beberapa bagian penulisan efektif adalah: ketepatan,
keringkasan, kejelasan, kepaduan, koherensi, aksen yang layak (menunjukan
hubungan penting dari topik-topik utama dengan seimbang dan teratur, dan
menghindari yang tidak berhubungan), dan kelayakan (isi/ pasar/ kesempatan).[15]
Dengan adanya tujuan tersebut diharapkan pembaca mengerti apa yang sedang ia
baca dengan begitu penulis berhasil menyampaikan maksud dari apa yang telah ia
tulis. Adanya hal itu menyebabkan sebuah tulisan harus memenuhi ciri-ciri
tulisan yang baik. Ada empat kriteri yang mencakup ciri-ciri tulisan yang baik
meliputi:
1)
Jujur: jangan coba memalsukan gagasan atau
ide anda.
2)
Jelas: jangan membingungkan para pembaca.
3)
Singkat: jangan memboroskan waktu para
pembaca.
4)
Usahakan keanekaragaman: panjang kalimat yang
beranekaragam; berkarya dengan penuh kegembiraan.[16]
Keempat ciri-ciri di atas yang meliputi
jujur, jelas, singkat, dan keanekaragaman kalimat tersebut dapat mewakili suatu
bentuk hasil karya tulis yang baik, karena dengan adanya empat ciri di atas
dalam hasil karya tulis berarti karya tulis tersebut memiliki tingkap pemaparan
tulisan yang baik bagi pembacaranya. Selain harus menghasilkan bentuk tulisan
yang memiliki ciri-ciri tulisan yang baik, dalam proses menulis juga harus
memiliki tujuan. Karena dengan adanya sebuah tujuan dalam menulis akan
mempermudah penulis dalam pemaparan yang ingin dituju oleh penulis. Menurut Hugo Hartig dalam Tarigan ada tujuh
jenis tujuan penulisan yang meliputi: (1) tujuan penugasan (assignment purpose); (2) tujuan
altruistik (altruistic purpose); (3)
tujuan persuasif (persuasive purpose);
(4) tujuan penerangan (informational
purpose); (5) tujuan pernyataan (self-expressive
purpose); (6) tujuan kreatif (creative
purpose); (7) tujuan pemecahan masalah (problem-sloving
purpose).[17]
Tujuan-tujuan yang telah dipaparkan menjadi suatu jawaban dari pertanyaan yang
diajukan oleh beberapa orang tentang “apa yang kita tuju dalam kegiatan
menulis?”. Agar komunikasi lewat lambang tulis dapat dimengerti sehingga sesuai
dengan tujuan yang diharapkan, penulis hendaknya menuangkan gagasannya ke dalam
bahasa secara tepat, teratur, dan lengkap.
Dari uraian di atas terlihat bahwa
menulis merupakan kegiatan yang kompleks dan terkadang sukar untuk diajarkan.
Keterampilan menulis itu tidak hanya tentang penguasaan gramatikal atau
retorika, tetapi juga menyangkut elemen-elemen konseptual.
b.
Pengertian
Menulis Eksposisi Bahasa Inggris
Kata eksposisi diambil dari
kata bahasa Inggris exposition yang
sebenarnya berasal dari kata bahasa Latin yang berarti ‘membuka atau memulai’.
Karangan eksposisi merupakan wacana yang bertujuan untuk memberi tahu,
mengupas, menguraikan, atau menerangkan sesuatu.[18]
Dengan tujuan tersebut diharapkan karangan ekposisi dapat menambah pengetahuan
bagi setiap pembacanya. Menurut pendapat Heffernan dan Lincoln eksposisi adalah
karangan dengan tujuan referensial. Eksposisi berusaha untuk menjelaskan seseorang
atau sesuatu diluar dari dunia penulisannya.[19]
Dapat diartikan bahwa eksposisi
adalah suatu bentuk tulisan atau retorika yang
berusaha untuk menerangkan dan menguraikan suatu pokok pikiran yang dapat
memperluas pandangan atau pengetahuan pembaca.
Wacana dalam bentuk eksposisi juga digunakan untuk
menjelaskan wujud dan hakikat suatu objek, misalnya menjelaskan pengertian,
komunikasi, budaya dan perkembangan teknologi kepada pembacanya. Eksposisi juga
menjadi alat untuk menjelaskan pertalian suatu objek dengan objek lain, atau
dapat digunakan untuk menganalisis struktur suatu barang. Dalam karangan eksposisi, masalah yang
dikomunikasikan terutama adalah pemberitahuan atau informasi.[20] Eksposisi
juga diartikan sebagai sebuah model pembahasan tentang penilaian, penafsiran,
atau dugaan.[21] Ada
pun tujuan utama eksposisi adalah memberitahukan atau memberikan informasi
tentang suatu objek tertentu baik dari segi penilaian, penafsiran atau dugaan
tentang objek yang menjadi kajian sehingga dengan informasi tersebut,
pengetahuan dan pemaham pembaca akan bertambah luas.
Menurut Berry eksposisi adalah sebuah tulisan
yang berusaha untuk menjelaskan
sifat dasar dari sebuah kondisi tertentu, situasi,
proses, sudut pandang, atau masalah yang serupa.[22] Sedangan menurut Stanley et.
al. menjelaskan eksposisi adalah pemaparan dan penjelasan dari ide-ide.
Ide-idenya yang dipaparkan dalam eksposisi bisa secara kongkrit atau abstrak.[23]
Ide-ide yang dimaksudkan secara kongkrit adalah bentuk ide yang bisa dilihat
secara langsung benda atau objek yang menjadi bahan kajiannya sedangkan abstrak
diartikan sebaliknya.
Pada prinsipnya tulisan eksposisi tidak berusaha untuk
mempengaruhi pembacanya. Pembaca sama sekali tidak dipaksakan untuk setuju
dengan pendapat atau pandangan dari penulis, tetapi setidaknya pembaca
mengetahui bahwa penulis mempunyai pendapat atau pendirian terhadap suatu
masalah yang ditulisnya. Seperti yang diungkapkan Marrahimin, dalam hal wacana
eksposisi, yang disingkapkan itu adalah buah pikiran atau ide, perasaan atau
pendapat penulisnya, untuk diketahui orang lain.[24]
Hasil dari pikiran penulis yang berupa gagasan atau ide tersebut diharapkan
dapat diketahui bagi setiap pembaca karangan eksposisi sehingga secara tidak
langsung pembaca akan mendapat informasi dan pengetahuan yang luas berdasar
dari karangan ekposisi yang dibacanya. Sehingga tujuan utama eksposisi adalah
memberi informasi mengenai suatu objek tertentu sehingga dengan informasi
tersebut pengetahuan pembaca akan bertambah luas.
Beberapa batasan yang disampaikan di atas mengandung
pikiran dasar yang sama bahwa tulisan eksposisi merupakan tulisan yang berupaya
menjelaskan sesuatu subjek yang berdasarkan pada pengetahuan yang dimiliki oleh
seorang penulis untuk dapat memperluas pandangan atau pengetahuan pembaca. Agar
dapat memperluas pandangan atau pengetahuan pembaca, terlebih dahulu haruslah
ada suatu hal, hasil buah pikirian atau pendapat yang akan kita ungkapkan dalam
tulisan. Didalam eksposisi, sesuatu yang diungkapkan ini disebut tesis.[25]
Pengungkapan dan penuangan pendapat dalam karangan eksposisi sangat penting
guna menarik pembaca serta membuat pengkajian karangan eksposisi menjadi
baik.
Di samping itu, batasan di atas juga mengandung pokok
pikiran dasar lainnya bahwa tujuan eksposisi hanya memberikan penjelasan
tentang suatu subjek, tanpa maksud mengkritik, dan argumentatif. Oleh karena
itu, dari sudut padang komposisi atau tulisan utuh, satu tulisan eksposisi
selalu diwarnai oleh pengungkapan informasi terhadap suatu subjek yang digarap
secara logis dan objektif. Keakuratan dan kejelasan selalu menjadi tujuan utama
eksposisi. Dengan demikian, tulisan eksposisi itu sifatnya informatif. Sifat
informatif eksposisi ini juga tidak memperdulikan atau mempertimbangkan apakah
pendapat (informasi) yang diberikan dalam tulisan dapat diterima atau tidak
oleh pembacanya.
Sifat eksposisi yang hanya menginformasikan atau
menyingkapkan saja, tanpa maksud mempengaruhi pembacanya dan tanpa
memperhatikan bahwa pendapatnya dapat diterima atau tidak, dikatakan sebagai ciri
khas suatu eksposisi. Sifat eksposisi yang demikian menyebabkan tulisan
eksposisi terbuka untuk polemik, bisa dibantahkan, atau dapat dibuat eksposisi
tandingan.
Untuk dapat menulis karangan eksposisi bahasa Inggris
dengan baik, penulisannya tidak hanya terbatas pada penggunaan struktur bentuk
kalimatnya saja, namun perlu adanya ide-ide, perencanaan serta pengetahuan
tentang tahap-tahap penulisan yang baik oleh penulis. Seperti yang diungkapkan
oleh Hogue berikut;
Good writing is more
than just using correct grammar. It is also means thingking, planning,
checking, and revising. In this book, you will become skilled writers by always
using these four steps: (1) prewriting (getting ideas and organizing them), (2)
writing the first draft, (3) editing the first draf (checking and correcting
it), and (4) writing the final draf to hand in.[26]
Tahap pertama adalah tahap pra penulisan dimana pada
tahap ini merupakan tahap perencanaan atau persiapan menulis yang mencakup
menetukan topik, mengumpulkan informasi sebagai bahan untuk materi tulisan,
membatasi topik; yaitu mempersempit dan memperkhusus lingkup masalah, dan
menyusun kerangka karangan.
Tahap kedua adalah tahap penyusunan naskah (drafting). Tahap penyusunan ini adalah
tahap kebebasan penulis dalam menulis karangan. Tidak ada aturan dalam tahapan
ini, penulis tidak harus berhati-hati dengan pemilihan kata yang akan dipakai,
bahkan penulis tidak perlu khawatir tentang masalah tata bahasa. Hal terpenting
dalam tahap ini adalah penulis mampu mengeluarkan ide-ide, pikiran dan
pendapatnya dalam bentuk tulisan.
Tahap ketiga adalah tahapan dimana penulis melakukan
pemeriksaan dan memperbaiki kesalahan-kesalahan dalam penulisan pada tahapan
kedua. Dalam pemeriksaannya penulis haruslah memiliki kejelian dalam memeriksan
hasil tulisanya sehingga bentuk tulisan akan menjadi baik dan benar baik secara
struktur maupun pemilihan katanya.
Tahap terakhir adalah penyusunan akhir yang dimaksudkan
bahwa penulis memeriksa hasil tulisan secara keseluruhan, jika ada kekurangan
atau kesalahan dalam tulisanya penulis dapat memperbaiki dan jika tidak ada
lagi kekurangan dan kesalahan sehingga tulisan dianggap memenuhi syarat, maka
tulisan dianggap selesai dan siap untuk dipublikasikan.
Dengan mengetahui tahapan penulisan yang
disampaikan tersebut, maka diperoleh gambaran lebih jelas tentang penulisan
eksposisi. Selanjutnya, dalam menulis eksposisi penulis harus memahami tentang
bentuk outline atau kerangka
pembentuk eksposisi yang meliputi:
1)
Tesis
2)
a. Kelas I (pembuktian pertama)
b. Kelas II (pembuktian kedua)
c. Kelas III (pembuktian ketiga)
d.dst. (Kelas/pembuktian berikutnya)
3)
Kesimpulan[27]
Tesis yang dimaksudkan dalam penulisan eksposisi adalah
inti dari keseluruhan penulisan eksposisi, atau biasa dalam narasi disebut
dengan tema. Sedangkan kelas di atas dimaksudkan tentang adanya beberapa uraian
yang mendukung, atau membuktikan kebenaran tesis yang menjadi inti penulisan
eksposisi. Pemahaman dan pengetahuan akan kerangka eksposisi di atas penting
untuk diketahui, karena hal ini akan mempermudahkan penulis dalam merencanakan
sebuah tulisan eksposisi.
Menurut Berry
untuk memulai menulis eksposisi ada empat hal yang perlu diperhatikan
sebelumnya, yaitu:
As you compose your
work, your primary fidelity must always be to actual fact. A second attribute
of sound expository writing is completeness. A third attrubute of sound
expository writing is a pleasing note of authority. A fourth attribute of sound
expository writing is one that has been stressed repeatedly throughout this
book clarity.[28]
Bagian
pertama karangan eksposisi harus berdasarkan kenyatan atau fakta yang
sebenarnya terjadi, bukan sekedar karangan fiksi. Kedua diartikan bahwa dalam
penulisan eksposisi harus secara lengkap, lengkap diartiakan untuk membantu
pembaca menangkap maksud dari tulisan penulis bisa menambahkan media seperti
gambar untuk mempermudah pembaca memahami maksud dari tulisan tersebut. Ketiga
bentuk tulisan eksposisi harus bersifat menyenangkan tanpa adanya pemaksaan ide
yang dipaparkan oleh penulis kepada pembacanya. Dan terakhir adalah kejelasan
bentuk tulisan eksposisi, hal ini sangat penting karena bentuk tulisan yang
baik harus bisa dipahami oleh setiap pembacanya dengan mudah sehingga maksud
dari tujuan penulisan bisa disampaikan dengan baik tanpa adanya salah
penafsiran isi tulisan.
Berdasarkan hasil analisis teori yang telah disampaikan
di atas, dapat disimpulkan bahwa keterampilan menulis eksposisi merupakan
kecakapan seseorang penulis dalam membuat suatu tulisan yang bersifat fakta
dengan menggunakan buah pikir berupa ide dan gagasan dari penulis yang dipaparkan
dalam bentuk tulisan dengan tujuan untuk menginformasikan dan menambah
pengetahuan pembaca tentang sesuatu hal. Perbedaan karya tulis eksposisi bahasa
Inggris dengan karya tulisa lainnya adalah dari segi penyampaian atau
memberikan informasi tentang suatu objek tertentu atau permasalahan baik dari
segi penilaian, penafsiran atau dugaan tentang objek yang menjadi kajian
sehingga dengan informasi tersebut, pengetahuan dan pemaham pembaca akan
bertambah luas.
c.
Penilaian
Keterampilan Menulis Eksposisi
Kecakapan seseorang dalam menghasilkan tulisan khususnya
karya tulis eksposisi yang memiliki tujuan untuk menginformasikan dan menambah
pengetahuan bagi pembacanya dapat diketahui dengan cara melakukan beberapa
penilaian keterampilan menulis. Beberapa ahli bahasa memberikan beberapa
pendapatnya dalam melakukan penilaian keterampilan menulis yang mencakup dari
beberapa aspek penting dalam penilaian menulis, Jordan mengemukakan pendapatnya
bahwa hal penting yang perlu diperhatikan oleh penulis karena hal ini akan
terkait tentang penilaian bentuk tulisannya meliputi:
1. Relevance
of the answer to the question or topic
2. Structure
and organisation of the essay, and completeness of the writing
3. Clear
expression
4. Coherence
of argument
5. Critical
evaluation of point of view
6. References
to literature/research and use of quotations and bibliography
7. Other
details: grammar, spelling, punctuation[29]
Keterkaitan antara
jawaban dari pertanyaan atau topik, struktur seperti tata bahasa dan tanda baca
merupakan poin penting dalam melakukan penilain, karena pada bagian tersebut
yang menetukan apakah tulisan yang dibuat oleh penulis dapat dikategorikan
tulisan yang baik yang dapat memberikan informasi dan pengetahuan bagi
pembacanya. Jika hal tersebut diabaikan maka penulis dianggap gagal membuat
suatu bentuk tulisan yang memberikan manfaat baik itu hanya sekedar informasi
ataupun ilmu pengetahuan yang bisa diperolehnya. Pendapat yang sama juga
dikemukan oleh Duig terkait penilaian dari kemampuan menulis seorang penulis
bisa dilihat dari segi aspek berikut ini:
1. Present
the solution to a problem
2. Present
and justify an opinion
3. Compare
and constrast evidence, opinions and implications
4. Evaluate
and challenge ideas, evidence, or an argument[30]
Bedasarkan pendapat di atas poin pertama menjadi begitu
penting khususnya dalam penulisan karangan eksposisi, karena jelas pada poin
pertama seorang penulis dapat dinilai dari kemampuanya dalam memaparkan
pendapatnya akan masalah-masalah yang dibuat dalam topik karangannya sehingga
ketika orang lain membaca karangan maka mereka akan memdapatkan pengetahuan
baru akan penyelesain dari topik yang disajikan dalam karangan eksposisi meski
tetap tidak mengabaikan ketiga topik penting lain.
Secara umum
Nurgiyantoro mengemukakan delapan aspek penilaian pada keterampilan menulis
meliputi aspek-aspek seperti; (1) kualitas isi karangan, (2) keakuratan dan
keluesan isi, (3) organisasi penulisan, (4) kebermaknaan keseluruhan tulisan,
(5) ketepatan diksi, (6) ketepatan kalimat, (7) ejaan dan tata tulis, dan (8)
kelengkapan sumber rujukan.[31]
Kedelapan aspek penilaian di atas memiliki keterkaitan antara satu dengan yang
lainnya khususnya di dalam menilai keterampilan menulis seseorang, dengan
adanya delapan ketepatan di atas maka seseorang dapat dikatakan memiliki
keterampilan menulis yang baik. Heaton juga memberikan pendapatnya yang lebih
rinci tentang penilaian keterampilan menulis sebagai berikut:
Tabel 2.1 Kriteria Penilaian
Instumen Keterampilan Menulis[32]
Content
30-27 EXCELLENT TO VERY GOOD:
knowledgeable-substantive-etc.
26-22
GOOD TO AVERAGE: some knowledge of subject - adequate range- etc.
21-17 FAIR TO POOR: limited knowledge of
subject - little substance – etc.
16-13 VERY POOR: does not show knowledge of
subject - non substantive
|
Organization
20-18
EXCELLENT TO VERY GOOD: fluent expression – ideas clearly stated – etc.
17-14 GOOD
TO AVERAGE: somewhat choppy – loosely organized but main ideas stand out – etc.
13-10 FAIR TO POOR: non-fluent – ideas
confused or disconnected – etc.
9-7 VERY POOR: does not communicate – no
organization - etc.
|
Vocabulary
20-18
EXCELLENT TO VERY GOOD: sophisticated range – effective word/idiom
choice and usage – etc.
17-14 GOOD
TO AVERAGE: adequate range – occasional errors of word/idiom form, choice,
usage but meaning not obscured.
13-10
FAIR TO POOR: limited range – frequent errors of word/idiom form,
choice, usage – etc.
9-7 VERY
POOR: essentially translation – little knowledge of English vocabulary.
|
Language
use
25-22
EXCELLENT TO VERY GOOD: effective complex constructions – etc.
21-19 GOOD TO AVERAGE: effective but simple
constructions – etc.
17-11
FAIR TO POOR: major problems in simple/complex constructions – etc.
10-5 VERY POOR: virtually no mastery of
sentence constructions rules etc.
|
Mechanics
5
EXCELLENT TO VERY GOOD: demonstrates mastery of conventions - etc.
4 GOOD TO AVERAGE: occasional errors
of spelling, punctuation – etc.
3 FAIR TO POOR: frequent errors of
spelling, punctuation, capitalization – etc.
2 VERY
POOR: no mastery of conventions – dominated by errors of spelling,
punctuations, capitalization, paragraphing – etc.
|
Dari tabel di atas Heaton memaparkan ada lima aspek
penilaian keterampilan menulis yang meliputi aspek; (1) Isi karangan, (2)
Organisasi, (3) Pilihan kata, (4) Penggunaan bahasa, (5) Kaidah penulisan.
Berdasarkan dari beberapa teori tentang penilaian keterampilan menulis di atas,
peneliti merumuskan kriteria penilaian keterampilan menulis ekposisi dengan
melibatkan lima aspek penilaian dan juga didukung oleh beberapa kriteria
terkait menulis eksposisi bahasa inggris. Penilaian tersebut meliputi penilaian
isi karangan dengan kriteria mampu mengembangkan isi karangan dengan efektif
dan baik. Organisasi memiliki kriterian penilaian tentang penyampaian ide dan
gagasan informasi karangan dengan sangat jelas dan saling mendukung satu sama
lain. Pilihan kata memiliki kriterian penilaian tentang penetuan kata yang
tepat dalam menyampaikan tujuan karangan. Penggunaan bahasa memiliki kriterian
penilaian tentang penyusunan bahasa karangan yang efektif dan kompleks. Dan
terakhir adalah kaidah penulisan yang memiliki kriterian penilaian tentang
ketepatan penggunaan aturan tata bahasa yang baik dan benar. Kriteria penilain
keterampilan menulis eksposisi bahasa Inggris secara terperinci disajikan pada
tabel di bawah ini:
Tabel
2.2 Kriteria Penilaian Keterampilan Menulis Eskposisi
No.
|
Indikator
|
Nilai
|
Kriteria
|
1.
|
Isi karangan
|
27 – 30
22 – 26
17 – 21
13 – 16
|
v
Sudah mampu mengembangkan isi karangan
eksposisi dengan baik dan efektif artinya
mampu memaparkan ide dan gagasan sesuai dengan topik yang diberikan serta
sejauh mana ide dan gagasan itu memberikan jawaban terkait permasalahan yang
diberikan.
v Sudah
mampu mengembangkan isi karangan eksposisi dengan baik artinya mampu
memaparkan ide dan gagasan sesuai dengan topik yang diberikan.
v Cukup
mampu mengembangan isi karangan eksposisi artinya kurang mampu memaparkan ide
dan gagasan sesuai dengan topik yang diberikan
v Belum
mampu mengembangan isi karangan eksposisi artinya tidak ada kesesuaian antara
ide dengan topik yang diberikan.
|
2.
|
Organisasi
|
18
– 20
14
– 17
10
– 13
7
– 9
|
v Penyampaian
ide dan gagasan informasi karangan dengan sangat jelas dan saling menduduknya gagasan satu
dengan yang lainnya.
v
Penyampaian ide dan gagasan informasi
karangan dengan jelas dan namun kurang
saling menduduknya gagasan satu dengan yang lainnya.
v
Penyampaian ide dan gagasan informasi
karangan kurang jelas dan tidak saling
menduduknya gagasan satu dengan yang lainnya.
v
Tidak ada penyampaian ide dan gagasan
informasi karangan dan tidak saling menduduknya gagasan satu dengan yang
lainnya.
|
3.
|
Pilihan Kata
|
18
– 20
14 – 17
10 – 13
7 – 9
|
v
Menggunakan pilihan kata meliputi
penggunaan kata baku dan penggunaan kata yang sesuai dengan tujuan
penyampaian informasi.
v
Menggunakan pilihan kata yang terkadang
kurang tepat meliputi penggunaan kata baku dan penggunaan kata yang sesuai
dengan tujuan penyampaian informasi.
v Menggunakan
pilihan kata yang sering kurang tepat meliputi penggunaan kata baku dan
penggunaan kata yang sesuai dengan tujuan penyampaian informasi.
v
Menggunakan pilihan kata yang salah meliputi
penggunaan kata baku dan penggunaan kata yang sesuai dengan tujuan
penyampaian informasi.
|
4.
|
Penggunaan Bahasa
|
22
– 25
19 – 21
11 – 17
5 – 10
|
v
Dalam penyusunan bahasa dalam karangan
eksposisi sudah benar dan kompleks dengan artian penggunaan tata bahasa yang
benar dan tidak ada penggulangan kalimat.
v
Dalam penyusunan bahasa dalam karangan
eksposisi terkadang terdapat kesalahan penggunaan tata bahasa yang benar dan
tidak ada penggulangan kalimat.
v
Ketidaktepatan dalam penyusunan bahasa
dalam karangan eksposisi artinya terdapat kesalahan penggunaan tata bahasa
yang benar dan ada penggulangan kalimat.
v
Ketidak mampuan penyusunan bahasa dalam
karangan eksposisi artinya terdapat banyak kesalahan penggunaan tata bahasa
yang benar dan banyak penggulangan kalimat.
|
5.
|
Kaidah Penulisan
|
5
4
3
2
|
v
Menggunkan kaidah penulisan yang benar dan
sesuai
v
Terkadang ada kesalahan menggunakan ejaan
dan tanda baca.
v
Sering ada kesalahan menggunakan ejaan,
huruf kapital, tanda baca dll.
v
Tidak memahami penggunaan kaidah penulisan
yang benar dan sesuai.
|
2.
Teknik Pembelajaran
Dalam kegiatan pembelajaran, kita mengenal istilah teknik
pengajaran yakni sebagai cara untuk mencapai tujuan pengajaran. Teknik dalam
pengajaran bahasa mengacu pada pengertian implementasi perencanaan pengajaran
di depan kelas. Teknik pengajaran meliputi bermacam-macam cara atau kegiatan
yang bisa diterapkan dalam rangka mencapai tujuan. Ada beberapat teknik
mengajar yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran, misalnya ceramah,
diskusi, pemberian tugas dan tanya jawab.[33]
Teknik pembelajaran juga diartikan sebagai implementasi pedekatan dan metode di
dalam kelas, sedangkan pendekatan merupakan seperangkat asumsi yang saling
berkaitan tentang bahasa, belajar bahasa, dan pengajaran bahasa. Metode adalah
perencanaan menyeluruh berkaitan dengan materi yang akan disajikan.[34]
Sedangkan istilah teknik yang dikaitkan dengan pembelajaran menurut pendapat
Brown adalah pemerolehan pengetahuan tentang sesuatu hal atau keterampilan
melalui belajar dari pengalaman atau pengajaran.[35]
Berdasarkan beberapa pandangan para ahli di atas dapat
disimpulkan bahwa pendekatan berisikan seperangkat anggapan yang mendasari
metode, metode menginterpretasikan anggapan itu ke dalam kegiatan pembelajaran
antara lain tujuan dan teknik mengajar di kelas. Pembelajaran ialah proses
pemerolehan pengetahuan atau keterampilan melalui belajar yang dilakukan sacara
sadar. Seperti yang sudah diungkapkan sebelumnya bahwa penelitia ini mengkaji
pembelajaran menulis eksposisi bahasa Inggris dengan menggunkan teknik
kolaboratif dan individual.
a.
Teknik Kolaboratif
Teknik pengajaran kolaboratif lebih menekankan keaktifan
peserta didik untuk saling berinteraksi dalam proses belajar, keberadaan
interaksi antar peserta didik dirasakan cukup banyak memberikan manfaat dalam
segi meningkatkan proses berpikir dan mengembangkan kemampuan intelektual
seseorang dalam proses belajar.
Teknik kolaboratif dalam pengajaran menulis menurut Nunan
dibagi ke dalam dua tipe, yaitu interaksi yang terjadi di kertas dan interaksi
yang dilakukan melalui diskusi lisan.[36]
Ini diartikan hal yang pertama terjadi dalam pembelajaran menulis dengan teknik
kolaboratif adalah interaksi belajar mengajar lebih banyak terjadi melalui
tulisan dan interaksi berikutnya dilakukan dengan diskusi lisan. Dalam proses
pembelajaran menulis perlu dilakukan riview atau perbaikan yang dilakukan
secara berulang-ulang, semakin banyak perbaikan yang dilakukan maka akan
semakin meningkat kualitas baik dalam segi ketepatan isi, tata bahasa maupun
pengorganisasiannya.
1)
Tahapan dalam Teknik Kolaboratif
Belajar menulis dengan teknik kolaboratif ini bertujuan
memotivasi pembelajarnya untuk saling menghargai satu sama lain. Mereka juga
dilatih untuk dapat menumbuhkan rasa percaya diri dan saling berpikir positif
sehingga terwujud keberhasilan dalam mencapai tujuan belajar bersama berkat
adanya kerja sama yang baik diantara mereka. Nunan berpendapat dalam belajar
kolaboratif, mahasiswa saling berkerja sama untuk menyelesaikan tugasnya.
Tujuan-tujuan mereka terevaluasi berdasarkan kriteria referensi, namun karena
semua anggota kelompok saling berbagi untuk mencapai tujuan umum, mereka
termotivasi untuk tujuan yang saling menguntungkan agar dapat memaksimalkan
proses belajar mereka. Hal ini menimbulkan saling ketergantungan yang positif,
mereka yakin dapat mencapai tujuan yang lebih baik dari pada yang lain.[37]
Jadi jelas bahwa keberhasilan dari tujuan belajar bersama dengan teknik
kolabiratif dapat tercapai ketika masing-masing anggota kelasnya bisa berkerja
dengan sebaik mungkin dan saling berinteraksi satu dengan lainnya dalam proses
pembelajaran. Jika terjadi sebailknya seperti masing-masing anggota tidak bisa
berkerja sama dengan baik maka tujuan bersama tidak akan tercapai.
Enam tahapan penting dalam teknik pengajaran kolaboratif
menurut Arends meliputi[38]:
No.
|
Tahapan
|
Prosedur
|
1
|
Membuat tujuan dan
perangkat pembelajaran
|
Dosen membuat tujuan
dari pelajaran dan membuat perangkat pembelajaran
|
2
|
Menyediakan informasi
|
Dosen memberikan
informasi kepada mahasiswa baik secara lisan maupun tulisan
|
3
|
Mengelompokan
mahasiswa menjadi kelompok belajar
|
Dosen membantu
mahasiswa membuat kelompok belajar dan membantunya melakukan transisi
|
4
|
Membantu mahasiswa
untuk berkerja dan belajar
|
Dosen membatu kelompok
belajar ketika melakukan kegiatan
|
5
|
Melakukan tes terhadap
materi
|
Dosen menilai materi
atau persentasi hasil kerja kelompoknya.
|
6
|
Memberi pengenalan
|
Dosen mencari cara
untuk mengenal usaha-usaha individu maupun kelompok dan mengetahui hasil yang
telah dicapainya.
|
Dalam pembelajaran kolaboratif ini mahasiswa dituntut
aktif berpartisipasi dalam kegiatan belajar mengajar. Interaksi yang baik
antara pengajar dan mahasiswa itu merupakan ciri pembelajaran kolaboratif.
Kontribusi dari masing-masing anggota kelas diharapakan dalam menuangkan ide
atau gagasan yang ia miliki. Saling berkomunikasi antara masing-masing anggota
kelas dapat merealisasikan interaksi positif. Interaksi positif yang
dimaksudkan adalah mereka saling membantu dan tidak ada yang merasa dirinya
paling hebat diantara yang lain.
Dengan menganalisa hakikat penulisan eksposisi dan
manfaatnya yang dapat dipetik dari aktivitas kolaborasi dalam pembelajaran
menulis, maka pembelajaran yang lebih diutamakan dalam penelitian ini lebih
menitikberatkan pada pembelajaran penulisan dengan teknik kolaboratif antara
mahasiswa dengan sesama mahasiswa atau dengan dosen. Dalam hal ini, dosen
berperan sabagai fasilitator, sumber dan pembimbing. Proses pembelajaran lebih
dititik beratkan pada paradigma kerja kelompok daripada individu.
b.
Teknik Individual
Johnson
berpendapat bahwa dalam teknik individual, mahasiswa berkerja sendiri untuk
mencapai tujuan kriteria belajar yang sudah ditentukan.[39]
Struktur tujuan dari suatu pelajaran bersifat individualis ketika tidak ada
interaksi antara anggota kelas. Setiap individu hanya mementingkan keberhasilan
dirinya masing-masing. Teknik individual menciptkan iklim yang membuat
mahasiswa puas dan leluasa mendiskusikan pandagan-pandagannya dengan dosen.
Menurut Hasibuan dalam teknik individual dosen banyak menghadapi mahasiswa yang
masing-masing mendapat kesempatan untuk bertatap muka dengan dosen serta
memperoleh bantuan dan bimbingan dosen secara individu.[40]
Ini diartikan, jika dosen akan mengajar dengan teknik individual berarti harus
dipikirkan relevansi antara komponen-komponen pengajaran yang sesuai bagi
setiap mahasiswa secara perorangan. Dengan kata lain teknik individual yang
sebenarnya harus melayani kebutuhan setiap anak yang berbeda satu dengan yang
lainnya. Hal demikian amat berat untuk bisa dapat dilakukan dalam proses
pengajaran.
Tujuan
utama pengajaran individual adalah untuk memberikan kesempatan kepada mahasiswa
untuk belajar secara optimal serta bisa mencapai tingkat penguasaan bahan
pelajaran yang dipelajarinya. Berbagai bentuk pengajaran dengan teknik
individual menekankan akan pentingnya perhatian, bantuan, dan perlakuan khusus
dari dosen kepada mahasiswa secara individu.[41]
Adapun
langkah-langkah dalam pengajaran menggunakan teknik individual adalah sebagai
berikut.
a) Pelajaran diawali dengan pertemuan secara klasikal untuk
memberi informasi dan penjelasan tentang tujuan dan tugas yang akan dikerjakan
serta hal-hal yang dianggap perlu.
b) Kemudian setiap mahasiswa diberi kesempatan untuk belajar
atau melaksanakan tugas secara individu.
c) Setelah bahan pelajaran disediakan untuk mahasiswa
selesai disampaikan, dosen mengakhiri pelajaran dengan pertemuan secara
klasikal kembali seperti pada saat pelajaran dimulai.[42]
Lebih
lanjut Russefendi mengungkapkan ciri-ciri teknik individual seperti berikut
ini.
a) Lebih memberikan kesempatan kepada mahasiswa, kapan dan
mengenai apa ia belajar.
b) Mahasiswa belajar dengan kecepatan masing-masing.
c) Pengajaran itu berpusat kepada mahasiswa, artinya
pengajaran disesuaikan dengan kesenangan dan cara belajar mahasiswa.
d) Dosen bertindak sebagai fasilitator, pembimbing belajar
dan banyak memberi bantuan kepada mahasiswa yang memerlukannya.[43]
Jika
dibandingkan dengan teknik kolaboratif, nampak jelas bahwa kedua teknik
tersebut berbeda karena dalam teknik individual memberi kesempatan kepada
mahasiswa untuk maju sesuai dengan kemampuan dan memungkinkan pendalaman bagi
individu menurut tujuan masing-masing, sedangkan dengan teknik kolaboratif
dituntut kerjasama.
Untuk
menciptakan suasana pembelajaran menulis dengan teknik individual, dosen
hendaknya berperan sebagai organisator dalam kegiatan belajar mengajar, sumber
informasi bagi mahasiswa, penyedia materi dan kesempatan belajar bagi
mahasiswa, serta mampu mendiagnosis kesuilitan belajar mahasiswa dan mampu
memberikan bantuan yang sesuai dengan kebutuhan. Akan tetapi, seorang dosen
tidak dilarang untuk memberikan pengajaran klasikal atau menggunkan metode
ceramah bila diperlukan bagi mahasiswa.
Pengajaran
menulis eksposisi dengan teknik individual dilakukan dengan cara dosen harus
terampil mengadakan pendekatan secara pribadi. Salah satu ciri teknik
individual ialah terjadinya hubungan yang dekat dan sehat antara dosen dengan
mahasiswa. Hal ini dapat terjadi apa bila dosen dapat menciptkan suasana
terbuka sehingga mahasiswa merasa bebas dal leluasa untuk mengemukakan
pendapat. Suasana keterbukaan tersebut dapat diciptakan antara lain dengan cara
menunjukan kepekaan terhadap kebutuhan mahasiswa, mendengar ide-ide yang
dikemukan oleh mahasiswa, memberi respon positif terhadap ide mahasiswa dan
membangun hubungan yang saling mempercayai.
3.
Motivasi Belajar Bahasa Inggris
Motivasi
dalam pengajaran bahasa Inggris berperan penting untuk mencapai kesuksesan
tujuan pembelajaran. Mahasiswa yang memiliki motivasi tinggi biasanya memiliki
gairah belajar yang tinggi dalam mengikuti proses belajar mengajar. Sandar dan
Nancy menyebutkan dua motivasi dalam belajar bahasa yaitu; motivasi
intergratif, yang menyatakan rasa suka dan mengharap dapat berinteraksi dengan
para pembicara bahasa target. Sedangkan motivasi instrumental adalah berharap
mempelajari bahasa agar dapat meraih beberapa tujuan akademik atau kesuksesan
dalam berkerja. Motivasi.[44]
Motivasi
dapat diterima sebagai faktor yang sangat penting dalam kesuskesan atau
kegagalan belajar bahasa. Mahasiswa yang memiliki motivasi yang tinggi walaupun
diajarkan dengan cara yang buruk akan mampu melakukan yang lebih baik sedangkan
mahasiswa yang memiliki motivasi rendah perlu mendapatkan perlakukan pengajaran
yang lebih baik. Motivasi menentukan tingkat perhatian mahasiswa selama berada
didalam kelas, berkonsentrasi dan memiliki pengaruh dalam proses keefektifan
proses belajar.
Untuk
mengetahui apakah mahasiswa merasa termotivasi dalam proses pembalajar perlu
dilakukan beberapa hal diantaranya adalah mengajarkan menulis sebagai suatu
proses berpikir agar mahasiswa dapat mengembangkan gagasan-gagasan mereka
sendiri secara bebas dan terbuka, menunjukan strategi belajar menulis yang
dapat memberikan keterampilan kepada mereka untuk menyampaikan informasi dan
pendekatan pengalaman bahasa agar mahasiswa dapat menciptakan materi menulis
sendiri untuk digunakan di dalam kelas.
Dorney
dalam Brown menyebutkan ada sepuluh hal yang bisa dilakukan untuk bisa merangsang
motivasi intrinsik mahasiswa dalam proses pembelajar diantaranya meliputi:
1) Set a personal example with your own behavior
2) Create a pleasant, relaxed atmosphere in the classroom
3) Present the tasks properly
4) Develop a good relationship with the learners
5) Increase the learner’s linguistic self-confidence
6) Make the language classes interesting
7) Promote learner autonomy
8) Personalize the learning process
9) Increase the learner’s goal-orientedness
10) Familiarize learners with the target language culture[45]
Dengan
demikian motivasi belajar bahasa inggris dapat diartikan sebagai kadar
keinginan mahasiswa untuk belajar bahasa Inggris dengan baik dan bijak.
Faktor-faktor yang mempegaruhi mahasiswa tidak hanya timbul dari faktor
internal, namun juga dari faktor eksternal seperti faktor lingkungan yang
memberikan kontribusi tidak secara langsung terhadap tinggi rendahnya motivasi
mahasiswa dalam belajar bahasa Inggris.
B.
Hasil Penelitian yang Relevan
Beberapa
penelitian yang ditemukan relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang
dilakukan oleh Gunawan dengan judul ‘Pengajaran Menulis Kolaboratif: Studi
Kualitatif di Jurusan Bahasa Inggris Universitas Pasundan Bandung’ yang
menunjukan bahwa pengajaran menulis kolaboratif sangat efektif dalam
memperbaiki kesalahan menulis mahasiswa dan meningkatkan keterampilan menulis
mereka.[46]
Penelitian
yang telah dilakukan oleh Johnson, membuktikan bahwa pengalaman belajar secara
kolaboratif menghasilakan pencapaian akademik yang lebih tinggi dari pada
dilakukan secara individualis. Mereka telah melakuakan penelitian terhadap 28
kelas yang memberikan data pencapaian siswa kelas dasar dan lanjut yang terdiri
atas berbagai tingkat kemampuan dan usia serta dalam berbagai bidang kurikulum
yang sangat luas. Terdapat bukti pencapaian yang lebih tinggi secara signifikan
pada siswa yang belajar secara kolaboratif dibandingkan dengan siswa yang
belajar secara individual.[47]
C.
Kerangka Berpikir
1.
Perbedaan Keterampilan Menulis
Eksposisi Bahasa Inggris Mahasiswa yang diajarkan dengan Teknik Kolaboratif dan
Mahasiswa yang diajarkan dengan Teknik Individual
Teknik pembelajaran kolaboratif dilakukan dengan cara
membagi mahasiswa dalam beberapa kelompok belajar dan dalam suasan belajar yang
menyenangkan sehingga setiap mahasiswa dapat mengungkapkan ide atau pengalaman
mereka dengan cara kolaboratif baik dengan sesama teman ataupun dengan
dosennya. Dalam menulis eksposisi pengungkapkan ide ataupun pendapat sangatlah
penting untuk mampu mengembangkan bentuk informasi tulis yang akan disampaikan
kepada pembacanya.
Berbeda halnya dengan teknik pembelajaran individual yang
menuntut mahasiswa belajar sesuai dengan kecepatannya dan kemampuannya sendiri
tanpa mengiraukan teman yang lain. Mahasiswa yang belajar menulis dengan teknik
ini sebagaian akan mampu belajar dengan cepat dan sebagian akan mengalami
kesulitan dalam belajar.
Dengan demikian keterampilan menulis eksposisi bahasa
Inggris mahasiswa yang mendapatkan pembelajaran dengan teknik kolaboratif
diduga lebih tinggi dari pada keterampilan menulis mahasiswa yang mendapatkan
pembelajaran dengan teknik individual.
2.
Perbedaan Keterampilan Menulis
Eksposisi Bahasa Inggris Mahasiswa yang memiliki Motivasi Belajar Tinggi yang
diajarkan dengan Teknik Kolaboratif dan yang diajarkan dengan Teknik Individual
Menulis merupakan suatu bentuk keterampilan yang menuntut
mahasiswa untuk mampu mengungkapkan gagasan dan pengalaman yang dimiliki oleh
seorang penulis yang meliputi pemilihan topik, kosakata, diksi, penyusunan
kalimat dan paragraf. Kemampuan tersebut akan mudah dikuasai seorang penulis
jika ia memiliki motivasi yang tinggi untuk selalu belajar.
Mahasiswa yang memiliki motivasi belajar yang tinggi akan
cendrung lebih mudah dan cepat dalam proses pembelajaran menulis eksposisi bahasa
Inggris, hal ini dikarenakan tingkat perhatian
mahasiswa selama berada didalam kelas cendrung lebih baik dan mampu
berkonsentrasi penuh selama proses pembelajaran serta memiliki pengaruh dalam
proses keefektifan proses belajar.
Mahasiswa yang memiliki
motivasi belajar yang tinggi dan mendapatkan pengajaran dengan teknik
kolaboratif akan mempermudahkan dalam menulis, karena dengan rasa antusias yang
tinggi yang dimilikinya akan mendorong proses pembalajaran secara berkelompok
dalam berjalan secara aktif dan efektif sehingga tujuan dari pembelajaran
dengan teknik kolaboratif akan tercapai.
Sedangkan mahasiswa
dengan motivasi tinggi yang mendapakan pembelajaran dengan teknik individual
akan mendapatkan kesulitan dalam menulis, karena tidak mendapatkan tempat untuk
mengembangkan gagasan dan ide mereka secara kelompok sehingga proses
pembelajaran cendrung lebih pasif.
Dengan demikian
keterampilan menulis eksposisi bahasa inggris mahasiswa yag memiliki motivasi
tinggi yang diajarkan dengan teknik kolaboratif diduga lebih baik daipada
mahasiswa yang memiliki motivasi tinggi yang diajarkan dengan teknik
individual.
3.
Perbedaan Keterampilan Menulis
Eksposisi Bahasa Inggris Mahasiswa yang memiliki Motivasi Belajar Rendah yang
diajarkan dengan Teknik Kolaboratif dan yang diajarkan dengan Teknik Individual
Menulis merupakan suatu bentuk keterampilan yang menuntut
mahasiswa untuk mampu mengungkapkan gagasan dan pengalaman yang dimiliki oleh
seorang penulis yang meliputi pemilihan topik, kosakata, diksi, penyusunan
kalimat dan paragraf. Kemampuan tersebut akan sulit untuk dikuasai seorang
penulis jika ia memiliki motivasi yang rendah dalam proses belajar.
Mahasiswa yang memiliki motivasi belajar yang rendah akan
cendrung lebih sulit dan lambat dalam proses pembelajaran menulis eksposisi
bahasa Inggris, hal ini dikarenakan
tingkat perhatian mahasiswa selama berada didalam kelas cendrung tidak baik dan
tidak mampu berkonsentrasi penuh selama proses pembelajaran serta memiliki
pengaruh dalam proses keefektifan proses belajar.
Dalam pembelajaran
menulis untuk mahasiswa dengan motivasi belajar yang rendah diduga lebih baik
belajar dengan teknik individual dibandingkan dengan teknik kolaboratif. Hal
ini dikarenakan, mahasiswa dengan motivasi belajar yang rendah yang belajar
dengan teknik individual banyak dibimbing oleh dosen sehingga mereka akan
dengan mudah keluar dari kesulita dalam memahami dan menerapkan materi yang
diberikan. Sedangkan mahasiswa dengan motivasi belajar yang rendah belajar
dengan teknik kolaboratif diduga kurang tepat karena dengan teknik ini
mahasiswa dituntut untuk mampu berbagi ide atau gagasan dengan teman lain.
Dengan demikian keterampilan
menulis ekposisi bahasa Inggris mahasiswa yang memiliki motivasi belajar rendah
yang belajar dengan teknik individual diduga lebih baik daripada yang belajar
dengan teknik kolaboratif.
4.
Pengaruh Interaksi antara Teknik
Pembelajaran dan Motivasi Belajar terhadap Keterampilan Menulis Eksposisi
Bahasa Inggris
Tenik pembelajar kolaboratif dan individual sama-sama
memberikan dampak yang positif bagi peningkatan keterampilan menulis khususnya
keterampilan menulis ekposisi bahasa Inggris. Teknik kolaboatif dapat membatu
kelompok mahasiswa dengan motivasi belajar yang tinggi untuk meningkatkan
keterampilannya menulis bahasa Inggris baik dengan cara berdiskusi dengan teman
ataupun dosennya. Saling berkomunikasi dapat merealisasikan interaksi positif
untuk saling membantu sesama temannya. Pembagian kelompok secara heterogen akan
memudahkan masing-masing individu untuk menjalankan tugasnya secara maksimal.
Sebaliknya teknik individu akan membatu mahasiswa dengan motivasi belajar yang
rendah dengan cara memberikan bimbingan lebih dan arahan dari dosen secara
makasimal.
Sesuai karateristik masing-masing teknik pembelajaran,
dapat diduga bahwa kedua teknik tersebut dimaksudkan akan memberikan dampak
yang berbeda terhadap keterampilan menulis eksposisi bahasa Inggris mahasiswa
yang memiliki latar belakang yang berbeda. Teknik kolaboratif akan memberikan
dampak yang lebih baik bagi keterampilan munulis eksposisi bahasa Inggris yang
memiliki latar belakang motivasi tinggi, sementara teknik individual akan
memberikan dampak yang lebih baik bagi keterampilan munulis eksposisi bahasa
Inggris yang memiliki latar belakang motivasi rendah. Dengan demikian dapat
diduga bahwa terdapat pengaruh interaksi antara teknik pembelajaran dengan
motivasi belajar bahasa Inggris terhadap keterampilan menulis eksposisi bahasa
Inggris.
D.
Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka teoretik dan kerangka berpikir yang
telah dipaparkan di atas, maka hipotesis penelitin ini adalah sebagai berikut:
1. Terdapat
perbedaan keterampilan menulis eksposisi bahasa Inggris antara mahasiswa yang
diajarkan dengan teknik kolaboratif dan yang diajarkan dengan teknik
individual. Keterampilan menulis mahasiswa yang diajakrkan dengan teknik
kolaboratif lebih baik daripada mahasiswa yang diajarkan dengan teknik
individual.
2. Bagi mahasiswa
dengan motivasi tinggi, terdapat perbedaan keterampilan menulis eksposisi
bahasa inggris antara yang diajarkan dengan teknik kolaboratif dan individual.
Keterampilan menulis eksposisi bahasa Inggris mahasiswa yang diajarkan dengan
teknik kolaboratif lebih baik daripada yang diajarkan dengan teknik individual.
3. Bagi mahasiswa
dengan motivasi rendah, terdapat perbedaan keterampilan menulis eksposisi
bahasa inggris antara yang diajarkan dengan teknik individual dan kolaboratif.
Keterampilan menulis eksposisi bahasa Inggris mahasiswa yang diajarkan dengan
teknik individual lebih baik daripada yang diajarkan dengan teknik kolaboratif.
4. Terdapat pengaruh interaksi antara teknik pembelajaran
dan motivasi belajar terhadap keterampilan menulis eksposisi bahasa Inggris
Mahasiswa.
METODOLOGI PENELITIAN
A.
Tujuan
Penelitian
Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui
pengaruh teknik pembelajaran dan motivasi belajar terhadap keterampilan menulis
eksposisi bahasa Inggris mahasiswa. Secara khusus tujuan penelitian ini untuk
memperoleh data terkait : (1) pengaruh teknik kolaboratif dan individual yang
diberikan kepada mahasiswa, (2) motivasi belajar, dan (3) keterampilan menulis
eksposisi bahasa Inggris mahasiswa semester IV Program Studi Pendidikan Bahasa
Bahasa Inggris STKIP Panca Sakti Bekasi.
Lebih rinci penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:
1. Perbedaan keterampilan menulis eksposisi bahasa Inggris
antara mahasiswa yang diajakarkan menggunakan teknik kolaboratif dan mahasiswa
yang diajarkan dengan teknik individual.
2. Perbedaan keterampilan menulis eksposisi bahasa Inggris
yang memiliki motivasi tinggi yang diajakarkan dengan teknik kolaboratif dan
yang diajarkan dengan teknik individual.
3. Perbedaan keterampilan menulis eksposisi bahasa Inggris
antara mahasiswa yang memiliki motivasi rendah yang diajarkan dengan teknik
kolaboratif dan yang diajarkan dengan teknik individual.
4. Interaksi antara teknik pembelajaran dan motivasi
terhadap keterampilan menulis eksposisi bahasa Inggris mahasiswa.
B.
Tempat
dan Waktu Penelitian
Penlitian ini akan dilaksanakan pada mahasiswa semester
IV di Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris STKIP Panca Sakti Bekasi.
Pelaksanaan penelitian akan dimulai dari uji coba
instrumen untuk menguji kelayakan alat ukur yang akan dipergunakan yaitu
instrumen motivasi dan instrumen keterampilan menulis eksposisi bahasa Inggris.
C.
Metodologi
Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode eksperimen dengan rancangan faktorial 2 x 2. Pola rancangan
faktorial 2 x 2 tampak pada tabel dibawah ini.
Tabel 3.1
Rancangan Eksperimen Faktorial 2 x 2
|
Teknik
Pembelajaran
|
|||
TK
|
TI
|
|||
Motivasi
|
MT
|
MR
|
MT
|
MR
|
Keterangan
:
TK : Teknik Kolaboratif
TI : Teknik Individual
MT : Motivasi Tinggi
MR : Motivasi Rendah
Sesuai dengan jumlah variabel bebas, yaitu (1) teknik
pembelajaran yang terdiri atas teknik kolaboratif dan teknik individual dan (2)
Motivasi yang terdiri motivasi tinggi dan motivasi rendah, model konstelasi
masalahnya dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.2
Model Konstelasi Masalah
Variabel
Perlakuan
Variabel Atribut
|
Teknik Pembelajaran
A
|
||
Kolaboratif
A1
|
Individual
A2
|
||
Motivasi Belajar Bahasa Inggris
B
|
Tinggi
B1
|
A1 B1
|
A2 B1
|
Rendah
B2
|
A1 B2
|
A2 B2
|
Keterangan
:
A1 : Kelompok
mahasiswa yang diajarkan dengan teknik kolaboratif
A2 : Kelompok
mahasiswa yang diajarkan dengan teknik individual
B1 : Kelompok
mahasiswa dengan motivasi tinggi
B2 : Kelompok
mahasiswa dengan motivasi rendah
D.
Populasi
dan Sample Penelitian
1.
Populasi
Populasi merupakan objek, orang , atau peristiwa yang
tergabung dalam satu kelompok variabel.[48]
Dalam penelitian ini jumlah populasi yang akan diteliti adalah seluruh mahasiswa
semester IV tahun akademik 2016-2017 di Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris
STKIP Panca Sakti Bekasi.
2.
Sampel
Sampel merupakan bagaian dari populasi.[49]
Pengambilan sampel akan dilakukan dengan teknik multi stage random sampling,
yakni memilih acak beberapa sampel penelitian dari total jumlah populasi kemudian
membagi menjadi dua kelas. Dari dua kelas tersebut dipilih dengan teknik acak
untuk kelas teknik Kolaboratif dan kelas Individual.
E.
Rancangan Perlakuan
1.
Pelaksanaan Perlakuan
Dalam pelaksanaan penelitian ini ada dua kelompok, yaitu
kelompok A1 merupakan kelompok mahasiswa yang diajarkan dengan
teknik kolaboratif dan kelompok A2 merupakan kelompok mahasiswa yang
diajarkan dengan teknik individual. Perlakuan pada kedua kelas tersebut dilaksanakan
oleh dosen mata kuliah menulis.
Baik kelompok A1
maupun kelompok A2 terlebih dahulu dilihat
faktor-faktor kesamaanya, terutama hal-hal yang mempengaruhi perlakuan dalam
proses pembelajaran, seperti suasana kelas, fasilitas, dan kualitas dosen yang
mengajar. Hal ini dimaksudkan agak kedua kelompok tersebut mempunyai
karateristik yang sama, kecuali teknik pembelajaran yang digunakannya. Untuk
lebih jelas akan dideskripsikan sebagai berikut ini.
1) Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dari kedua kelas
(eksperimen dan kontrol) ini agar mahasiswa terampil menulis eksposisi bahasa
Inggris.
2) Mahasiswa
Mahasiswa yang menjadi subjek penelitian ini adalah
mahasiswa semester IV. Mahasiswa tersebut diperkirakan memiliki kemampuan dan
pengetahuan yang rata-rata sama terhadap mata kuliah menulis.
3) Situasi dan kondisi
Situasi dan kondisi belajar untuk pelaksanaan eksperimen
ini diasumsikan sama baik terkait dengan waktu maupun lingkungan tempat dimana
mahasiswa belajar.
4) Teknik Pembelajaran
Teknik pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini
yaitu kolaboratif dan individual. Kedua teknik ini berbeda, dalam teknik
kolaboratif perkuliahan dimulai dengan penjelasan pengajar mengenai tujuan
pembelajaran, agar mahasiswa termotivasi untuk belajar. Tahap selanjutya
diikuti dengan pemberian informasi baik dengan menggunakan teks ataupun secara
verbal. Selanjutnya membentuk kelompok belajar. Pengajar menuntun dan mengawasi
kelompok belajar tersebut agar tercipta kerja sama yang baik. kemudian dilanjutkan
dengan pemberian tugas atau materi bagi semua kelompok. Terakhir, masing-masing
kelompok memperentasikan hasil tugas yang sudah diberikan sebelumnya.
Dalam pembelajaran menulis dengan teknik individual
perkuliahan diawali dengan pertemuan secara klasikal untuk memberi informasi
tentang tujuan dan tugas yang akan dikerjakan, kemudian setiap mahasiswa diberi
kesempatan untuk belajar dan mengerjakan latihan secara individual, pada saat
mahasiswa mengerjakan latihan secara individu, dosen memberi kesempatan kepada
mahasiswa yang membutuhkan arahan dan bimbingan. Setelah mahasiswa selesai
mengerjakan tugas yang sudah diberikan, pelajaran diakhiri kembali sama seperti
pertuam awal secara klasikal.
2. Prosedur Perlakuan
Prosedur perlakuan penelitian akan dilakukan melalui tiga
tahapan, yaitu (1) tahapan persiapan, (2) tahapan pelaksanaan dan (3) tahapan
akhir pelaksanaan perlakuan. Ketiga tahapan tersebut akan diterapkan satu
persatu dalam kelas eksperimen atau kontrol.
F.
Kontrol Validitas Internal dan Eksternal
Validitas instrumen dikaji dalam dua bagian, yaitu
internal dan eksternal. Pengontrolan validitas internal perlu dilakukan agar
hasil yang diperoleh benar-benar akibat dari suatu perlakuan yang diberikan
terhadap kelas eksperimen. Oleh sebab itu, perlu memperhatikan unsur-unsur yang
dapat mempengaruhi hasil eksperimen diantaranya adalah:
1. Pengaruh historis, dilakukan dengan cara mencegah
munculnya kejadian khusus yang dapat mempengaruhi pelaksanaan perlakuan dengan
menggunakan waktu sesuai dengan rencana.
2. Pengaruh kematangan, pengaruh ini dapat dikontrol dengan
cara melaksanakan perlakuan dalam rentang waktu yang tidak terlalu lama dan
tidak pula terlalu singkat, serta penyajian materi diberikan secara bervariasi.
3. Pengaruh materi perlakuaan dapat dikontrol dengan tidak
mengadakan perubahan-perubahan pada instrumen yang digunakan.
4. Pengaruh kehilangan peserta eksperimen telah dikontrol
dengan cara mengadakan pencatatan terhadap mahasiswa pada setiap pertemuan
sejak awal hingga eksperimen.
5. Pengaruh regresi statistik dilakukan dengan membagi rata
kedua kelompok ekstrim dalam kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
Validitas eksternal berkenaan dengan sejauhmana hasil
penelitian dapa digeneralisasikan dari dunia eksperimen ke dunia nyata. Ada
empat hal yang dapat mengganggu validitas eksternal, yaitu efek Hawthorne,
prauji dan bias seleksi.
1. Efek Hawthorne, efek ini dapat dihindari dengan cara
tidak memberitahukan proses penelitian kepada mahasiswa dan jadwal pertemuannya
dibuat berbeda harinya di antara kelas yang satu dengan kelas yang lain.
2. Pra uji, tidak dilakukan pada kelompok eksperimen maupun
kontrol karena dapat menyebabkan reaksi seprti sikap defensif, teguh terhadap
sikap yang diyakini dan berkurangnya perhatian.
3. Bias seleksi, dihindari dengan cara mengambil sampel
sesuai dengan karateristik populasi penelitian dan diambil secara acak.
Kemudian menetukan perlakuan terhadap kelas eksperimen dibagi da secara acak.
Satu kelas dijadikan sebagai objek eksperimen, belejar dengan teknik
kolaboratif,sedangkan satu kelas yang lain dijadikan kelas kontrol yang belajar
dengan teknik individual.
Pengukuran keterampilan menulis eksposisi bahasa inggris
mahasiswa dilakukan dengan jalan memberikan tes. Tes akhir diberikan kepada mahasiswa
pada saat penyelesaian tugas akhir, dengan tujuan untuk; (1) mengetahui ada
tidaknya perbedaan pengaruh perlakuan yang diberikan, (2) mengetahui kelompok
eksperimen mana yang memberikan hasil keterampilan menulis eksposisi yang lebih
tinggi dibanding dengan kelompok lain dalam eksperimen ini.
G.
Teknik Pengumpulan Data
Sesuai dengan
masalah dan tujuan penelitian, data penelitian yang diperlukan dalam penelitian
ini mencakup data tentang motivasi mahasiswa
dan data mengenai keterampilan menulis eksposisi dalam bahasa Inggris. Untuk
dapat menjaring dan mengumpulkan data-data tersebut dibutuhkan instrumen khusus
yang tergantung dalam bentuk variabelnya. Bentuk instrumen yang digunakan untuk
menjaring dan mendapatkan data dalam motivasi
mahasiswa melalui kuesioner atau skala, dan bentuk
instrument yang digunakan untuk keterampilan menulis eksposisi (Y) melalui tes
tertulis atau esai.
H.
Teknik Analisis Data
Sebelum melakukan analisis data, terlebih dahulu akan
dilakukan uji persyaratan analisis dengan melakukan uji normalitas dan uji
homogenitas. Setelah memenuhi kedua persyaratan tersebut, data penelitian
dianalisis dengan analisis varians dua jalan (ANAVA) pada taraf signifikan α =
0,05.
I.
Hipotesis Statistika
Untuk menguji hipotesis statistikanya, dirumuskan
hipotesisnya sebagai berikut:
1. H0 : μ A1 = μ A2
H1 : μ A1
> μ A2
2. H0 : μ A1B1 = μ A2
B1
H1 : μ A1B1
> μ A2 B1
3. H0 : μ A1B2 = μ A2
B2
H1 : μ A1B2
> μ A2 B2
4. H0 : Interaksi A X B = 0
H1 : Interaksi A X B ≠ 0
Keterangan:
μ A1 = rerata skor keterampilan menulis
mahasiswa yang dibelajarkan dengan teknik kolaboratif
μ A2 = rerata skor keterampilan menulis
mahasiswa yang dibelajarkan dengan teknik individual
μ B1 = rerata skor keterampilan menulis
mahasiswa yang dibelajarkan dengan teknik kolaboratif pada kelompok mahasiswa
yang memiliki motivasi tinggi
μ B2 = rerata skor keterampilan menulis
mahasiswa yang dibelajarkan dengan teknik individual pada kelompok mahasiswa
yang memiliki motivasi rendah
DAFTAR PUSTAKA
Abdul
Khak, “Tradisi Menulis Lebih Rendah daripada Minat Baca”; http://edukasi.kompas.com/read/2011/11/23/10491011/Tradisi.Menulis.Lebih.Rendah.daripada.Minat.Baca (diakses
10 Oktober 2014, pukul 13.45 WIB).
Berry, Thomas E. The Craft of Writing. America: McGraw-Hill, 1974.
Brown, H. Douglas. Principles
of LanguageLearning and Teaching. New Jersey: Prentice Hall, Englewood
Cliff, 1987
Brown, H.
Douglas. Teaching by Principle: An
Interactive Approch to language pedagogy second edition. San Franciso:
Longman, 2000.
Charles, C. M., Individual Instruction. Toronito: Mosiby Company, 1980
Duigu,
Gabi. Essay Writing for English Test.
Australia: Academic English Press, 2003.
E. M, Anthony. Approch,
Method, and Teaching English LanguageTeaching
New
York: Tata McGraw – Hill Publissing Company Ltd.., 1985
Emilia, Emi. Introducing
Functional Grammar. Bandung: Pustaka Jaya, 2014.
Enny
Sudarmonowati, “Kemampuan Menulis Banyak Peneliti Masih Rendah”; http://sains.kompas.com/read/2012/12/14/18395764/Kemampuan.
Menulis.Banyak.Peneliti.Masih.Lemah (diakses
16 Oktober 2014, pukul 14.00 WIB).
Finoza, Lamuddin.
Komposisi Bahasa Indonesia untuk
Mahasiswa Nonjurusan Bahasa. Jakarta: Diksi Insan Mulia, 2010.
Groth,
Cheryl, et. al. English for Academic
Purposes: Essay Writing. Yogyakarta: Andi, 2013.
Harmer, Jeremy.
The Practice of English Language
Teaching: Fourth Edition. Longman: London, 1991.
Harmer, Jeremy. How
to Teach Writing. England: Longman, 2004.
Hasibuan, dkk., Proses Belajar Mengajar. Bandung: CV. Remaja Karya. 1998
Heaton, J. B., Writing English Language Test. New York: Longman, 1985
Heffernan,
James A. W. dan Lincon, Jhon E. Writing a
College Handbook Second Edition. America: Company Inc, 1986.
Hennessy,
Brendan. Writing Feature Articles:A
Practical Guide to Methods and Market Third
Edition. Oxford: Focal Press, 1997.
Hudson,
Suzanne. et. al., The Art of Writing
about Art. London: Thomson Learning, Inc., 2002.
Hogue,
Anna. First Steps in Academic Writing.
San Franciso: Longman, 1996.
Johnson, D. and Johnson, R. T., Learning Together and Alone. Englewwod
Cliffs, N. J:
Prentice Hall, 1987
Jordan,
R.R., Academic Writing Course.
England: Longman, 2003.
Linse,
Carolen T. dan Nunan, David. Practicel
English Language Teaching: Young Learners. New York: McGraw-Hill, 2005.
Marahimin, Ismail. Menulis
Secara Populer. Jakarta: Pustaka Jaya, 2010.
McKay, Sandra Lee dan Homberger, Nancy H. Sociolinguistics and Language Teaching.
Cambridge: Cambridge University Press, 1996
Nunan, David. Colaborative
Language Learning and Teaching. Cambridge: Language Teaching Library, 1989
Nurgiyantoro,
Burhan. Penilaian Pembelajaran Bahasa
Berbasis Kompetensi. Yogyakarta: BPFE, 2010.
Richard, I. Arends. Learning
To Teach. McGraw-Hill Companies: Singapore, 1998
Russefendi. Pengantar
Kepada Pengembangan Kompetensi Guru. Jakarta: Tarsito, 1989
Stanley, Linda et. al. Ways to Writing. America: Macmillan, 1988.
Surakhmad, Winarno. Metodologi
Pengajaran Nasional. Bandung: Jemars, 1991
Syah,
Muhibbin. Psikologi Pendidikan dengan
Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008.
Tarigan,
Henry G. Menulis sebagai suatu
Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa, 2008.
Webometrics,
Parameter Scholar; http://edukasi.kompasiana.com/2012/02/05/publikasi-karya-ilmiah-perguruan-tinggi-indonesia-jauh-di-bawah-malaysia-436451.html (diakses
16 Oktober 2014, pukul 14.30 WIB).
[1] Webometrics, Parameter Scholar, http://edukasi.kompasiana.com/2012/02/05/publikasi-karya-ilmiah-perguruan-tinggi-indonesia-jauh-di-bawah-malaysia-436451.html (diakses 16 Oktober 2014,
pukul 14.30 WIB).
Menulis.Banyak.Peneliti.Masih.Lemah
(diakses 16 Oktober 2014, pukul 14.00 WIB).
Lebih.Rendah.daripada.Minat.Baca (diakses
10 Oktober 2014, pukul 13.45 WIB).
[4] Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008), h. 119.
[6] Jeremy Harmer, The Practice of English Language Teaching: Fourth Edition (Longman:
London, 1991), h. 265.
[7] Henry G. Tarigan, Menulis sebagai suatu Keterampilan Berbahasa (Bandung: Angkasa,
2008), h. 3.
[8] Cheryl Groth, et. al., English for Academic Purposes: Essay Writing (Yogyakarta: Andi,
2013), h. 1.
[9] Ibid.,
h. 1.
[10] Carolen T. Linse dan David Nunan, Practicel English Language Teaching: Young
Learners (New York: McGraw-Hill, 2005), h. 98
[11] H. Douglas Brown, Teaching by Principle: An Interactive Approch to Language Pedagogy
Second Edition (San Franciso: Longman, 2000), h. 337.
[12] Cheryl Groth, et. al., English for Academic Purposes: Essay Writing
(Yogyakarta: Andi, 2013), h. 1.
[13] Emi Emilia, Introducing Functional Grammar (Bandung: Pustaka Jaya, 2014), h.
284.
[14] Jeremy Harmer, How to Teach Writing (England: Longman, 2004), h. 5.
[15] Brendan Hennessy, Writing Feature Articles:A Practical Guide to Methods and Market Third Edition (Oxford: Focal Press,
1997), h. 186.
[16] Henry Guntur Tarigan, Menulis sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa (Bandung: Angkasa,
2008), h. 7.
[17] Ibid.,
h. 27.
[18] Lamuddin Finoza, Komposisi Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa Nonjurusan Bahasa
(Jakarta: Diksi Insan Mulia, 2010), h. 246
[19] James A. W. Heffernan dan Jhon E. Lincon, Writing A College Handbook Second Edition
(America: Company Inc., 1986), h. 89.
[20] Lamuddin Finoza, op. cit., h. 246
[21] Suzanne Hudson, et. al., The Art of Writing about Art (London: Thomson Learning, Inc.,
2002), h. 3
[23] Linda Stanley et. al., Ways to Writing (America: Macmillan, 1988), h. 147.
[24] Ismail Marahimin, Menulis Secara Populer (Jakarta: Pustaka Jaya, 2010), h. 193.
[25] Ibid.,
h. 193.
[27] Ismail Marahimin, Menulis Secara Populer (Jakarta: Pustaka Jaya, 2010), h. 195.
[31] Burhan Nurgiyantoro, Penilaian Pembelajaran Bahasa Berbasis Kompetensi (Yogyakarta:
BPFE, 2010), h. 439.
[32] J. B. Heaton, Writing English Language Test (New York: Longman, 1985), h.146.
[34] Anthony, E. M, Approch,
Method, and Teaching English LanguageTeaching, (New York: Tata McGraw –
Hill Publissing Company Ltd.., 1985), hlm. 93.
[35] H. Douglas Brown, Principles
of LanguageLearning and Teaching, (New Jersey: Prentice Hall, Englewood
Cliff, 1987), hlm. 7.
Teaching
Library, 1989), hlm. 101.
314.
Prentice Hall,
1987), hlm. 2.
1989), hlm.
249.
(Cambridge:
Cambridge University Press, 1996), hlm. 7.
[46] Iwan Dudy Gunawan, Pengajaran
Menulis Kolaboratif di kelas EFL :
Studi Kualitatif di Jurusan Bahasa Inggris Universitas Pasundan Bandung
(Bandung: Cv. Andira, 2003), hlm. 78
[47] David W. Jhonson dan Roger T. Jhonson, Effect of co-operative and individual
learning experinces on interethic interation, Journal of Educational
Psychology, vol 73, 1999, hlm. 454.
[48] George A. Perguson, Statistical Analysis in Psychology an
Education (New York: McGraw-Hill Book Company, 1981), hlm. 142
Tidak ada komentar:
Posting Komentar