Sabtu, 06 Agustus 2016

PENGARUH TEKNIK PEMBELAJARAN DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP KETERAMPILAN MENULIS EKSPOSISI BAHASA INGGRIS

BAB I
PENDAHULUAN


A.   Latar Belakang Masalah
Di era modern ini Bahasa memiliki peran dan kedudukan penting sebagai bagian dari kehidupan manusia yang digunakan dalam bidang apapun, khususnya dalam bidang pendidikan. Bahasa selalu dipakai manusia sebagai alat untuk berkomunikasi. Di negara kita Indonesia ini memiliki beragam bahasa, baik dari suku maupun dari daerah. Oleh karena itu, Bahasa Indonesia memiliki fungsi sebagai alat untuk berkomunikasi mempersatukan bangsa. Begitu juga ketika bahasa digunakan sebagai bahasa pemersatu antarnegara dimana disetiap negara memiliki bahasa yang berbeda, sehingga ditentukanlah bahwa bahasa Inggris sebagai bahasa Internasional yang digunakan seluruh negara didunia.
1
Proses pemerolehan suatu bahasa tidak lahir begitu saja, namun ada tahapan-tahapan yang harus dilalui oleh setiap manusia khusunya mereka yang ingin menguasai bahasa kedua. Dimana dalam mempelajari bahasa baik itu bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris ada empat komponen keterampilan bahasa yang harus dikuasai, yaitu: 1) keterampilan menyimak (listening skills); 2) keterampilan berbicara (speaking skills); 3) keterampilan membaca (reading skills); 4) keretampilan menulis (writing skills). Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif. Dalam kegiatan menulis, penulis haruslah terampil memanfaatkan grafologi, struktur bahasa, dan kosa kata. Keterampilan menulis ini tidak akan datang secara otomatis, tetapi harus melalui latihan dan praktik yang banyak dan teratur.
Keterampilan  menulis  sangat  diperlukan  khususnya  dalam  proses  belajar mengajar, karena pelajar  yang  berada  di  bangku  pendidikan  pastinya mendapatkan pembelajaran  menulis  yang diajarkan  pada  semua  jenjang pendidikan,  mulai  dari  Sekolah  Dasar  (SD)  sampai  ke  Perguruan  Tinggi.  Hal tersebut  membuktikan  bahwa  keterampilan menulis merupakan keterampilan yang penting untuk dikuasai dalam proses belajar bahasa. Pada  proses  pelaksanaan  wajib  belajar,  menulis  menjadi  satu  dari  empat  aspek keterampilan  berbahasa  yang  harus  dimiliki  oleh  pelajar.  Kemampuan menulis dapat dimiliki pelajar setelah terlebih dahulu menguasai tiga aspek keterampilan bahasa lainnya.  Salah satu  materi  pelajaran  menulis  yang  harus  dipelajari  dalam  proses  wajib  belajar adalah menulis karangan eksposisi.
Dalam faktanya keterampilan menulis menjadi terabaikan karena  kurangnya  minat  pelajar  terhadap pelajaran menulis, sehingga hanya sedikit pelajar yang dapat menghasilkan suatu bentuk tulisan yang baik.  Hal ini bisa dilihat dari  Parameter Scholar (Sc) dalam Webometrics, yaitu jumlah publikasi elektronik baik berupa jurnal, academic report dan academic item dari suatu website universitas dan terindeks oleh scholar.google.com. Ternyata untuk Parameter Scholar, tidak satupun perguruan tinggi di Indonesia yang masuk 500 besar dunia, dan hanya tiga yang masuk 1.000 besar dunia, yaitu Universitas Gajah Mada menempati peringkat 591 dunia, Universitas Indonesia (663), dan Institut Teknologi Bandung (689).[1] Ini membuktikan bahwa tingkat kemampuan menulis kita masih lemah, dimana hal ini bisa dilihat dari segi pempublikasian dan isi dari karya ilmiah yang masih rendah dibanding dengan negara lain.
Menurut Enny Sudarmonowati, selaku Kepala Pusat Pembinaan, Pendidikan dan Pelatihan Peneliti LIPI dalam Workshop "Increase Acceptance in Refereed International Scientific Journal", menyatakan bahwa kemampuan pelajar atau peneliti itu lemah dalam menulis karena belum terbiasa, kurang latihan dan seringkali merasa tidak berbakat menulis. Hal lain yang menjadi sebab kelemahan dalam analisis dan kesimpulan adalah kurangnya membaca sehingga kurang referensi.[2]  Dalam membuat suatu bentuk tulisan, penulis harus memiliki kemampuan dalam menganalisis dan membuat suatu bentul kesimpulan yang baik dari karya tulisanya. Karena dengan proses analisis dan bentuk kesimpulan yang baik akan memberikan nilai tambah hasil karya tulis yang dibuat oleh penulis. Untuk dapat menjadi seorang penulis yang baik dalam hal membuat analisis suatu kajian dan pembuatan kesimpulan tidaklah semudah yang dibayangkan, perlu adanya proses latihan secara teratur, rasa percaya diri bahwa kita mampu membuat suatu bentuk karya tulis yang baik dan  memiliki nilai tambah bagi pembacanya, serta keinginan untuk banyak membaca buku-buku karena itu akan menjadi dasar pengetahuan kita sebagai penulis dalam menganalisis tentang suatu kajian dan membuat satu bentuk kesimpulan dari hasil analisis kita.
Hal ini juga didukung oleh pernyataan dari Kepala Balai Bahasa Bandung  Abdul Khak yang mengatakan, tradisi menulis di Indonesia jauh lebih rendah dibandingkan dengan tradisi membaca, terlebih di kalangan generasi muda.[3] Sebagai generasi muda, pelajar menganggap bahwa kegiatan menulis itu adalah sebuah kegiatan yang sulit untuk dilakukan sehingga dengan persepsi tersebut mereka tidak mampu menuangkan gagasan dan ide mereka dalam bentuk tulisan. Fenomena yang terjadi  di  lapangan  itu  memperkuat  anggapan  bahwa  kegiatan  menulis  sebagai kegiatan yang sulit dan sering diabaikan pelajar. Dalam proses pembelajaran, aspek menulis memiliki peran yang utama.  Menulis merupakan kegiatan ekspresif dan produktif yang akan dilibatkan dalam berbagai aktifitas pembelajaran.
Berdasarkan observasi dan pengamatan yang dilakukan penulis pada mahasiswa program studi bahasa Inggris pada semester IV masih belum maksimal dalam menuangkan gagasan ataupun pikiran dalam bentuk tulisan. Pada tulisan mahasiswa masih banyak ditemukan kesalahan dalam penggunakan tata bahasa, pemilihan diksi, penyusunan gagasan yang tidak logis  dan tidak tepat. Selain itu, tampaknya motivasi menulis mahasiswa itu sendiri masih sangat kurang sehingga menyebabkan mereka kurang banyak berlatih menulis. Kurangnya motivasi mahasiswa dalam menulis, salah satunya disebabkan oleh pemilihan teknik pembelajaran yang kurang tepat. Dalam memilih teknik pembelajaran sebagaiknya dosen mempertimbagkan banyak hal, diantaranya melihat seberapa tinggi tingkat motivasi mahasiswanya. Dengan cara ini dosen bisa menerapakan tenik pembelajaran yang bisa lebih efektif dalam proses pembelajaran menulis, khususnya dalam menulis eksposisi bahasa Inggris.
Berdasarkan dari permasalahan tersebut penulis tertarik untuk mengadakan sebuah penelitian terkait tentang “Pengaruh Teknik Pembelajaran dan Motivasi Belajar Terhadap Keterampilan Menulis Eksposisi Bahasa Inggris pada Mahasiswa semester IV STKIP Panca Sakti Bekasi.”
B.   Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut:
1.    Mengapa keterampilan menulis bahasa Inggris mahasiswa STKIP Panca Sakti Bekasi cendrung rendah?
2.    Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan keterampilan menulis bahasa Inggris rendah?
3.    Dapatkah keterampilan yang rendah tersebut dapat ditingkatkan?
4.    Apakah teknik pembelajaran yang digunakan oleh dosen berpengaruh pada keterampilan menulis bahasa Inggris?
5.    Apakah kekurang mampuan mahasiswa dalam menulis bahasa Inggris disebabkan oleh materi yang kurang menarik?
6.    Apakah dengan memperhitungkan faktor seperti motivasi belajar dan teknik pembelajar, keterampilan menulis bahasa Inggris akan meningkat?
7.    Teknik pembelajaran apa yang akan meningkatkan keterampilan menulis bahasa Inggris mahasiswa?
8.    Jika teknik pembalajaran dan motivasi belajar berpengaruh, seberapa besarkah sumbangan kedua faktor tersebut terhadap keterampilan menulis eksposisi bahasa Inggris?



C.   Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah tersebut, peneliti membatasi masalah pada pengaruh teknik pembalajaran dan motivasi belajar terhadap keterampilan menulis eksposisi bahasa Inggris.
Teknik pembelajaran yang dipilih untuk mengajarkan bahasa ajar menulis adalah teknik kolaboratif dan individual. Pertimbangan milih teknik kolaboratif, karena mahasiswa dapat elajar aktif secara kelompok sehingga sangat sesuai untuk mengajarkan menulis, sedangkan teknik individual konsepnya berbeda dengan teknik kolaboratif, karena teknik individual memiliki ciri utama mahasiswa belajar secara sendiri-sendiri sesuai dengan kecakapan dan kecepatannya masing-masing. Dalam penelitian ini teknik kolaboratif dilaksanakan di kelas eksperimen, sedangkan teknik individual dilaksanakan di kelas kontrol.
Selain teknik pembelajaran, fakot motivasi belajar diduga juga akan berpengaruh terhadap keterampilan menulis. Sehingga penelitin ini hanya membatasi masalah pada pengaruh teknik pembelajaran kolaboratif dan individual yang mempertimbangkan faktor motivasi belajar terhadap keterampilan menulis eksposisi bahasa Inggris mahasiswa semester IV Program Studi Bahasa Inggris STKIP Panca Sakti Bekasi.


D.   Rumusan Masalah
Berdasarkan dari identifikasi masalah dan pembatasan masalah, maka penelitian ini dapat dirumuskan masalahnya sebagai berikut:
1.    Apakah terdapat perbedaan keterampilan menulis eksposisi bahasa Inggris antara mahasiswa yang diajarkan dengan teknik kolaboratif dan yang diajarkan dengan teknik individual pada mahasiswa semester IV Program Studi Bahasa Inggris STKIP Panca Sakti Bekasi?
2.    Bagi mahasiswa dengan motivasi tinggi, terdapat perbedaan keterampilan menulis eksposisi bahasa inggris antara yang diajarkan dengan teknik kolaboratif dan individual mahasiswa semester IV Program Studi Bahasa Inggris STKIP Panca Sakti Bekasi?
3.    Bagi mahasiswa dengan motivasi rendah, terdapat perbedaan keterampilan menulis eksposisi bahasa inggris antara yang diajarkan dengan teknik individual dan kolaboratif mahasiswa semester IV Program Studi Bahasa Inggris STKIP Panca Sakti Bekasi?
4.     Terdapat pengaruh interaksi antara teknik pembelajaran dan motivasi belajar  terhadap keterampilan menulis eksposisi bahasa Inggris mahasiswa semester IV Program Studi Bahasa Inggris STKIP Panca Sakti Bekasi?



E.   Kegunaan Hasil Penelitian   
            Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi tenaga pengajar mata kuliah menulis bahasa Inggris, khususnya menulis dengan menggunakan teknik kolaboratif dan teknik individual. Hasil penelitian ini diharapkan selain juga dapat bermanfaat dalam pengajaran menulis juga diharapkan dapat dibandingkan dengan teknik pembelajaran yang selama ini digunakan sehingga para pengajar dapat memilih teknik pembelajaran yang tepat digunakan dalam mengajarkan menulis bahasa Inggris. Dengan pemilihan teknik pembelajaran yang tepat sesuai dengan motivasi belajar mahasiswa diharapkan mahasiswa dapat merasa senang dengan mata kuliah menulis. Sehingga keterampilan menulis bahasa Inggris tersebut dapat menunjang keberhasilan dalam belajarnya serta menjadikan bekal keahlian untuk mahasiswa untuk hidup dimasyarakat kelak.









BAB II
KAJIAN TEORETIK


A.   Deskripsi Konseptual
1.    Keterampilan Menulis Eksposisi Bahasa Inggris

a.    Pengertian Keterampilan Menulis

Keterampilan dapat di definisikan sebagai kegiatan yang berhubungan dengan urat-urat syaraf dan otot-otot (neuromuscular) yang lazimnya tampak dalam kegiatan jasmaniah seperti menulis, mengetik, olahraga, dan sebaginya.[4] Keterampilan dapat diartikan sebagai bakat. Bakat tersebut bisa merupakan keterampilan mekanik (misalnya mengoperasikan suatu perangkat) atau keterampilan verbal (misalnya dalam hal berkomunikasi). Dalam hubungannya dengan bahasa, keterampilan mencakup penggunaan pengetahuan dan pemahaman bahasa untuk melakukan tugas yang berhubungan dengan bahasa.
Dalam kajian psikologi pendidikan, Keterampilan di definisikan sebagai kemampuan melakukan pola-pola tingkah laku yang kompleks dan tersusun rapi secara mulus dan sesuai dengan keadaan untuk mencapai hasil tertentu.[5] Keterampilan itu memerlukan gerak motorik atau pola-pola tingkah laku yang memerlukan koordinasi gerak yang teliti dan kesadaran yang tinggi, sehingga ketika seseorang melakukan gerakan motorik dengan koordinasi dan kesadaran yang rendah dinggap kurang atau tidak terampil untuk mencapai hasil dari tujuan yang ingin dicapainya.
Terdapat empat keterampilan dalam menggunakan bahasa yang meliputi menyimak, membaca, berbicara, dan menulis. Ukuran dari pembedaan masing-masing keterampilan adalah mekanisme kognitif yang berbeda yaitu produk dan reseptif. Keterampilan produktif adalah berbicara dan menulis karena menyangkut produk bahasa, sedangkan keterampilan reseptif adalah membaca dan menyimak karena menyangkut penerima pesan.[6] Istilah keterampilan tersebut dihubungkan dengan metode pengajaran di kelas.
Berdasarkan uraian singkat di atas, dapat disimpulkan bahwa keterampilan adalah kemampuan, pengetahuan, atau pemahaman seseorang yang dipakai untuk menggunakan suatu bahasa baik secara produktif meliputi proses berbicara dan menulis, reseptif meliputi membaca dan menyimak secara baik dan benar sesuai dengan bahasa yang digunakan.
Sedangkan keterampilan menulis merupakan kegiatan untuk menghasilkan sebuah karya, yang terbentuk dari rangkaian kata sehingga menjadi sebuah karya tulisan. Selain menulis sebagai keterampilan untuk menghasilkan sebuah karya tulis, menulis juga dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi. Seperti yang diungkapkan Tarigan bahwa keterampilan menulis adalah suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain.[7] Proses komunikasi terjadi dengan cara menuangkan kata-kata dalam bentuk tulisan, yang dapat menyampikan suatu pesan kepada pembaca. Menulis juga tergolong keterampilan yang produktif karena menulis merupakan salah satu keterampilan yang menghasilkan buah pikiran dan perasaan yang disampaikan pada orang lain dalam bentuk karya tulis.
Groth mendefinisikan keterampilan menulis sebagai proses untuk mengungkapkan ide-ide atau pikiran, dalam rangkaian kata-kata yang harus dilakukan dalam waktu luang. [8] Artinya dalam pengungkapan ide-ide atau gagasan seorang penulis membutuhkan banyak waktu lebih untuk dapat merangkainya dalam bentuk tulisan. Selain itu penulis juga harus memiliki pengetahuan yang luas, kerena menulis bisa sangat menyenangkan sepanjang kita memiliki ide-ide dan dapat merealisasika maksud dari tulisan tersebut. [9]
Menulis adalah kombinasi dari proses dan produk. Proses mengacu pada tindakan mengumpulkan ide dan mulai mengerjakanya sampai tulisan disajikan dengan cara menarik dan dipahami pembaca.[10] Ini menandakan bahwa keterampilan menulis adalah sebuah aktivitas dimana setiap orang dapat mengungkapkan ide-ide mereka kedalam bentuk paragraf, dan itu harus dirangkai dengan jelas dengan tujuan pembaca dapat menangkap maksud dari tulisan tersebut. Hal ini juga didukung oleh pendapat dari Brown yang menyatakan bahwa menulis adalah cara untuk mengakhiri pemikirkan tentang sesuatu yang anda tidak bisa memulai untuk berpikir. Menulis dalam kenyataanya adalah sebuah transaksi dengan kata-kata dimana anda dapat membebaskan diri dari apa yang saat ini anda berpikir, rasakan, dan persepsikan.[11]
Berdasarkan dari teori di atas, kita dapat memahami bahwa keterampilan menulis merupakan suatu kegiatan berbahasa aktif dan produktif yang melibatkan kemampuan berpikir untuk mengungkapkan gagasan, buah pikiran, dan perasaan melalui bahasa tulis kepada orang lain atau pembaca. Keterampilan menulis tidak muncul begitu saja, perlu adanya latihan dan praktik secara berkesinambungan untuk dapat mempergunakannya baik dalam bentuk catatan, laporan dan maksud serta tujuan yang ingin disampaikan dalam bentuk tulisan.
Kegiatan menulis memiliki beberapa prinsip dasar yang harus diketahui dan dipahami oleh seorang penulis, karena dengan pengetahuan dan pemahaman yang baik yang dimiliki penulis akan mempermudah dalam membuat dan mengembangankan suatu bentuk tulisan. Ada tiga prinsip dasar menulis yang diungkapkan oleh Groth, khususnya dalam kegiatan menulis akademik yang terdiri dari  isi, daftar, dan pelangaran.
There are three basic principles in academic writing, namely, content, register, and offences. Referring to content, it should be made clear, specific, and relevant. The register should be formal, to the point, and concise. On the other hand, academic writing should be free from offences and, in most cases, should avoid sensitive issues.[12]

Tiga prinsip dasar dalam menulis di atas perlu dipahami bagi seorang penulis, terkhusus bagi penulis yang akan membuat bentuk karya tulis akademis. Dengan mengetahui tiga konsep tentang menulis di atas yang terdiri dari isi karangan tulisan harus dibuat dengan analisis kajian yang jelas, spesifik dan berhubungan sesuai dengan kajian penulis. Bentuk tulisan harus to the point terhadap kajian yang dianalisisnya, serta bentuk tulisan harus bersifat netral tanpa dipengaruhi oleh pemikiran-pemikiran lain.
Keterampilan menulis juga menuntut seseorang untuk menggunakan pola-pola bahasa secara tertulis untuk mengungkapkan suatu gagasan atau pesan. Keterampilan menulis mencakup berbagai keterampilan, misalnya keterampilan memahami apa yang akan dikomunikasikan, keterampilan menggunakan unsur-unsur bahasa secara tepat, keterampilan mengorganisasi wacana, keterampilan menggunakan gaya bahasa yang tepat dan pilihan kata yang tepat.
Jika dalam kegiatan berbicara orang harus menguasai lambang-lambang bunyi, maka dalam kegiatan menulis seseorang hendaknya menguasai lambang-lambang visual dan aturan tata bahasa tulis, khususnya yang menyangkut masalah ejaan. Selain itu, dalam menulis kita sudah merencanakan pesan, memikirkan pesan dengan baik saat menulis, dan selanjutnya merevisinya jika dibutuhkan. Dalam berbicara, kita tidak memiliki waktu mengulangi, untuk berpikir tentang apa yang akan diucapkan, tetapi harus membentuk pesan yang kita sampaikan.[13] Terjadinya perbedaan antara proses menulis dan berbicara tersebut, membuat kita paham bahwa dalam proses menulis memiliki berberapa tahapan produksi bahasa yang berbeda dengan proses berbicara. Dalam proses menulis dibutuhakan suatu proses pemikiran yang baik sampai bahasa yang telah kita tuangkan dalam bentuk tulisan itu benar-benar sudah baik dan benar secara aturan tata bahasa dari bahasa yang digunakannya. Hal ini juga didukung oleh pendapat Harmer yang mengungkapkan ada empat unsur penting dalam menulis. Terdiri dari perencanaan, menulis, penyuntingan, dan penulisan akhir.[14]
Setiap hasil tulisan mempunyai komposisi dan takaran isi yang berbeda-beda antara satu tulisan dengan tulisan lain, dan pastinya memiliki kelebihan dan kekurangan. Tulisan yang dihasilkan haruslah berupa tulisan yang dapat dinikmati pembacanya dan mengandung unsur-unsur penulisan efektif. Tujuan dari beberapa bagian penulisan efektif adalah: ketepatan, keringkasan, kejelasan, kepaduan, koherensi, aksen yang layak (menunjukan hubungan penting dari topik-topik utama dengan seimbang dan teratur, dan menghindari yang tidak berhubungan), dan kelayakan (isi/ pasar/ kesempatan).[15] Dengan adanya tujuan tersebut diharapkan pembaca mengerti apa yang sedang ia baca dengan begitu penulis berhasil menyampaikan maksud dari apa yang telah ia tulis. Adanya hal itu menyebabkan sebuah tulisan harus memenuhi ciri-ciri tulisan yang baik. Ada empat kriteri yang mencakup ciri-ciri tulisan yang baik meliputi:
1)    Jujur: jangan coba memalsukan gagasan atau ide anda.
2)    Jelas: jangan membingungkan para pembaca.
3)    Singkat: jangan memboroskan waktu para pembaca.
4)    Usahakan keanekaragaman: panjang kalimat yang beranekaragam; berkarya dengan penuh kegembiraan.[16]

Keempat ciri-ciri di atas yang meliputi jujur, jelas, singkat, dan keanekaragaman kalimat tersebut dapat mewakili suatu bentuk hasil karya tulis yang baik, karena dengan adanya empat ciri di atas dalam hasil karya tulis berarti karya tulis tersebut memiliki tingkap pemaparan tulisan yang baik bagi pembacaranya. Selain harus menghasilkan bentuk tulisan yang memiliki ciri-ciri tulisan yang baik, dalam proses menulis juga harus memiliki tujuan. Karena dengan adanya sebuah tujuan dalam menulis akan mempermudah penulis dalam pemaparan yang ingin dituju oleh penulis.  Menurut Hugo Hartig dalam Tarigan ada tujuh jenis tujuan penulisan yang meliputi: (1) tujuan penugasan (assignment purpose); (2) tujuan altruistik (altruistic purpose); (3) tujuan persuasif (persuasive purpose); (4) tujuan penerangan (informational purpose); (5) tujuan pernyataan (self-expressive purpose); (6) tujuan kreatif (creative purpose); (7) tujuan pemecahan masalah (problem-sloving purpose).[17] Tujuan-tujuan yang telah dipaparkan menjadi suatu jawaban dari pertanyaan yang diajukan oleh beberapa orang tentang “apa yang kita tuju dalam kegiatan menulis?”. Agar komunikasi lewat lambang tulis dapat dimengerti sehingga sesuai dengan tujuan yang diharapkan, penulis hendaknya menuangkan gagasannya ke dalam bahasa secara tepat, teratur, dan lengkap.
Dari uraian di atas terlihat bahwa menulis merupakan kegiatan yang kompleks dan terkadang sukar untuk diajarkan. Keterampilan menulis itu tidak hanya tentang penguasaan gramatikal atau retorika, tetapi juga menyangkut elemen-elemen konseptual.


b.    Pengertian Menulis Eksposisi Bahasa Inggris
Kata eksposisi diambil dari kata bahasa Inggris exposition yang sebenarnya berasal dari kata bahasa Latin yang berarti ‘membuka atau memulai’. Karangan eksposisi merupakan wacana yang bertujuan untuk memberi tahu, mengupas, menguraikan, atau menerangkan sesuatu.[18] Dengan tujuan tersebut diharapkan karangan ekposisi dapat menambah pengetahuan bagi setiap pembacanya. Menurut pendapat Heffernan dan Lincoln eksposisi adalah karangan dengan tujuan referensial. Eksposisi berusaha untuk menjelaskan seseorang atau sesuatu diluar dari dunia penulisannya.[19] Dapat diartikan  bahwa eksposisi adalah suatu bentuk tulisan atau retorika yang berusaha untuk menerangkan dan menguraikan suatu pokok pikiran yang dapat memperluas pandangan atau pengetahuan pembaca.
Wacana dalam bentuk eksposisi juga digunakan untuk menjelaskan wujud dan hakikat suatu objek, misalnya menjelaskan pengertian, komunikasi, budaya dan perkembangan teknologi kepada pembacanya. Eksposisi juga menjadi alat untuk menjelaskan pertalian suatu objek dengan objek lain, atau dapat digunakan untuk menganalisis struktur suatu barang. Dalam karangan eksposisi, masalah yang dikomunikasikan terutama adalah pemberitahuan atau informasi.[20] Eksposisi juga diartikan sebagai sebuah model pembahasan tentang penilaian, penafsiran, atau dugaan.[21] Ada pun tujuan utama eksposisi adalah memberitahukan atau memberikan informasi tentang suatu objek tertentu baik dari segi penilaian, penafsiran atau dugaan tentang objek yang menjadi kajian sehingga dengan informasi tersebut, pengetahuan dan pemaham pembaca akan bertambah luas.
Menurut Berry eksposisi adalah sebuah tulisan yang berusaha untuk menjelaskan sifat dasar dari sebuah kondisi tertentu, situasi, proses, sudut pandang, atau masalah yang serupa.[22] Sedangan menurut Stanley et. al. menjelaskan eksposisi adalah pemaparan dan penjelasan dari ide-ide. Ide-idenya yang dipaparkan dalam eksposisi bisa secara kongkrit atau abstrak.[23] Ide-ide yang dimaksudkan secara kongkrit adalah bentuk ide yang bisa dilihat secara langsung benda atau objek yang menjadi bahan kajiannya sedangkan abstrak diartikan sebaliknya.
Pada prinsipnya tulisan eksposisi tidak berusaha untuk mempengaruhi pembacanya. Pembaca sama sekali tidak dipaksakan untuk setuju dengan pendapat atau pandangan dari penulis, tetapi setidaknya pembaca mengetahui bahwa penulis mempunyai pendapat atau pendirian terhadap suatu masalah yang ditulisnya. Seperti yang diungkapkan Marrahimin, dalam hal wacana eksposisi, yang disingkapkan itu adalah buah pikiran atau ide, perasaan atau pendapat penulisnya, untuk diketahui orang lain.[24] Hasil dari pikiran penulis yang berupa gagasan atau ide tersebut diharapkan dapat diketahui bagi setiap pembaca karangan eksposisi sehingga secara tidak langsung pembaca akan mendapat informasi dan pengetahuan yang luas berdasar dari karangan ekposisi yang dibacanya. Sehingga tujuan utama eksposisi adalah memberi informasi mengenai suatu objek tertentu sehingga dengan informasi tersebut pengetahuan pembaca akan bertambah luas.
Beberapa batasan yang disampaikan di atas mengandung pikiran dasar yang sama bahwa tulisan eksposisi merupakan tulisan yang berupaya menjelaskan sesuatu subjek yang berdasarkan pada pengetahuan yang dimiliki oleh seorang penulis untuk dapat memperluas pandangan atau pengetahuan pembaca. Agar dapat memperluas pandangan atau pengetahuan pembaca, terlebih dahulu haruslah ada suatu hal, hasil buah pikirian atau pendapat yang akan kita ungkapkan dalam tulisan. Didalam eksposisi, sesuatu yang diungkapkan ini disebut tesis.[25] Pengungkapan dan penuangan pendapat dalam karangan eksposisi sangat penting guna menarik pembaca serta membuat pengkajian karangan eksposisi menjadi baik. 
Di samping itu, batasan di atas juga mengandung pokok pikiran dasar lainnya bahwa tujuan eksposisi hanya memberikan penjelasan tentang suatu subjek, tanpa maksud mengkritik, dan argumentatif. Oleh karena itu, dari sudut padang komposisi atau tulisan utuh, satu tulisan eksposisi selalu diwarnai oleh pengungkapan informasi terhadap suatu subjek yang digarap secara logis dan objektif. Keakuratan dan kejelasan selalu menjadi tujuan utama eksposisi. Dengan demikian, tulisan eksposisi itu sifatnya informatif. Sifat informatif eksposisi ini juga tidak memperdulikan atau mempertimbangkan apakah pendapat (informasi) yang diberikan dalam tulisan dapat diterima atau tidak oleh pembacanya.
Sifat eksposisi yang hanya menginformasikan atau menyingkapkan saja, tanpa maksud mempengaruhi pembacanya dan tanpa memperhatikan bahwa pendapatnya dapat diterima atau tidak, dikatakan sebagai ciri khas suatu eksposisi. Sifat eksposisi yang demikian menyebabkan tulisan eksposisi terbuka untuk polemik, bisa dibantahkan, atau dapat dibuat eksposisi tandingan.
Untuk dapat menulis karangan eksposisi bahasa Inggris dengan baik, penulisannya tidak hanya terbatas pada penggunaan struktur bentuk kalimatnya saja, namun perlu adanya ide-ide, perencanaan serta pengetahuan tentang tahap-tahap penulisan yang baik oleh penulis. Seperti yang diungkapkan oleh Hogue berikut;
Good writing is more than just using correct grammar. It is also means thingking, planning, checking, and revising. In this book, you will become skilled writers by always using these four steps: (1) prewriting (getting ideas and organizing them), (2) writing the first draft, (3) editing the first draf (checking and correcting it), and (4) writing the final draf to hand in.[26]

Tahap pertama adalah tahap pra penulisan dimana pada tahap ini merupakan tahap perencanaan atau persiapan menulis yang mencakup menetukan topik, mengumpulkan informasi sebagai bahan untuk materi tulisan, membatasi topik; yaitu mempersempit dan memperkhusus lingkup masalah, dan menyusun kerangka karangan.
Tahap kedua adalah tahap penyusunan naskah (drafting). Tahap penyusunan ini adalah tahap kebebasan penulis dalam menulis karangan. Tidak ada aturan dalam tahapan ini, penulis tidak harus berhati-hati dengan pemilihan kata yang akan dipakai, bahkan penulis tidak perlu khawatir tentang masalah tata bahasa. Hal terpenting dalam tahap ini adalah penulis mampu mengeluarkan ide-ide, pikiran dan pendapatnya dalam bentuk tulisan.
Tahap ketiga adalah tahapan dimana penulis melakukan pemeriksaan dan memperbaiki kesalahan-kesalahan dalam penulisan pada tahapan kedua. Dalam pemeriksaannya penulis haruslah memiliki kejelian dalam memeriksan hasil tulisanya sehingga bentuk tulisan akan menjadi baik dan benar baik secara struktur maupun pemilihan katanya.
Tahap terakhir adalah penyusunan akhir yang dimaksudkan bahwa penulis memeriksa hasil tulisan secara keseluruhan, jika ada kekurangan atau kesalahan dalam tulisanya penulis dapat memperbaiki dan jika tidak ada lagi kekurangan dan kesalahan sehingga tulisan dianggap memenuhi syarat, maka tulisan dianggap selesai dan siap untuk dipublikasikan.
Dengan mengetahui tahapan penulisan yang disampaikan tersebut, maka diperoleh gambaran lebih jelas tentang penulisan eksposisi. Selanjutnya, dalam menulis eksposisi penulis harus memahami tentang bentuk outline atau kerangka pembentuk eksposisi yang meliputi:
1)    Tesis
2)    a. Kelas I (pembuktian pertama)
b. Kelas II (pembuktian kedua)
c. Kelas III (pembuktian ketiga)
d.dst. (Kelas/pembuktian berikutnya)
3)    Kesimpulan[27]

Tesis yang dimaksudkan dalam penulisan eksposisi adalah inti dari keseluruhan penulisan eksposisi, atau biasa dalam narasi disebut dengan tema. Sedangkan kelas di atas dimaksudkan tentang adanya beberapa uraian yang mendukung, atau membuktikan kebenaran tesis yang menjadi inti penulisan eksposisi. Pemahaman dan pengetahuan akan kerangka eksposisi di atas penting untuk diketahui, karena hal ini akan mempermudahkan penulis dalam merencanakan sebuah tulisan eksposisi.
Menurut  Berry untuk memulai menulis eksposisi ada empat hal yang perlu diperhatikan sebelumnya, yaitu:
As you compose your work, your primary fidelity must always be to actual fact. A second attribute of sound expository writing is completeness. A third attrubute of sound expository writing is a pleasing note of authority. A fourth attribute of sound expository writing is one that has been stressed repeatedly throughout this book clarity.[28]

            Bagian pertama karangan eksposisi harus berdasarkan kenyatan atau fakta yang sebenarnya terjadi, bukan sekedar karangan fiksi. Kedua diartikan bahwa dalam penulisan eksposisi harus secara lengkap, lengkap diartiakan untuk membantu pembaca menangkap maksud dari tulisan penulis bisa menambahkan media seperti gambar untuk mempermudah pembaca memahami maksud dari tulisan tersebut. Ketiga bentuk tulisan eksposisi harus bersifat menyenangkan tanpa adanya pemaksaan ide yang dipaparkan oleh penulis kepada pembacanya. Dan terakhir adalah kejelasan bentuk tulisan eksposisi, hal ini sangat penting karena bentuk tulisan yang baik harus bisa dipahami oleh setiap pembacanya dengan mudah sehingga maksud dari tujuan penulisan bisa disampaikan dengan baik tanpa adanya salah penafsiran isi tulisan.
Berdasarkan hasil analisis teori yang telah disampaikan di atas, dapat disimpulkan bahwa keterampilan menulis eksposisi merupakan kecakapan seseorang penulis dalam membuat suatu tulisan yang bersifat fakta dengan menggunakan buah pikir berupa ide dan gagasan dari penulis yang dipaparkan dalam bentuk tulisan dengan tujuan untuk menginformasikan dan menambah pengetahuan pembaca tentang sesuatu hal. Perbedaan karya tulis eksposisi bahasa Inggris dengan karya tulisa lainnya adalah dari segi penyampaian atau memberikan informasi tentang suatu objek tertentu atau permasalahan baik dari segi penilaian, penafsiran atau dugaan tentang objek yang menjadi kajian sehingga dengan informasi tersebut, pengetahuan dan pemaham pembaca akan bertambah luas.

c.    Penilaian Keterampilan Menulis Eksposisi
Kecakapan seseorang dalam menghasilkan tulisan khususnya karya tulis eksposisi yang memiliki tujuan untuk menginformasikan dan menambah pengetahuan bagi pembacanya dapat diketahui dengan cara melakukan beberapa penilaian keterampilan menulis. Beberapa ahli bahasa memberikan beberapa pendapatnya dalam melakukan penilaian keterampilan menulis yang mencakup dari beberapa aspek penting dalam penilaian menulis, Jordan mengemukakan pendapatnya bahwa hal penting yang perlu diperhatikan oleh penulis karena hal ini akan terkait tentang penilaian bentuk tulisannya meliputi:
1.    Relevance of the answer to the question or topic
2.    Structure and organisation of the essay, and completeness of the writing
3.    Clear expression
4.    Coherence of argument
5.    Critical evaluation of point of view
6.    References to literature/research and use of quotations and bibliography
7.       Other details: grammar, spelling, punctuation[29]

 Keterkaitan antara jawaban dari pertanyaan atau topik, struktur seperti tata bahasa dan tanda baca merupakan poin penting dalam melakukan penilain, karena pada bagian tersebut yang menetukan apakah tulisan yang dibuat oleh penulis dapat dikategorikan tulisan yang baik yang dapat memberikan informasi dan pengetahuan bagi pembacanya. Jika hal tersebut diabaikan maka penulis dianggap gagal membuat suatu bentuk tulisan yang memberikan manfaat baik itu hanya sekedar informasi ataupun ilmu pengetahuan yang bisa diperolehnya. Pendapat yang sama juga dikemukan oleh Duig terkait penilaian dari kemampuan menulis seorang penulis bisa dilihat dari segi aspek berikut ini:
1.    Present the solution to a problem
2.    Present and justify an opinion
3.    Compare and constrast evidence, opinions and implications
4.       Evaluate and challenge ideas, evidence, or an argument[30]

Bedasarkan pendapat di atas poin pertama menjadi begitu penting khususnya dalam penulisan karangan eksposisi, karena jelas pada poin pertama seorang penulis dapat dinilai dari kemampuanya dalam memaparkan pendapatnya akan masalah-masalah yang dibuat dalam topik karangannya sehingga ketika orang lain membaca karangan maka mereka akan memdapatkan pengetahuan baru akan penyelesain dari topik yang disajikan dalam karangan eksposisi meski tetap tidak mengabaikan ketiga topik penting lain.
 Secara umum Nurgiyantoro mengemukakan delapan aspek penilaian pada keterampilan menulis meliputi aspek-aspek seperti; (1) kualitas isi karangan, (2) keakuratan dan keluesan isi, (3) organisasi penulisan, (4) kebermaknaan keseluruhan tulisan, (5) ketepatan diksi, (6) ketepatan kalimat, (7) ejaan dan tata tulis, dan (8) kelengkapan sumber rujukan.[31] Kedelapan aspek penilaian di atas memiliki keterkaitan antara satu dengan yang lainnya khususnya di dalam menilai keterampilan menulis seseorang, dengan adanya delapan ketepatan di atas maka seseorang dapat dikatakan memiliki keterampilan menulis yang baik. Heaton juga memberikan pendapatnya yang lebih rinci tentang penilaian keterampilan menulis sebagai berikut:
Tabel 2.1 Kriteria Penilaian Instumen Keterampilan Menulis[32]
Content
30-27     EXCELLENT TO VERY GOOD: knowledgeable-substantive-etc.
26-22      GOOD TO AVERAGE: some knowledge of subject - adequate range-   etc.
21-17      FAIR TO POOR: limited knowledge of subject - little substance – etc.
16-13     VERY POOR: does not show knowledge of subject - non substantive
Organization
20-18   EXCELLENT TO VERY GOOD: fluent expression – ideas clearly     stated – etc.
17-14   GOOD TO AVERAGE: somewhat choppy – loosely organized but main ideas   stand out – etc.
13-10     FAIR TO POOR: non-fluent – ideas confused or disconnected – etc.
9-7         VERY POOR: does not communicate – no organization - etc.
Vocabulary
20-18  EXCELLENT TO VERY GOOD: sophisticated range – effective word/idiom choice and usage – etc.
17-14  GOOD TO AVERAGE: adequate range – occasional errors of word/idiom form, choice, usage but meaning not obscured.
13-10    FAIR TO POOR: limited range – frequent errors of word/idiom form, choice, usage – etc.
9-7     VERY POOR: essentially translation – little knowledge of English vocabulary.
Language use
25-22    EXCELLENT TO VERY GOOD: effective complex constructions – etc.
21-19     GOOD TO AVERAGE: effective but simple constructions – etc.
17-11    FAIR TO POOR: major problems in simple/complex constructions –  etc.
10-5       VERY POOR: virtually no mastery of sentence constructions rules etc.
Mechanics
5           EXCELLENT TO VERY GOOD: demonstrates mastery of conventions - etc.
4          GOOD TO AVERAGE: occasional errors of spelling, punctuation – etc.
3           FAIR TO POOR: frequent errors of spelling, punctuation, capitalization – etc.
2      VERY POOR: no mastery of conventions – dominated by errors of spelling, punctuations, capitalization, paragraphing – etc.

Dari tabel di atas Heaton memaparkan ada lima aspek penilaian keterampilan menulis yang meliputi aspek; (1) Isi karangan, (2) Organisasi, (3) Pilihan kata, (4) Penggunaan bahasa, (5) Kaidah penulisan. Berdasarkan dari beberapa teori tentang penilaian keterampilan menulis di atas, peneliti merumuskan kriteria penilaian keterampilan menulis ekposisi dengan melibatkan lima aspek penilaian dan juga didukung oleh beberapa kriteria terkait menulis eksposisi bahasa inggris. Penilaian tersebut meliputi penilaian isi karangan dengan kriteria mampu mengembangkan isi karangan dengan efektif dan baik. Organisasi memiliki kriterian penilaian tentang penyampaian ide dan gagasan informasi karangan dengan sangat jelas dan saling mendukung satu sama lain. Pilihan kata memiliki kriterian penilaian tentang penetuan kata yang tepat dalam menyampaikan tujuan karangan. Penggunaan bahasa memiliki kriterian penilaian tentang penyusunan bahasa karangan yang efektif dan kompleks. Dan terakhir adalah kaidah penulisan yang memiliki kriterian penilaian tentang ketepatan penggunaan aturan tata bahasa yang baik dan benar. Kriteria penilain keterampilan menulis eksposisi bahasa Inggris secara terperinci disajikan pada tabel di bawah ini:    
Tabel 2.2 Kriteria Penilaian Keterampilan Menulis Eskposisi
No.
Indikator
Nilai
Kriteria







1.







Isi karangan

27 – 30










22 – 26






17 – 21





13 – 16


v  Sudah mampu mengembangkan isi karangan eksposisi dengan baik dan efektif  artinya mampu memaparkan ide dan gagasan sesuai dengan topik yang diberikan serta sejauh mana ide dan gagasan itu memberikan jawaban terkait permasalahan yang diberikan.

v  Sudah mampu mengembangkan isi karangan eksposisi dengan baik artinya mampu memaparkan ide dan gagasan sesuai dengan topik yang diberikan.

v  Cukup mampu mengembangan isi karangan eksposisi artinya kurang mampu memaparkan ide dan gagasan sesuai dengan topik yang diberikan

v  Belum mampu mengembangan isi karangan eksposisi artinya tidak ada kesesuaian antara ide dengan topik yang diberikan.
2.
Organisasi

18 – 20





14 – 17





10 – 13





7 – 9

v  Penyampaian ide dan gagasan informasi karangan dengan sangat  jelas dan saling menduduknya gagasan satu dengan yang lainnya.

v  Penyampaian ide dan gagasan informasi karangan dengan  jelas dan namun kurang saling menduduknya gagasan satu dengan yang lainnya.

v  Penyampaian ide dan gagasan informasi karangan kurang  jelas dan tidak saling menduduknya gagasan satu dengan yang lainnya.

v  Tidak ada penyampaian ide dan gagasan informasi karangan dan tidak saling menduduknya gagasan satu dengan yang lainnya.







3.







Pilihan Kata


18 – 20





14 – 17






10 – 13






7 – 9


v  Menggunakan pilihan kata meliputi penggunaan kata baku dan penggunaan kata yang sesuai dengan tujuan penyampaian informasi.

v  Menggunakan pilihan kata yang terkadang kurang tepat meliputi penggunaan kata baku dan penggunaan kata yang sesuai dengan tujuan penyampaian informasi.

v  Menggunakan pilihan kata yang sering kurang tepat meliputi penggunaan kata baku dan penggunaan kata yang sesuai dengan tujuan penyampaian informasi.

v  Menggunakan pilihan kata yang salah meliputi penggunaan kata baku dan penggunaan kata yang sesuai dengan tujuan penyampaian informasi.

4.
Penggunaan Bahasa

22 – 25







19 – 21







11 – 17







5 – 10

v  Dalam penyusunan bahasa dalam karangan eksposisi sudah benar dan kompleks dengan artian penggunaan tata bahasa yang benar dan tidak ada penggulangan kalimat.

v  Dalam penyusunan bahasa dalam karangan eksposisi terkadang terdapat kesalahan penggunaan tata bahasa yang benar dan tidak ada penggulangan kalimat.


v  Ketidaktepatan dalam penyusunan bahasa dalam karangan eksposisi artinya terdapat kesalahan penggunaan tata bahasa yang benar dan ada penggulangan kalimat.

v  Ketidak mampuan penyusunan bahasa dalam karangan eksposisi artinya terdapat banyak kesalahan penggunaan tata bahasa yang benar dan banyak penggulangan kalimat.

5.
Kaidah Penulisan

     5

     4


     3


     2


v  Menggunkan kaidah penulisan yang benar dan sesuai
v  Terkadang ada kesalahan menggunakan ejaan dan tanda baca.
v  Sering ada kesalahan menggunakan ejaan, huruf kapital, tanda baca dll.
v  Tidak memahami penggunaan kaidah penulisan yang benar dan sesuai.



2.    Teknik Pembelajaran
Dalam kegiatan pembelajaran, kita mengenal istilah teknik pengajaran yakni sebagai cara untuk mencapai tujuan pengajaran. Teknik dalam pengajaran bahasa mengacu pada pengertian implementasi perencanaan pengajaran di depan kelas. Teknik pengajaran meliputi bermacam-macam cara atau kegiatan yang bisa diterapkan dalam rangka mencapai tujuan. Ada beberapat teknik mengajar yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran, misalnya ceramah, diskusi, pemberian tugas dan tanya jawab.[33] Teknik pembelajaran juga diartikan sebagai implementasi pedekatan dan metode di dalam kelas, sedangkan pendekatan merupakan seperangkat asumsi yang saling berkaitan tentang bahasa, belajar bahasa, dan pengajaran bahasa. Metode adalah perencanaan menyeluruh berkaitan dengan materi yang akan disajikan.[34] Sedangkan istilah teknik yang dikaitkan dengan pembelajaran menurut pendapat Brown adalah pemerolehan pengetahuan tentang sesuatu hal atau keterampilan melalui belajar dari pengalaman atau pengajaran.[35]
Berdasarkan beberapa pandangan para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa pendekatan berisikan seperangkat anggapan yang mendasari metode, metode menginterpretasikan anggapan itu ke dalam kegiatan pembelajaran antara lain tujuan dan teknik mengajar di kelas. Pembelajaran ialah proses pemerolehan pengetahuan atau keterampilan melalui belajar yang dilakukan sacara sadar. Seperti yang sudah diungkapkan sebelumnya bahwa penelitia ini mengkaji pembelajaran menulis eksposisi bahasa Inggris dengan menggunkan teknik kolaboratif dan individual.
a.    Teknik Kolaboratif
Teknik pengajaran kolaboratif lebih menekankan keaktifan peserta didik untuk saling berinteraksi dalam proses belajar, keberadaan interaksi antar peserta didik dirasakan cukup banyak memberikan manfaat dalam segi meningkatkan proses berpikir dan mengembangkan kemampuan intelektual seseorang dalam proses belajar.
Teknik kolaboratif dalam pengajaran menulis menurut Nunan dibagi ke dalam dua tipe, yaitu interaksi yang terjadi di kertas dan interaksi yang dilakukan melalui diskusi lisan.[36] Ini diartikan hal yang pertama terjadi dalam pembelajaran menulis dengan teknik kolaboratif adalah interaksi belajar mengajar lebih banyak terjadi melalui tulisan dan interaksi berikutnya dilakukan dengan diskusi lisan. Dalam proses pembelajaran menulis perlu dilakukan riview atau perbaikan yang dilakukan secara berulang-ulang, semakin banyak perbaikan yang dilakukan maka akan semakin meningkat kualitas baik dalam segi ketepatan isi, tata bahasa maupun pengorganisasiannya.


1)    Tahapan dalam Teknik Kolaboratif
Belajar menulis dengan teknik kolaboratif ini bertujuan memotivasi pembelajarnya untuk saling menghargai satu sama lain. Mereka juga dilatih untuk dapat menumbuhkan rasa percaya diri dan saling berpikir positif sehingga terwujud keberhasilan dalam mencapai tujuan belajar bersama berkat adanya kerja sama yang baik diantara mereka. Nunan berpendapat dalam belajar kolaboratif, mahasiswa saling berkerja sama untuk menyelesaikan tugasnya. Tujuan-tujuan mereka terevaluasi berdasarkan kriteria referensi, namun karena semua anggota kelompok saling berbagi untuk mencapai tujuan umum, mereka termotivasi untuk tujuan yang saling menguntungkan agar dapat memaksimalkan proses belajar mereka. Hal ini menimbulkan saling ketergantungan yang positif, mereka yakin dapat mencapai tujuan yang lebih baik dari pada yang lain.[37] Jadi jelas bahwa keberhasilan dari tujuan belajar bersama dengan teknik kolabiratif dapat tercapai ketika masing-masing anggota kelasnya bisa berkerja dengan sebaik mungkin dan saling berinteraksi satu dengan lainnya dalam proses pembelajaran. Jika terjadi sebailknya seperti masing-masing anggota tidak bisa berkerja sama dengan baik maka tujuan bersama tidak akan tercapai.
Enam tahapan penting dalam teknik pengajaran kolaboratif menurut Arends meliputi[38]:
No.
Tahapan
Prosedur
1
Membuat tujuan dan perangkat pembelajaran
Dosen membuat tujuan dari pelajaran dan membuat perangkat pembelajaran
2
Menyediakan informasi
Dosen memberikan informasi kepada mahasiswa baik secara lisan maupun tulisan
3
Mengelompokan mahasiswa menjadi kelompok belajar
Dosen membantu mahasiswa membuat kelompok belajar dan membantunya melakukan transisi
4
Membantu mahasiswa untuk berkerja dan belajar
Dosen membatu kelompok belajar ketika melakukan kegiatan
5
Melakukan tes terhadap materi
Dosen menilai materi atau persentasi hasil kerja kelompoknya.
6
Memberi pengenalan
Dosen mencari cara untuk mengenal usaha-usaha individu maupun kelompok dan mengetahui hasil yang telah dicapainya.

Dalam pembelajaran kolaboratif ini mahasiswa dituntut aktif berpartisipasi dalam kegiatan belajar mengajar. Interaksi yang baik antara pengajar dan mahasiswa itu merupakan ciri pembelajaran kolaboratif. Kontribusi dari masing-masing anggota kelas diharapakan dalam menuangkan ide atau gagasan yang ia miliki. Saling berkomunikasi antara masing-masing anggota kelas dapat merealisasikan interaksi positif. Interaksi positif yang dimaksudkan adalah mereka saling membantu dan tidak ada yang merasa dirinya paling hebat diantara yang lain.
Dengan menganalisa hakikat penulisan eksposisi dan manfaatnya yang dapat dipetik dari aktivitas kolaborasi dalam pembelajaran menulis, maka pembelajaran yang lebih diutamakan dalam penelitian ini lebih menitikberatkan pada pembelajaran penulisan dengan teknik kolaboratif antara mahasiswa dengan sesama mahasiswa atau dengan dosen. Dalam hal ini, dosen berperan sabagai fasilitator, sumber dan pembimbing. Proses pembelajaran lebih dititik beratkan pada paradigma kerja kelompok daripada individu.

b.    Teknik Individual
            Johnson berpendapat bahwa dalam teknik individual, mahasiswa berkerja sendiri untuk mencapai tujuan kriteria belajar yang sudah ditentukan.[39] Struktur tujuan dari suatu pelajaran bersifat individualis ketika tidak ada interaksi antara anggota kelas. Setiap individu hanya mementingkan keberhasilan dirinya masing-masing. Teknik individual menciptkan iklim yang membuat mahasiswa puas dan leluasa mendiskusikan pandagan-pandagannya dengan dosen. Menurut Hasibuan dalam teknik individual dosen banyak menghadapi mahasiswa yang masing-masing mendapat kesempatan untuk bertatap muka dengan dosen serta memperoleh bantuan dan bimbingan dosen secara individu.[40] Ini diartikan, jika dosen akan mengajar dengan teknik individual berarti harus dipikirkan relevansi antara komponen-komponen pengajaran yang sesuai bagi setiap mahasiswa secara perorangan. Dengan kata lain teknik individual yang sebenarnya harus melayani kebutuhan setiap anak yang berbeda satu dengan yang lainnya. Hal demikian amat berat untuk bisa dapat dilakukan dalam proses pengajaran.
            Tujuan utama pengajaran individual adalah untuk memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk belajar secara optimal serta bisa mencapai tingkat penguasaan bahan pelajaran yang dipelajarinya. Berbagai bentuk pengajaran dengan teknik individual menekankan akan pentingnya perhatian, bantuan, dan perlakuan khusus dari dosen kepada mahasiswa secara individu.[41]
            Adapun langkah-langkah dalam pengajaran menggunakan teknik individual adalah sebagai berikut.
a)    Pelajaran diawali dengan pertemuan secara klasikal untuk memberi informasi dan penjelasan tentang tujuan dan tugas yang akan dikerjakan serta hal-hal yang dianggap perlu.
b)    Kemudian setiap mahasiswa diberi kesempatan untuk belajar atau melaksanakan tugas secara individu.
c)    Setelah bahan pelajaran disediakan untuk mahasiswa selesai disampaikan, dosen mengakhiri pelajaran dengan pertemuan secara klasikal kembali seperti pada saat pelajaran dimulai.[42]
            Lebih lanjut Russefendi mengungkapkan ciri-ciri teknik individual seperti berikut ini.
a)    Lebih memberikan kesempatan kepada mahasiswa, kapan dan mengenai apa ia belajar.
b)    Mahasiswa belajar dengan kecepatan masing-masing.
c)    Pengajaran itu berpusat kepada mahasiswa, artinya pengajaran disesuaikan dengan kesenangan dan cara belajar mahasiswa.
d)    Dosen bertindak sebagai fasilitator, pembimbing belajar dan banyak memberi bantuan kepada mahasiswa yang memerlukannya.[43]
            Jika dibandingkan dengan teknik kolaboratif, nampak jelas bahwa kedua teknik tersebut berbeda karena dalam teknik individual memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk maju sesuai dengan kemampuan dan memungkinkan pendalaman bagi individu menurut tujuan masing-masing, sedangkan dengan teknik kolaboratif dituntut kerjasama.
            Untuk menciptakan suasana pembelajaran menulis dengan teknik individual, dosen hendaknya berperan sebagai organisator dalam kegiatan belajar mengajar, sumber informasi bagi mahasiswa, penyedia materi dan kesempatan belajar bagi mahasiswa, serta mampu mendiagnosis kesuilitan belajar mahasiswa dan mampu memberikan bantuan yang sesuai dengan kebutuhan. Akan tetapi, seorang dosen tidak dilarang untuk memberikan pengajaran klasikal atau menggunkan metode ceramah bila diperlukan bagi mahasiswa.
            Pengajaran menulis eksposisi dengan teknik individual dilakukan dengan cara dosen harus terampil mengadakan pendekatan secara pribadi. Salah satu ciri teknik individual ialah terjadinya hubungan yang dekat dan sehat antara dosen dengan mahasiswa. Hal ini dapat terjadi apa bila dosen dapat menciptkan suasana terbuka sehingga mahasiswa merasa bebas dal leluasa untuk mengemukakan pendapat. Suasana keterbukaan tersebut dapat diciptakan antara lain dengan cara menunjukan kepekaan terhadap kebutuhan mahasiswa, mendengar ide-ide yang dikemukan oleh mahasiswa, memberi respon positif terhadap ide mahasiswa dan membangun hubungan yang saling mempercayai.


3.    Motivasi Belajar Bahasa Inggris
            Motivasi dalam pengajaran bahasa Inggris berperan penting untuk mencapai kesuksesan tujuan pembelajaran. Mahasiswa yang memiliki motivasi tinggi biasanya memiliki gairah belajar yang tinggi dalam mengikuti proses belajar mengajar. Sandar dan Nancy menyebutkan dua motivasi dalam belajar bahasa yaitu; motivasi intergratif, yang menyatakan rasa suka dan mengharap dapat berinteraksi dengan para pembicara bahasa target. Sedangkan motivasi instrumental adalah berharap mempelajari bahasa agar dapat meraih beberapa tujuan akademik atau kesuksesan dalam berkerja. Motivasi.[44]
            Motivasi dapat diterima sebagai faktor yang sangat penting dalam kesuskesan atau kegagalan belajar bahasa. Mahasiswa yang memiliki motivasi yang tinggi walaupun diajarkan dengan cara yang buruk akan mampu melakukan yang lebih baik sedangkan mahasiswa yang memiliki motivasi rendah perlu mendapatkan perlakukan pengajaran yang lebih baik. Motivasi menentukan tingkat perhatian mahasiswa selama berada didalam kelas, berkonsentrasi dan memiliki pengaruh dalam proses keefektifan proses belajar.   
            Untuk mengetahui apakah mahasiswa merasa termotivasi dalam proses pembalajar perlu dilakukan beberapa hal diantaranya adalah mengajarkan menulis sebagai suatu proses berpikir agar mahasiswa dapat mengembangkan gagasan-gagasan mereka sendiri secara bebas dan terbuka, menunjukan strategi belajar menulis yang dapat memberikan keterampilan kepada mereka untuk menyampaikan informasi dan pendekatan pengalaman bahasa agar mahasiswa dapat menciptakan materi menulis sendiri untuk digunakan di dalam kelas.
            Dorney dalam Brown menyebutkan ada sepuluh hal yang bisa dilakukan untuk bisa merangsang motivasi intrinsik mahasiswa dalam proses pembelajar diantaranya meliputi:
1)    Set a personal example with your own behavior
2)    Create a pleasant, relaxed atmosphere in the classroom
3)    Present the tasks properly
4)    Develop a good relationship with the learners
5)    Increase the learner’s linguistic self-confidence
6)    Make the language classes interesting
7)    Promote learner autonomy
8)    Personalize the learning process
9)    Increase the learner’s goal-orientedness
10) Familiarize learners with the target language culture[45]

            Dengan demikian motivasi belajar bahasa inggris dapat diartikan sebagai kadar keinginan mahasiswa untuk belajar bahasa Inggris dengan baik dan bijak. Faktor-faktor yang mempegaruhi mahasiswa tidak hanya timbul dari faktor internal, namun juga dari faktor eksternal seperti faktor lingkungan yang memberikan kontribusi tidak secara langsung terhadap tinggi rendahnya motivasi mahasiswa dalam belajar bahasa Inggris.


B.   Hasil Penelitian yang Relevan
            Beberapa penelitian yang ditemukan relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Gunawan dengan judul ‘Pengajaran Menulis Kolaboratif: Studi Kualitatif di Jurusan Bahasa Inggris Universitas Pasundan Bandung’ yang menunjukan bahwa pengajaran menulis kolaboratif sangat efektif dalam memperbaiki kesalahan menulis mahasiswa dan meningkatkan keterampilan menulis mereka.[46]
            Penelitian yang telah dilakukan oleh Johnson, membuktikan bahwa pengalaman belajar secara kolaboratif menghasilakan pencapaian akademik yang lebih tinggi dari pada dilakukan secara individualis. Mereka telah melakuakan penelitian terhadap 28 kelas yang memberikan data pencapaian siswa kelas dasar dan lanjut yang terdiri atas berbagai tingkat kemampuan dan usia serta dalam berbagai bidang kurikulum yang sangat luas. Terdapat bukti pencapaian yang lebih tinggi secara signifikan pada siswa yang belajar secara kolaboratif dibandingkan dengan siswa yang belajar secara individual.[47]


C.   Kerangka Berpikir

1.    Perbedaan Keterampilan Menulis Eksposisi Bahasa Inggris Mahasiswa yang diajarkan dengan Teknik Kolaboratif dan Mahasiswa yang diajarkan dengan Teknik Individual

Teknik pembelajaran kolaboratif dilakukan dengan cara membagi mahasiswa dalam beberapa kelompok belajar dan dalam suasan belajar yang menyenangkan sehingga setiap mahasiswa dapat mengungkapkan ide atau pengalaman mereka dengan cara kolaboratif baik dengan sesama teman ataupun dengan dosennya. Dalam menulis eksposisi pengungkapkan ide ataupun pendapat sangatlah penting untuk mampu mengembangkan bentuk informasi tulis yang akan disampaikan kepada pembacanya.
Berbeda halnya dengan teknik pembelajaran individual yang menuntut mahasiswa belajar sesuai dengan kecepatannya dan kemampuannya sendiri tanpa mengiraukan teman yang lain. Mahasiswa yang belajar menulis dengan teknik ini sebagaian akan mampu belajar dengan cepat dan sebagian akan mengalami kesulitan dalam belajar.
Dengan demikian keterampilan menulis eksposisi bahasa Inggris mahasiswa yang mendapatkan pembelajaran dengan teknik kolaboratif diduga lebih tinggi dari pada keterampilan menulis mahasiswa yang mendapatkan pembelajaran dengan teknik individual.

2.    Perbedaan Keterampilan Menulis Eksposisi Bahasa Inggris Mahasiswa yang memiliki Motivasi Belajar Tinggi yang diajarkan dengan Teknik Kolaboratif dan yang diajarkan dengan Teknik Individual

Menulis merupakan suatu bentuk keterampilan yang menuntut mahasiswa untuk mampu mengungkapkan gagasan dan pengalaman yang dimiliki oleh seorang penulis yang meliputi pemilihan topik, kosakata, diksi, penyusunan kalimat dan paragraf. Kemampuan tersebut akan mudah dikuasai seorang penulis jika ia memiliki motivasi yang tinggi untuk selalu belajar.
Mahasiswa yang memiliki motivasi belajar yang tinggi akan cendrung lebih mudah dan cepat dalam proses pembelajaran menulis eksposisi bahasa Inggris, hal ini dikarenakan tingkat perhatian mahasiswa selama berada didalam kelas cendrung lebih baik dan mampu berkonsentrasi penuh selama proses pembelajaran serta memiliki pengaruh dalam proses keefektifan proses belajar.   
Mahasiswa yang memiliki motivasi belajar yang tinggi dan mendapatkan pengajaran dengan teknik kolaboratif akan mempermudahkan dalam menulis, karena dengan rasa antusias yang tinggi yang dimilikinya akan mendorong proses pembalajaran secara berkelompok dalam berjalan secara aktif dan efektif sehingga tujuan dari pembelajaran dengan teknik kolaboratif akan tercapai.
Sedangkan mahasiswa dengan motivasi tinggi yang mendapakan pembelajaran dengan teknik individual akan mendapatkan kesulitan dalam menulis, karena tidak mendapatkan tempat untuk mengembangkan gagasan dan ide mereka secara kelompok sehingga proses pembelajaran cendrung lebih pasif.
Dengan demikian keterampilan menulis eksposisi bahasa inggris mahasiswa yag memiliki motivasi tinggi yang diajarkan dengan teknik kolaboratif diduga lebih baik daipada mahasiswa yang memiliki motivasi tinggi yang diajarkan dengan teknik individual.

3.    Perbedaan Keterampilan Menulis Eksposisi Bahasa Inggris Mahasiswa yang memiliki Motivasi Belajar Rendah yang diajarkan dengan Teknik Kolaboratif dan yang diajarkan dengan Teknik Individual

Menulis merupakan suatu bentuk keterampilan yang menuntut mahasiswa untuk mampu mengungkapkan gagasan dan pengalaman yang dimiliki oleh seorang penulis yang meliputi pemilihan topik, kosakata, diksi, penyusunan kalimat dan paragraf. Kemampuan tersebut akan sulit untuk dikuasai seorang penulis jika ia memiliki motivasi yang rendah dalam proses belajar.
Mahasiswa yang memiliki motivasi belajar yang rendah akan cendrung lebih sulit dan lambat dalam proses pembelajaran menulis eksposisi bahasa Inggris, hal ini dikarenakan tingkat perhatian mahasiswa selama berada didalam kelas cendrung tidak baik dan tidak mampu berkonsentrasi penuh selama proses pembelajaran serta memiliki pengaruh dalam proses keefektifan proses belajar.   
Dalam pembelajaran menulis untuk mahasiswa dengan motivasi belajar yang rendah diduga lebih baik belajar dengan teknik individual dibandingkan dengan teknik kolaboratif. Hal ini dikarenakan, mahasiswa dengan motivasi belajar yang rendah yang belajar dengan teknik individual banyak dibimbing oleh dosen sehingga mereka akan dengan mudah keluar dari kesulita dalam memahami dan menerapkan materi yang diberikan. Sedangkan mahasiswa dengan motivasi belajar yang rendah belajar dengan teknik kolaboratif diduga kurang tepat karena dengan teknik ini mahasiswa dituntut untuk mampu berbagi ide atau gagasan dengan teman lain.
Dengan demikian keterampilan menulis ekposisi bahasa Inggris mahasiswa yang memiliki motivasi belajar rendah yang belajar dengan teknik individual diduga lebih baik daripada yang belajar dengan teknik kolaboratif.

4.    Pengaruh Interaksi antara Teknik Pembelajaran dan Motivasi Belajar terhadap Keterampilan Menulis Eksposisi Bahasa Inggris

Tenik pembelajar kolaboratif dan individual sama-sama memberikan dampak yang positif bagi peningkatan keterampilan menulis khususnya keterampilan menulis ekposisi bahasa Inggris. Teknik kolaboatif dapat membatu kelompok mahasiswa dengan motivasi belajar yang tinggi untuk meningkatkan keterampilannya menulis bahasa Inggris baik dengan cara berdiskusi dengan teman ataupun dosennya. Saling berkomunikasi dapat merealisasikan interaksi positif untuk saling membantu sesama temannya. Pembagian kelompok secara heterogen akan memudahkan masing-masing individu untuk menjalankan tugasnya secara maksimal. Sebaliknya teknik individu akan membatu mahasiswa dengan motivasi belajar yang rendah dengan cara memberikan bimbingan lebih dan arahan dari dosen secara makasimal.
Sesuai karateristik masing-masing teknik pembelajaran, dapat diduga bahwa kedua teknik tersebut dimaksudkan akan memberikan dampak yang berbeda terhadap keterampilan menulis eksposisi bahasa Inggris mahasiswa yang memiliki latar belakang yang berbeda. Teknik kolaboratif akan memberikan dampak yang lebih baik bagi keterampilan munulis eksposisi bahasa Inggris yang memiliki latar belakang motivasi tinggi, sementara teknik individual akan memberikan dampak yang lebih baik bagi keterampilan munulis eksposisi bahasa Inggris yang memiliki latar belakang motivasi rendah. Dengan demikian dapat diduga bahwa terdapat pengaruh interaksi antara teknik pembelajaran dengan motivasi belajar bahasa Inggris terhadap keterampilan menulis eksposisi bahasa Inggris.

D.   Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka teoretik dan kerangka berpikir yang telah dipaparkan di atas, maka hipotesis penelitin ini adalah sebagai berikut:
1.    Terdapat perbedaan keterampilan menulis eksposisi bahasa Inggris antara mahasiswa yang diajarkan dengan teknik kolaboratif dan yang diajarkan dengan teknik individual. Keterampilan menulis mahasiswa yang diajakrkan dengan teknik kolaboratif lebih baik daripada mahasiswa yang diajarkan dengan teknik individual.
2.    Bagi mahasiswa dengan motivasi tinggi, terdapat perbedaan keterampilan menulis eksposisi bahasa inggris antara yang diajarkan dengan teknik kolaboratif dan individual. Keterampilan menulis eksposisi bahasa Inggris mahasiswa yang diajarkan dengan teknik kolaboratif lebih baik daripada yang diajarkan dengan teknik individual.
3.    Bagi mahasiswa dengan motivasi rendah, terdapat perbedaan keterampilan menulis eksposisi bahasa inggris antara yang diajarkan dengan teknik individual dan kolaboratif. Keterampilan menulis eksposisi bahasa Inggris mahasiswa yang diajarkan dengan teknik individual lebih baik daripada yang diajarkan dengan teknik kolaboratif.
4.     Terdapat pengaruh interaksi antara teknik pembelajaran dan motivasi belajar terhadap keterampilan menulis eksposisi bahasa Inggris Mahasiswa.






BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A.   Tujuan Penelitian
Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui pengaruh teknik pembelajaran dan motivasi belajar terhadap keterampilan menulis eksposisi bahasa Inggris mahasiswa. Secara khusus tujuan penelitian ini untuk memperoleh data terkait : (1) pengaruh teknik kolaboratif dan individual yang diberikan kepada mahasiswa, (2) motivasi belajar, dan (3) keterampilan menulis eksposisi bahasa Inggris mahasiswa semester IV Program Studi Pendidikan Bahasa Bahasa Inggris STKIP Panca Sakti Bekasi.
Lebih rinci penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:
1.    Perbedaan keterampilan menulis eksposisi bahasa Inggris antara mahasiswa yang diajakarkan menggunakan teknik kolaboratif dan mahasiswa yang diajarkan dengan teknik individual.
2.    Perbedaan keterampilan menulis eksposisi bahasa Inggris yang memiliki motivasi tinggi yang diajakarkan dengan teknik kolaboratif dan yang diajarkan dengan teknik individual.
3.    Perbedaan keterampilan menulis eksposisi bahasa Inggris antara mahasiswa yang memiliki motivasi rendah yang diajarkan dengan teknik kolaboratif dan yang diajarkan dengan teknik individual.
4.    Interaksi antara teknik pembelajaran dan motivasi terhadap keterampilan menulis eksposisi bahasa Inggris mahasiswa.


B.   Tempat dan Waktu Penelitian
Penlitian ini akan dilaksanakan pada mahasiswa semester IV di Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris STKIP Panca Sakti Bekasi.
Pelaksanaan penelitian akan dimulai dari uji coba instrumen untuk menguji kelayakan alat ukur yang akan dipergunakan yaitu instrumen motivasi dan instrumen keterampilan menulis eksposisi bahasa Inggris.

C.   Metodologi Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen dengan rancangan faktorial 2 x 2. Pola rancangan faktorial 2 x 2 tampak pada tabel dibawah ini.

Tabel 3.1
Rancangan Eksperimen Faktorial 2 x 2

Teknik Pembelajaran
TK
TI
Motivasi
MT
MR
MT
MR

Keterangan :
TK : Teknik Kolaboratif
TI : Teknik Individual
MT : Motivasi Tinggi
MR : Motivasi Rendah

Sesuai dengan jumlah variabel bebas, yaitu (1) teknik pembelajaran yang terdiri atas teknik kolaboratif dan teknik individual dan (2) Motivasi yang terdiri motivasi tinggi dan motivasi rendah, model konstelasi masalahnya dapat dilihat pada tabel berikut:




Tabel 3.2
Model Konstelasi Masalah
                                Variabel Perlakuan


Variabel Atribut
Teknik Pembelajaran
A
Kolaboratif
A1
Individual
A2
Motivasi Belajar Bahasa Inggris
B
Tinggi
B1
A1 B1
A2 B1
Rendah
B2
A1 B2
A2 B2

Keterangan :
A1 : Kelompok mahasiswa yang diajarkan dengan teknik kolaboratif
A2 : Kelompok mahasiswa yang diajarkan dengan teknik individual
B1 : Kelompok mahasiswa dengan motivasi tinggi
B2 : Kelompok mahasiswa dengan motivasi rendah

D.   Populasi dan Sample Penelitian
1.    Populasi
Populasi merupakan objek, orang , atau peristiwa yang tergabung dalam satu kelompok variabel.[48] Dalam penelitian ini jumlah populasi yang akan diteliti adalah seluruh mahasiswa semester IV tahun akademik 2016-2017 di Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris STKIP Panca Sakti Bekasi.
2.    Sampel
Sampel merupakan bagaian dari populasi.[49] Pengambilan sampel akan dilakukan dengan teknik multi stage random sampling, yakni memilih acak beberapa sampel penelitian dari total jumlah populasi kemudian membagi menjadi dua kelas. Dari dua kelas tersebut dipilih dengan teknik acak untuk kelas teknik Kolaboratif dan kelas Individual.

E.   Rancangan Perlakuan
1.    Pelaksanaan Perlakuan
Dalam pelaksanaan penelitian ini ada dua kelompok, yaitu kelompok A1 merupakan kelompok mahasiswa yang diajarkan dengan teknik kolaboratif dan kelompok A2 merupakan kelompok mahasiswa yang diajarkan dengan teknik individual. Perlakuan pada kedua kelas tersebut dilaksanakan oleh dosen mata kuliah menulis.
Baik kelompok Amaupun kelompok A2 terlebih dahulu dilihat faktor-faktor kesamaanya, terutama hal-hal yang mempengaruhi perlakuan dalam proses pembelajaran, seperti suasana kelas, fasilitas, dan kualitas dosen yang mengajar. Hal ini dimaksudkan agak kedua kelompok tersebut mempunyai karateristik yang sama, kecuali teknik pembelajaran yang digunakannya. Untuk lebih jelas akan dideskripsikan sebagai berikut ini.
1)    Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dari kedua kelas (eksperimen dan kontrol) ini agar mahasiswa terampil menulis eksposisi bahasa Inggris.
2)    Mahasiswa
Mahasiswa yang menjadi subjek penelitian ini adalah mahasiswa semester IV. Mahasiswa tersebut diperkirakan memiliki kemampuan dan pengetahuan yang rata-rata sama terhadap mata kuliah menulis.
3)    Situasi dan kondisi
Situasi dan kondisi belajar untuk pelaksanaan eksperimen ini diasumsikan sama baik terkait dengan waktu maupun lingkungan tempat dimana mahasiswa belajar.
4)    Teknik Pembelajaran
Teknik pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kolaboratif dan individual. Kedua teknik ini berbeda, dalam teknik kolaboratif perkuliahan dimulai dengan penjelasan pengajar mengenai tujuan pembelajaran, agar mahasiswa termotivasi untuk belajar. Tahap selanjutya diikuti dengan pemberian informasi baik dengan menggunakan teks ataupun secara verbal. Selanjutnya membentuk kelompok belajar. Pengajar menuntun dan mengawasi kelompok belajar tersebut agar tercipta kerja sama yang baik. kemudian dilanjutkan dengan pemberian tugas atau materi bagi semua kelompok. Terakhir, masing-masing kelompok memperentasikan hasil tugas yang sudah diberikan sebelumnya.
Dalam pembelajaran menulis dengan teknik individual perkuliahan diawali dengan pertemuan secara klasikal untuk memberi informasi tentang tujuan dan tugas yang akan dikerjakan, kemudian setiap mahasiswa diberi kesempatan untuk belajar dan mengerjakan latihan secara individual, pada saat mahasiswa mengerjakan latihan secara individu, dosen memberi kesempatan kepada mahasiswa yang membutuhkan arahan dan bimbingan. Setelah mahasiswa selesai mengerjakan tugas yang sudah diberikan, pelajaran diakhiri kembali sama seperti pertuam awal secara klasikal.
2.    Prosedur Perlakuan
Prosedur perlakuan penelitian akan dilakukan melalui tiga tahapan, yaitu (1) tahapan persiapan, (2) tahapan pelaksanaan dan (3) tahapan akhir pelaksanaan perlakuan. Ketiga tahapan tersebut akan diterapkan satu persatu dalam kelas eksperimen atau kontrol.
F.    Kontrol Validitas Internal dan Eksternal
Validitas instrumen dikaji dalam dua bagian, yaitu internal dan eksternal. Pengontrolan validitas internal perlu dilakukan agar hasil yang diperoleh benar-benar akibat dari suatu perlakuan yang diberikan terhadap kelas eksperimen. Oleh sebab itu, perlu memperhatikan unsur-unsur yang dapat mempengaruhi hasil eksperimen diantaranya adalah:
1.    Pengaruh historis, dilakukan dengan cara mencegah munculnya kejadian khusus yang dapat mempengaruhi pelaksanaan perlakuan dengan menggunakan waktu sesuai dengan rencana.
2.    Pengaruh kematangan, pengaruh ini dapat dikontrol dengan cara melaksanakan perlakuan dalam rentang waktu yang tidak terlalu lama dan tidak pula terlalu singkat, serta penyajian materi diberikan secara bervariasi.
3.    Pengaruh materi perlakuaan dapat dikontrol dengan tidak mengadakan perubahan-perubahan pada instrumen yang digunakan.
4.    Pengaruh kehilangan peserta eksperimen telah dikontrol dengan cara mengadakan pencatatan terhadap mahasiswa pada setiap pertemuan sejak awal hingga eksperimen.
5.    Pengaruh regresi statistik dilakukan dengan membagi rata kedua kelompok ekstrim dalam kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
Validitas eksternal berkenaan dengan sejauhmana hasil penelitian dapa digeneralisasikan dari dunia eksperimen ke dunia nyata. Ada empat hal yang dapat mengganggu validitas eksternal, yaitu efek Hawthorne, prauji dan bias seleksi.
1.    Efek Hawthorne, efek ini dapat dihindari dengan cara tidak memberitahukan proses penelitian kepada mahasiswa dan jadwal pertemuannya dibuat berbeda harinya di antara kelas yang satu dengan kelas yang lain.
2.    Pra uji, tidak dilakukan pada kelompok eksperimen maupun kontrol karena dapat menyebabkan reaksi seprti sikap defensif, teguh terhadap sikap yang diyakini dan berkurangnya perhatian.
3.    Bias seleksi, dihindari dengan cara mengambil sampel sesuai dengan karateristik populasi penelitian dan diambil secara acak. Kemudian menetukan perlakuan terhadap kelas eksperimen dibagi da secara acak. Satu kelas dijadikan sebagai objek eksperimen, belejar dengan teknik kolaboratif,sedangkan satu kelas yang lain dijadikan kelas kontrol yang belajar dengan teknik individual.
Pengukuran keterampilan menulis eksposisi bahasa inggris mahasiswa dilakukan dengan jalan memberikan tes. Tes akhir diberikan kepada mahasiswa pada saat penyelesaian tugas akhir, dengan tujuan untuk; (1) mengetahui ada tidaknya perbedaan pengaruh perlakuan yang diberikan, (2) mengetahui kelompok eksperimen mana yang memberikan hasil keterampilan menulis eksposisi yang lebih tinggi dibanding dengan kelompok lain dalam eksperimen ini.

G.   Teknik Pengumpulan Data
 Sesuai dengan masalah dan tujuan penelitian, data penelitian yang diperlukan dalam penelitian ini mencakup data tentang motivasi mahasiswa dan data mengenai keterampilan menulis eksposisi dalam bahasa Inggris. Untuk dapat menjaring dan mengumpulkan data-data tersebut dibutuhkan instrumen khusus yang tergantung dalam bentuk variabelnya. Bentuk instrumen yang digunakan untuk menjaring dan mendapatkan data dalam motivasi mahasiswa melalui kuesioner atau skala, dan bentuk instrument yang digunakan untuk keterampilan menulis eksposisi (Y) melalui tes tertulis atau esai.

H.   Teknik Analisis Data
Sebelum melakukan analisis data, terlebih dahulu akan dilakukan uji persyaratan analisis dengan melakukan uji normalitas dan uji homogenitas. Setelah memenuhi kedua persyaratan tersebut, data penelitian dianalisis dengan analisis varians dua jalan (ANAVA) pada taraf signifikan α = 0,05.

I.      Hipotesis Statistika
Untuk menguji hipotesis statistikanya, dirumuskan hipotesisnya sebagai berikut:
1.    H0 : μ A1 = μ A2
H1 : μ A1 > μ A2
2.    H0 : μ A1B1 = μ A2 B1
H1 : μ A1B1 > μ A2 B1
3.    H0 : μ A1B2 = μ A2 B2
H1 : μ A1B2 > μ A2 B2
4.    H0 : Interaksi A X B = 0
H1 : Interaksi A X B ≠ 0
Keterangan:
μ A1 = rerata skor keterampilan menulis mahasiswa yang dibelajarkan dengan teknik kolaboratif
μ A2 = rerata skor keterampilan menulis mahasiswa yang dibelajarkan dengan teknik individual
μ B1 = rerata skor keterampilan menulis mahasiswa yang dibelajarkan dengan teknik kolaboratif pada kelompok mahasiswa yang memiliki motivasi tinggi
μ B2 = rerata skor keterampilan menulis mahasiswa yang dibelajarkan dengan teknik individual pada kelompok mahasiswa yang memiliki motivasi rendah







 








DAFTAR PUSTAKA


Abdul Khak, “Tradisi Menulis Lebih Rendah daripada Minat Baca”; http://edukasi.kompas.com/read/2011/11/23/10491011/Tradisi.Menulis.Lebih.Rendah.daripada.Minat.Baca (diakses 10 Oktober 2014, pukul 13.45 WIB).

Berry, Thomas E. The Craft of Writing. America: McGraw-Hill, 1974.

Brown, H. Douglas. Principles of LanguageLearning and Teaching. New Jersey: Prentice Hall, Englewood Cliff, 1987   

Brown, H. Douglas. Teaching by Principle: An Interactive Approch to language pedagogy second edition. San Franciso: Longman, 2000.

Charles, C. M., Individual Instruction. Toronito: Mosiby Company, 1980

Duigu, Gabi. Essay Writing for English Test. Australia: Academic English Press, 2003.

E. M, Anthony. Approch, Method, and Teaching English LanguageTeaching   
           New York: Tata McGraw – Hill Publissing Company Ltd.., 1985

Emilia, Emi. Introducing Functional Grammar. Bandung: Pustaka Jaya, 2014.

Enny Sudarmonowati, “Kemampuan Menulis Banyak Peneliti Masih Rendah”;  http://sains.kompas.com/read/2012/12/14/18395764/Kemampuan.
Menulis.Banyak.Peneliti.Masih.Lemah (diakses 16 Oktober 2014, pukul 14.00 WIB).

Finoza, Lamuddin. Komposisi Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa Nonjurusan Bahasa. Jakarta: Diksi Insan Mulia, 2010.

Groth, Cheryl, et. al. English for Academic Purposes: Essay Writing. Yogyakarta: Andi, 2013.

Harmer, Jeremy. The Practice of English Language Teaching: Fourth Edition. Longman: London, 1991.

Harmer, Jeremy. How to Teach Writing. England: Longman, 2004.

Hasibuan, dkk., Proses Belajar Mengajar. Bandung: CV. Remaja Karya. 1998
Heaton, J. B., Writing English Language Test. New York: Longman, 1985
Heffernan, James A. W. dan Lincon, Jhon E. Writing a College Handbook Second Edition. America: Company Inc, 1986.
Hennessy, Brendan. Writing Feature Articles:A Practical Guide to Methods and Market Third Edition. Oxford: Focal Press, 1997.

Hudson, Suzanne. et. al., The Art of Writing about Art. London: Thomson Learning, Inc., 2002.
Hogue, Anna. First Steps in Academic Writing. San Franciso: Longman, 1996.
Johnson, D. and Johnson, R. T.,  Learning Together and Alone. Englewwod Cliffs, N. J: Prentice Hall, 1987

Jordan, R.R., Academic Writing Course. England: Longman, 2003.

Linse, Carolen T. dan Nunan, David. Practicel English Language Teaching: Young Learners. New York: McGraw-Hill, 2005.

Marahimin, Ismail. Menulis Secara Populer. Jakarta: Pustaka Jaya, 2010.

McKay, Sandra Lee dan Homberger, Nancy H. Sociolinguistics and Language Teaching. Cambridge: Cambridge University Press, 1996

Nunan, David. Colaborative Language Learning and Teaching. Cambridge:  Language Teaching  Library, 1989


Nurgiyantoro, Burhan. Penilaian Pembelajaran Bahasa Berbasis Kompetensi. Yogyakarta: BPFE, 2010.

Richard, I. Arends. Learning To Teach. McGraw-Hill Companies: Singapore, 1998
Russefendi. Pengantar Kepada Pengembangan Kompetensi Guru. Jakarta: Tarsito, 1989

Stanley, Linda et. al. Ways to Writing. America: Macmillan, 1988.
Surakhmad, Winarno. Metodologi Pengajaran Nasional. Bandung: Jemars, 1991
Syah, Muhibbin. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008.
Tarigan, Henry G. Menulis sebagai suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa, 2008.













     Menulis.Banyak.Peneliti.Masih.Lemah (diakses 16 Oktober 2014, pukul 14.00 WIB).
     Lebih.Rendah.daripada.Minat.Baca (diakses 10 Oktober 2014, pukul 13.45 WIB).
[4]    Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru (Bandung: Remaja  Rosdakarya, 2008), h. 119.
[5]    Ibid., h. 119.
[6]    Jeremy Harmer, The Practice of English Language Teaching: Fourth Edition (Longman: London, 1991), h. 265.
[7]    Henry G. Tarigan, Menulis sebagai suatu Keterampilan Berbahasa (Bandung: Angkasa, 2008), h. 3.
[8]    Cheryl Groth, et. al., English for Academic Purposes: Essay Writing (Yogyakarta: Andi, 2013), h. 1.
[9]    Ibid., h. 1.
[10]   Carolen T. Linse dan David Nunan, Practicel English Language Teaching: Young Learners (New York: McGraw-Hill, 2005), h. 98
[11]   H. Douglas Brown, Teaching by Principle: An Interactive Approch to Language Pedagogy Second Edition (San Franciso: Longman, 2000), h. 337.
[12]   Cheryl Groth, et. al., English for Academic Purposes: Essay Writing (Yogyakarta: Andi, 2013), h. 1.
[13]   Emi Emilia, Introducing Functional Grammar (Bandung: Pustaka Jaya, 2014), h. 284.
[14]   Jeremy Harmer, How to Teach Writing (England: Longman, 2004), h. 5.
[15]   Brendan Hennessy, Writing Feature Articles:A Practical Guide to Methods and Market Third Edition (Oxford: Focal Press, 1997), h. 186.
[16]   Henry Guntur Tarigan, Menulis sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa (Bandung: Angkasa, 2008), h. 7.
[17]  Ibid., h. 27.
[18]   Lamuddin Finoza, Komposisi Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa Nonjurusan Bahasa (Jakarta: Diksi Insan Mulia, 2010), h. 246
[19]   James A. W. Heffernan dan Jhon E. Lincon, Writing A College Handbook Second Edition (America: Company Inc., 1986), h. 89.
[20]   Lamuddin Finoza, op. cit., h. 246
[21]   Suzanne Hudson, et. al., The Art of Writing about Art (London: Thomson Learning, Inc., 2002), h. 3
[22]   Thomas E. Berry, The Craft of Writing (America: McGraw-Hill, 1974), h. 125.
[23]   Linda Stanley et. al., Ways to Writing (America: Macmillan, 1988), h. 147.
[24]   Ismail Marahimin, Menulis Secara Populer (Jakarta: Pustaka Jaya, 2010), h. 193.
[25]  Ibid., h. 193.
[26]   Anna Hogue, First Steps in Academic Writing (San Franciso: Longman, 1996), h. 6.
[27]   Ismail Marahimin, Menulis Secara Populer (Jakarta: Pustaka Jaya, 2010), h. 195.
[28]   Thomas E. Berry, The Craft of Writing (America: McGraw-Hill, 1974), h. 125-128.
[29]    R.R. Jordan, Academic Writing Course(England: Longman, 2003), h. 6-7.
[30]    Gabi Duigu, Essay Writing for English Test (Australia: Academic English Press, 2003), h.  2.
[31]   Burhan Nurgiyantoro, Penilaian Pembelajaran Bahasa Berbasis Kompetensi (Yogyakarta: BPFE, 2010), h. 439.
[32]   J. B. Heaton, Writing English Language Test (New York: Longman, 1985), h.146.
[33]  Winarno Surakhmad, Metodologi Pengajaran Nasional, (Bandung: Jemars, 1991), hlm. 75
[34]  Anthony, E. M, Approch, Method, and Teaching English LanguageTeaching, (New York: Tata McGraw – Hill Publissing Company Ltd.., 1985), hlm. 93.
[35]  H. Douglas Brown, Principles of LanguageLearning and Teaching, (New Jersey: Prentice Hall, Englewood Cliff, 1987), hlm. 7.
[36]  David Nunan, Colaborative Language Learning and Teaching, (Cambridge: Language   
     Teaching  Library, 1989), hlm. 101.
[37]  Nunan, Op. Cit., hlm. 33-34.
[38]  Richard, I. Arends, Learning To Teach. (McGraw-Hill Companies: Singapore, 1998), hlm.
     314.
[39]  D. Johnson and R. T. Johnson, Learning Together and Alone, (Englewwod Cliffs, N. J:
     Prentice Hall, 1987), hlm. 2.
[40]  Hasibuan, dkk., Proses Belajar Mengajar, (Bandung: CV. Remaja Karya. 1998), hlm. 128.
[41]  C. M. Charles, Individual Instruction, (Toronito: Mosiby Company, 1980), hlm. 76.
[42]  Hasibuan, dkk., hlm. 131.
[43]  Russefendi, Pengantar Kepada Pengembangan Kompetensi Guru, (Jakarta: Tarsito,
    1989), hlm. 249.
[44]  Sandra Lee McKay dan Nancy H. Homberger, Sociolinguistics and Language Teaching,   
    (Cambridge: Cambridge University Press, 1996), hlm. 7.
[45]  Brown., hlm. 81
[46]  Iwan Dudy Gunawan, Pengajaran Menulis Kolaboratif di kelas EFL : Studi Kualitatif di Jurusan Bahasa Inggris Universitas Pasundan Bandung (Bandung: Cv. Andira, 2003), hlm. 78
[47]  David W. Jhonson dan Roger T. Jhonson, Effect of co-operative and individual learning experinces on interethic interation, Journal of Educational Psychology, vol 73, 1999, hlm. 454.
[48] George A. Perguson, Statistical Analysis in Psychology an Education (New York: McGraw-Hill Book Company, 1981), hlm. 142
[49] Ibid.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar