DAFTAR
ISI
SAMPUL
KATA PENGANTAR
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB
I PENDAHULUAN.................................................. .…………………… 1
A.
Latar Belakang Masalah............................................... ……………… 2
B. Rumusan
Masalah……………………................................................. 3
C. Tujuan Penulisan……………………................................................... 4
BAB
II KAJIAN TEORETIK............................................................................. 4
A. Pengertian ilmu ………………........................... ………………….….. 4
B. Pengertian
Kebudayaan................................................ ……………… 7
BAB
III ANALISIS……………………………………………………………. 9
A. Peran
Ilmu dan Kebudayaan bagi Manusia......................................9
B. Dampak
Perkembangan Ilmu dan Kebudayaan Nasional................11
BAB
IV PENUTUP……………………………………………………………. 17
A. Kesimpulan.......................................................................................... ....17
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 18
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Filsafat
adalah ilmu yang menyelidiki segala sesuatu secara mendalam mengenai
ketuhanan, alam, dan manusia sehingga diharapkan dapat menghasilkan pengetahuan
tentang bagaimana hakikat yang dapat dicapai akal manusia setelah mencapai
pengetahuan. Menurut Louis filsafat merupakan hasil menjadikan
sadarnya manusia mengenai dirinya sendirinya menjadi pemikir, menjadi kritikus
untuk dirinya.[1]
Proses
pencapaian pengetahuan dalam kehidupan manusia tidak bisa terlepas akan peran
dari sebuah budaya, karena dalam lingkup kehidupan manusia dalam suatu kelompok
ada sebuah budaya ada sebuah nilai-nilai luhur yang mencirikan karateristik
masyarakat tersebut. Nilai-nilai budaya adalah jiwa dari kebudayaan dan menjadi
dasar segenap wujud kebudayaan. Kegiatan manusia mencerminkan budaya yang
dikandungnya.
Pada
dasarnya tataran hidup manusia merupakan pencerminan kongkret dari nilai budaya
yang bersifat abstrak. Proses kegiatan yang dilakukan oleh manusia merupakan
ciri kebudayan yang dapat ditangkap oleh pancaindera sedangkan nilai budaya dan
tataran hidup manusia adalah bagaian yang dimiliki oleh setiap manusia yang
perwujudannya ditopang oleh perwujudan kebudayaan yang bisa disebut sebagai
sarana kebudayaan. Sarana kebudayaan ini merupakan perwujudan yang bersifat
fisik yang merupakan produk dari kebudayaan atau alat yang memberikan kemudahan
berkehidupan.[2]
Ilmu harus
disesuaikan dengan nilai-nilai budaya dan nilai moral suatu masyarakat.
Keseluruhan fase dari kebudayaan di atas sangat erat hubungannya dengan
pendidikan sebab semua materi yang terkandung dalam suatu kebudayaan diperoleh
manusia secara sadar lewat proses belajar. Lewat proses pembelajaran inilah
diteruskan kebudayaan dari generasi yang satu kepada generasi selanjutnya.
Kebudayaan diteruskan dari waktu ke waktu, kebudayaan masa kini disampaikan ke
masa yang akan datang. Sehingga kebudayaan secara langsung dapat
diperoleh melalui pendidikan.
Suraijyo menjelaskan bahwa pada hakikatnya ilmu
merupakan unsur dari kebudayaan, antara ilmu dan kebudayaan ada hubungan
pengaruh timbal-balik.[3]
Perkembangan ilmu tergantung pada perkembangan kebudayaan, sedangkan
perkembangan ilmu dapat memberikan pengaruh pada kebudayaan. Hal ini merupakan
sistem pola yang bersifat mutlak. Keadaan sosial dan kebudayaan, saling
tergantung dan saling mendukung. Keduanya bersinergi untuk tetap saling mempengaruhi
satu sama lain. Disini ilmu mempunyai peran ganda yakni: 1) Ilmu
merupakan sumber nilai yang mendukung pengembangan kebudayaan. 2)
Ilmu merupakan sumber nilai yang mengisi pembentukan watak bangsa. Sehingga
dapat diartikan bahwa peran dari ilmu dan kebudayan tidak bisa dilepaskan dari
proses perkembangan kehidupan manusia sampai saat ini. Sehingga dalam makalah ini penulis tertarik
untuk melakukan kajian terkait tentang dampak
perkembangan ilmu dan kebudayaan nasional bagi kehidupan manusia.
B. Rumusan Masalah
Seperti yang
telah diungkapkan dalam latar belakang
di atas, penulis menetapkan rumusan masalah makalah ini meliputi:
1. Apakah
pengertian ilmu dan pengertian kebudayaan?
2. Bagaimana
dampak perkembangan ilmu dan perkembangan kebudayaan nasional bagi kehidupan
manusia?
C.
Tujuan
Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
1. Untuk
mengetahui pengertian ilmu dan pengertian kebudayaan.
2. Untuk
mengetahui dampak perkembangan ilmu dan perkembangan kebudayaan bagi kehidupan
manusia.
KAJIAN
TEORETIK
A. Pengertian Ilmu
Ilmu berasal
dari bahasa Arab: ‘alima, ya’lamu, ‘ilman
dengan wazan fa’ila, yaf’alu, yang berarti
mengerti memahami benar-benar. Sedangkan dalam bahasa Inggris disebut science; dari bahasa Latin scientia (pengetahuan), scire (mengetahui). Sinonim yang paling
dekat dengan bahasa Yunani adalah episteme. Dan pengertian ilmu yang terdapat
dalam kamus bahasa Indonesia adalah pengetahuan tetang suatu bidang yang
disusun secara bersistem menurut metode – metode tertentu, yang dapat digunakan
untuk menerangkan gejala – gejala tertentu dibidang (pengetahuan) itu.
Ilmu
merupakan suatu hal yang paling penting bagi manusia. Melalui ilmu semua
keperluan dan kebutuhan manusia bisa terpenuhi secara lebih cepat dan lebih
murah. Peradapan manusia sangat berhutang kepada ilmu, karena ilmu merupakan
sarana untuk membantu manusia dalam mencapai tujuan hidupnya.
Ilmu adalah pengetahuan
yang pasti, sistematik, metodik, ilmiah dan mencakup kebenaran umum mengenai
objek studi. Ilmu membentuk daya intelegensi yang menghasilkan
keterampilan atau skill.[4]
Ilmu merupakan sebuah pengetahuan yang dapat diketahui oleh individu. Ilmu digali
dan ditemukan oleh manusia untuk mempermudah aktivitas dalam kehidupannya.
Praja menyatakan ilmu sebagai sesuatu yang melekat pada manusia di mana ia
dapat mengetahui segala sesuatu yang asalnya ia tidak ketahui.[5]
Seseorang yang memilki banyak ilmu dan berhasil menemukan ilmu baru dapat
dikatakan sebagai seorang ilmuan, ahli pengetahuan dan lain sebagainya.
Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa ilmu adalah pengetahuan
yang diperoleh oleh manusia dengan syarat kriteria ilmiah yang merupakan
kebenaran.
Pada
hakikatnya tujuan ilmu adalah untuk mempermudah aktivitas manusia dalam
memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuannya. Berdasarkan hal tersebut Van Melsen dalam Suraijyo mengemukakan ada delapan
ciri yang menandai ilmu, yaitu:
1. Ilmu pengetahuan
secara metodis harus mencapai suatu keseluruhan yang secara logis koheren. Itu
berarti adanya sistem dalam penelitian (metode) maupun harus (susunan logis).
2. Ilmu
pengetahuan tanpa pamrih, karena hal itu erat kaitannya dengan tanggung jawab
ilmuwan.
3. Universalitas
ilmu pengetahuan, semua ilmu yang diketahui itu bersifat universal.
4. Obyektivitas,
artinya setiap ilmu terpimpin oleh obyek dan tidak didistorsi oleh
prasangka-prasangka subyektif.
5. Ilmu
pengetahuan harus dapat diverifikasi oleh semua peneliti ilmiah yang
bersangkutan, karena itu ilmu pengetahuan harus dapat dikomunikasikan. Ilmu
pada dasarnya sudah diakui oleh peneliti ilmiah. Terdapat kesepakatan yang
sesuai dengan fakta dan pengetahuan yang ada.
6. Progresivitas
artinya suatu jawaban ilmiah baru bersifat ilmiah sungguh-sungguh, bila
mengandung pertanyaan-perta-nyaan baru dan menimbulkan problem-problem baru
lagi.
7. Kritis,
artinya tidak ada teori yang definitif, setiap teori terbuka bagi suatu
peninjauan kritis yang memanfaatkan data-data baru.
8. Ilmu
pengetahuan harus dapat digunakan sebagai perwujudan kebertauan antara teori
dengan praktis.[6]
B. Pengertian
Kebudayaan
Kebudayaan berasal dari bahasa Sangsekerta buddhayah
yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau akal. Dengan demikian kebudayaan dapat diartikan hal-hal yang bersangkutan dengan
akal. Berikut ini beberapa pengertian kebudayaan dari para ahli yaitu :
1. Ki Hajar
Dewantara
Kebudayaan berarti buah budi manusia adalah hasil
perjuang manusia terhadap dua pengaruh kuat yakni alam dan zaman (kodrat dan
manusia) yang merupakan bukti kejayaan hidup manusia untuk mengatasi berbagai
rintangan dan kesukaran di dalam hidup dan penghidupan guna mencapai
keselamatan dan kebahagiaan yang pada lahirnya bersifat tertib dan damai.
2. Sultan Takdir
Alisyahbana
Kebudayaan adalah manifestasi dari cara berpikir
sehingga menurutnya pola kebudayaan itu sangat luas sebab semua laku dan
perbuatan tercangkup di dalamnya dan dapat diungkapkan pada basis dan cara
berpikir termaksud di dalamnya perasaan karena perasaan juga merupakan maksud
dari pikiran.
3. Koentjaraningrat
Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan,
tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang
dijadikan milik diri manusia dengan belajar.
4. Malinowski
Kebudayaan pada prinsipnya berdasarkan atas berbagai
sistem kebutuhan manusia. Tiap tingkat kebutuhan itu menghadirkan corak budaya
yang khas. Misalnya guna memenuhi kebutuhan manusia akan keselamatannya maka
timbul kebudayaan yang berupa perlindungan yakni seperangkat budaya dalam
bentuk tertentu seperti lembaga kemasyarakatan.[7]
Dari
pendapat-pendapat
para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa kebudayaan merupakan suatu analisis
tertentu yang mengandung makna totalitas dari dari hasil cipta dan karya yang
bersumber dari akal budi manusia.
ANALISIS
A.
Peran Ilmu dan Kebudayaan bagi Manusia
Ilmu merupakan bagian dari
pengetahuan dan pengetahuan merupakan unsur dari kebudayaan. Menurut Talcot dalam Suriasumantri,
mereka saling mendukung satu sama lain; dalam beberapa tipe masyarakat ilmu
dapat berkembang dengan pesat, demikian pula sebaliknya, masyarakat tersebut
tak dapat berfungsi dengan wajar tanpa didukung perkembangan yang sehat dari
ilmu dan penerapan.[8]
Ilmu dan kebudayaan berada pada
posisi yang saling tergantung dan saling mempengaruhi. Pada satu pihak
perkembangan ilmu dalam suatu masyarakat tergantung dari kondisi kebudayaannya.
Sedangkan dipihak lain, pengembangan ilmu akan mempengaruhi jalannya
kebudayaan. Ilmu terpadu secara intim dengan keseluruhan sistem sosial dan
tradisi kebudayaan.
Manusia dapat diartikan sebagai objek dari suatu kebudayaan memiliki sangat
banyak kebutuhan, pemenuhan kebutuhan inilah yang menjadi salah satu cara
manusia untuk mengembangkan unsur-unsur kebudayaan yang dikenalnya
Menurut
Maslow
pengembangan kebutuhan
manusia sebagai makhluk sosial diidentifikasi menjadi lima kelompok, yaitu
kebutuhan fisiologis, rasa aman, afiliasi, harga diri dan pengembangan potensi.
1. Fisiologis
berhubungan dengan seluk beluk kelompok,fungsi dan bagian kehidupan.
2. Rasa aman
berhubungan dengan perlindungan diri.
3. Afiliasai
berhubungan dengan kerjasama atau hubungan dengan orang lain.
4. Harga diri
berhubungan dengan kehormatan
5. Pengembangan
potensi berhubungan dengan kemampuan untuk memaksimalkan bakat dan sebagainya.[9]
Manusia sebagai makhluk tuhan pada dasarnya tidak mampu untuk bertindak
instrintif atau berdasarkan naruli semata seperti yang terjadi pada hewan. Oleh
karena itulah dikembangkan suatu cara untuk mengajarkan cara hidup yang kita sebut
sebagai kebudayaan. Akan tetapi meski tidak dapat bertindak instrintif, manusia
memiliki kemampuan komunikasi, belajar dan menguasai objek-objek secara fisik.
Nilai-nilai kebudayaan adalah jiwa dari kebudayaan dan
menjadi dasar dari segenap wujud kebudayaan. Selain nilai budaya kebudayaan
juga diwujudkan dalam tata hidup yang merupakan kegiatan manusia yang
mencerminkan nilai budaya yang dikandungnya. Nilai budaya bersifat abstrak
sedangkan tataran hidup bersifat nyata atau real. Kegiatan manusia dapat
ditangkap oleh panca indera sedangkan nilai budaya hanya tertangguk oleh budi
manusia.
Kebudayaan adalah hasil cipta, karya dari manusia,
yang bersumber dari akal, rasa dan kehendak manusia. Oleh karena itu,
kebudayaan tidak akan dapat berhenti, selama manusia masih menciptakan karya
maka, prosesnya akan terus ada. Selama adanya aktivitas manusia untuk mencapai
keinginan dan kehendaknya untuk hidup berkualitas. Dengan demikian, apabila
kebudayaan adalah hasil karya manusia, maka ilmu ilmu sebagai hasil akal pikir
manusia juga merupakan kebudayaan. Namun dapat dikatakan sebagai hasil akhir
dalam perkembangan mental manusia dan dapat dianggap sebagai hasil yang
paling optimal dalam kebudayaan manusia.
B. Dampak Perkembangan Ilmu dan Kebudayaan Nasional
Ilmu dan
kebudayaan berada dalam posisi yang saling tergantung dan saling mempengaruhi.
Suriasumantri menyatakan pada satu pihak perkembangan ilmu dalam suatu
masyarakat tergantung dari kondisi kebudayaann.[10] Di lain pihak, pengembangan ilmu akan mempengaruhi jalannya
kebudayaan. Dalam rangka pengembangan kebudayaan nasional ilmu mempunyai
peranan ganda. Pertama, ilmu merupakan sumber nilai yang mendukung
terselenggaranya perkembangan kebudayaan nasional. Kedua, ilmu merupakan sumber
nilai yang mengisi pembentukan watak suatu bangsa. Pada kenyataannya kedua
fungsi ini terpadu satu sama lain dan sukar dibedakan. Dengan demikian,
terdapat nilai-nilai ilmiah pada pengembangan kebudayaan nasional yang
didasarkan ke arah peningkatan peranan keilmuan. Ada dua hal penting yang
terdapat dalam peningkatan peran keilmuan meliputi:
1. Nilai-nilai Ilmiah dan Pengembangan Kebudayaan
Nasional
Pengembangan kebudayaan nasional pada hakikatnya
adalah perubahan kebudayaan yang sekarang bersifat konvensional ke arah situasi
kebudayaan yang lebih mencerminkan apresiasi dan tujuan nasional. Proses
pengembangan kebudayaan ini pada dasarnya adalah penafsiran kembali nilai-nilai
konvensional agar nilai sesuai dengan tuntunan zaman serta pertumbuhan
nilai-nilai baru yang fungsional.
2.
Peningkatan
Peranan Keilmuan
Keadaan masyarakat kita sekarang masih jauh dari tahap
masyarakat yang berorientasi pada ilmu. Bahkan dalam masyarakat yang telah
terdidik pun ilmu masih merupakan koleksi teori-teori yang bersifat akademik
yang sama sekali tidak fungsional dalam kehidupan sehari-hari. Dengan
demikian, perlunya meningkatkan peranan dan kegiatan keilmuan yang pada
pokoknya mengandung beberapa pemikiran dibawah ini:
a.
Ilmu merupakan bagian dari kebudayaan dan oleh sebab
itu langkah-langkah ke arah peningkatan peranan dan kegiatan keilmuan harus
memperhatikan situasi kebudayaan masyarakat kita.
b.
Ilmu merupakan salah satu cara dalam menemukan
kebenaran.
c.
Asumsi dasar dari semua kegiatan dalam menemukan
kebenaran adalah rasa percaya terhadap metode yang dipergunakan dalam kegiatan
tersebut.
d.
Pendidikan keilmuan harus sekaligus dikaitkan dengan
pendidikan moral. Makin pandai seseorang dalam bidang keilmuan dianggap harus
makin luhur landasan moralnya.
e.
Pengembangan bidang keilmuan harus disertai dengan pengembangan
bidang filsafat terutama yang menyangkut keilmuan.
f. Kegiatan
ilmiah harus bersifat otonom yang terbebas dari kekangan struktur kekuasaan.[11]
Berdasarkan
hal tersebut, pengkajian pengembangan kebudayaan nasional tidak dapat
dilepaskan dari pengembangan ilmu. Dalam kurun dewasa ini yang dikenal sebagai
kurun ilmu dan teknologi, kebudayaan kita pun tak terlepas dari pengaruhnya,
dan mau tidak mau harus ikut memperhitungkan faktor ini. Oleh karena itu,
pengkajian akan difokuskan pada usaha untuk meningkatkan peranan ilmu sebagai
sumber nilai yang mendukung pengembangan kebudayaan nasional. Dalam hal ini,
akan dikaji hakikat dan nilai-nilai yang dikandungnya serta pengaruhnya
terhadap pengembangan kebudayaan nasional.
Kebudayaan
Indonesia pada hakekatnya adalah satu. Walaupun Indonesia memiliki perbedaan
perbedaan budaya, tradisi, adat istiadat dan kebiasaan. Tetapi, dengan tujuan
dan semangat kebangasaan budaya Indonesia yang beragam tetap utuh dan satu
dalam perbedaaan tersebut. Pada dasarnya corak ragam kebudayaan
yang ada menggambarkan kekayaan kebudayaan bangsa Indonesia yang menjadi modal
dan landasan pengembangan budaya bangsa seluruhnya. Hasil-hasil dari
pengembangan budaya tersebut dapat dinikmati oleh seluruh bangsa. Oleh karena
itu, pentingnya pembinaan dan pemeliharaan kebudayaan nasional. Pentingnya
dilakukan penggalian dan pemupukan kebudayaan daerah sebagai unsur penting yang
memperkaya dan memberi corak kepada kebudayaan nasional.
Tradisi
serta peninggalan sejarah yang mempunyai nilai perjuangan dan kebanggaan serta
kemanfaatan nasional juga dibina dan dipelihara untuk dapat diwariskan kepada
generasi muda. Pembinaan kebudayaan nasional harus sesuai dengan norma-norma
Pancasila. Di samping itu harus dicegah timbulnya nilai-nilai sosial budaya
yang bersifat feodal dan untuk menanggulangi pengaruh kebudayaan asing yang
negatif. Di lain pihak cukup memberikan kemannpuan masyarakat untuk menyerap
nilai-nilai dari luar yang positif dan yang memang diperlukan
bagi pembaharuan dalam proses pembangunan, selama
tidak bertentangan dengan kepribadian bangsa.
Pola kebudayaan muncul berdasarkan sistem suatu
masyarakat. Perkembangannya dipengaruhi oleh ilmu, menurut Suriasumantri
mengemukakan di negara kita telah mengalami polarisasi membentuk kebudayaan
sendiri.[12]
Polarisasi yang dimaksud dalam hal ini adalah pembagian atas dua bagian
(kelompok orang yang berkepentingan) yang berlawanan. Polarisasi ini didasarkan
kepada kecendrungan beberapa kalangan tertentu untuk memisahkan ke dalam dua
golongan yakni ilmu alam dan ilmu sosial. Perbedaan ini menjadi sedemikian
tajam seolah-olah kedua golongan itu membentuk dirinya sendiri yang
masing-masing terpisah satu sama lain. Seakan-akan terdapat dua kebudayaan
dalam bidang keilmuan. Tak dapat disangkal terdapat perbedaan antara ilmu-ilmu
alam dan ilmu-ilmu sosial, namun perbedaan ini hanya bersifat teknis. Jika di
telaah kembali dasar ontologis, epostemologis, dan aksiologisnya sama.
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Ilmu adalah
pengetahuan yang pasti, sistematik, metodik, ilmiah dan mencakup kebenaran umum
mengenai objek studi. Ilmu membentuk daya intelegensi yang menghasilkan
keterampilan atau (skill).
Kebudayaan adalah hasil cipta, karya dari manusia,
yang bersumber dari akal, rasa dan kehendak manusia.
Perkembangan ilmu dan kebudayaan
sangat beriringan. Ilmu merupakan sumber nilai yang mendukung kebudayaan. Ilmu
dan kebudayaan berada pada posisi yang saling tergantung dan saling
mempengaruhi. Pada satu pihak perkembangan ilmu dalam suatu masyarakat
tergantung dari kondisi kebudayaannya. Sedangkan dipihak lain, pengembangan
ilmu akan mempengaruhi jalannya kebudayaan. Ilmu terpadu secara intim dengan
keseluruhan sistem sosial dan tradisi kebudayaan.
DAFTAR PUSTAKA
Kattsof, Louis O f. (2003).Pengantar
Filsafat. Yogyakarta. Tiara wacana Yogya.
Praja,
Juhaya S. (2003). Aliran-aliran Filsafat dan Etika. Jakarta:
Prenada Media.
Suriasumantri, Jujun S. (2005). Filsafat Ilmu:
Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan
Surajiyo. (2009). “Hubungan
dan Peranan Ilmu terhadap Pengembangan Kebudayaan Nasional”. http://research.mercubuana.ac.id/?p=84. Di akses online 5 Januari 2016.
Susanto. (2011). Filsafat
Ilmu: Suatu Kajian dalam Dimensi Ontologis, Epistemologis, dan Aksiologis. Jakarta:
PT. Bumi Aksara.
[1] Louis O Kattsoff. Pengantar Filsafat. (Yogyakarta: Tiara wacana Yogya, 20033), hlm.
7
[2] Jujun S.Suriasumantri. Filsafat
Ilmu: Sebuah Pengantar Populer. (Jakarta:
Pustaka Sinar Harapan, 2010), hlm. 262.
[4] Susanto. FilsafatIlmu: Suatu Kajian dalam Dimensi Ontologis, Epistemologis, dan
Aksiologis,
(Jakarta: PT. Bumi
Aksara, 2011), hlm.122.
[6] Van Melsen dalam Surajiyo, Hubungandan Peran Ilmu terhadap Pengembangan Kebudayaan Nasional .2009,
hlm. 4.
[7] Supartono Widyosiswoyo dalam Surajiyo, Hubungan dan Peran Ilmu terhadap Pengembangan Kebudayaan Nasional .2009,
hlm. 4.
[8] Talcot dalam Jujun S.Suriasumantri. Filsafat
Ilmu: Sebuah Pengantar
Populer. (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2010), hlm.272.
[9] Maslow dalam Jujun S.Suriasumantri.Filsafat
Ilmu: Sebuah Pengantar Populer. (Jakarta: Pustaka
Sinar Harapan, 2010), hlm.262
[10] Jujun S.Suriasumantri. Filsafat
Ilmu: Sebuah Pengantar Populer. (Jakarta:
Pustaka Sinar Harapan, 2010), hlm.272.
[11] Jujun S.Suriasumantri.Filsafat
Ilmu: Sebuah Pengantar Populer (Jakarta:
Pustaka Sinar Harapan, 2010), hlm.278-280.
[12] Jujun S.Suriasumantri.Filsafat
Ilmu: Sebuah Pengantar Populer. (Jakarta:
Pustaka Sinar Harapan, 2010), hlm.281
Tidak ada komentar:
Posting Komentar