A. PENDAHULUAN
Salah satu permasalahan dalam proses belajar mengajar
yang dilakukan disekolah-sekolah pada umumnya terkait dengan model pengajaran
yang digunakan guru dikelas. Setiap model pengajaran yang digunakan haruslah
efektif, artinya melalui model tersebut tujuan pembelajaran dan pengajaran yang
telah direncanakan dapat tercapai secara optimal. Sebuh model pengajaran dapat
memberikan hasil yang optimal, jika pengaplikasiannya mempertimbangkan beberapa
faktor terkait, yang meliputi faktor siswa,
bahan ajar, dan tingkat kesulitan bahan ajar yang digunakan.
Pembelajaran tidak hanya menekankan sebatas konsep dan
teori saja, tetapi harus disertai dengan pengaplikasiannya.[1]
Artinya seorang guru dituntut tidak hanya mampu menyampikan materi pembelajaran
dengan baik tetapi juga mampu memaksimalkan kemampuan siswa secara aplikatif,
berdasarkan konsep pembelajaran yang sudah diberikan. Pengenalan tentang konsep
tentu sangat diperlukan dalam proses pembelajaran sebagai dasar pijakan dalam
memulai pengembangan dalam proses pembelajaran, tetapi akan lebih baik menurut
pandangan penulis jika proses pembelajaran juga menuntut siswa aktif untuk
mengoptimalkan kemampuan yang ada disetiap siswa, terkhusus dalam pembelajaran
bahasa.
Model pembelajaran yang sering digunakan saat ini
banyak mengarah hanya kesatu arah saja, sehingga hal ini akan membuat siswa
cenderung hanya memfungsikan indra penglihatan dan pendengaran saja.
Pembelajaran yang lebih ke arah orientasi siswa dan tidak berpatokan dengan
guru sebagai satu-satunya sumber belajar juga harus diterapkan. Dalam hal
ini dibutuhkan kerjasama yang baik antara guru dan siswa. Tuntutan
sebagai guru harus menggunakan model pembelajaran yang tepat dalam meningkatkan
hasil belajar siswa.
Berdasarkan
kondisi di atas, maka penulis mencoba memberikan
pandangan yang dituangkan dalam artikel ini dengan mengkaji secara teoretis terkait
tentang orientasi baru pengajaran bahasa melalui penerapan pembelajaran
koopertaif (cooperative learning),
dimana penulis menyadari bahwa setiap model pembelajaran memiliki kelebihan dan
kekurangan, termasuk dari segi penerapan model pembelajaran kooperatif ini.
Akan tetapi penulis berpandangan bahwa jika dalam proses pembelajaran khususnya
bahasa, dimulai dengan hanya menggunkan model pengajaran langsung atau yang
biasa disebut model demonstrasi (ceramah) yang lebih berpusat dalam penyampaian
materi oleh guru, kemudian tidak dilanjutkan dengan mengoptimalkan potensi yang
dimiliki siswa berdasarkan konsep materi yang sudah disampaikan seperti
mengunakan model pembelajaran kooperatif, akan cendrung tidak efektif dibanding
jika guru memberikan porsi lebih kepada siswa untuk aktif dalam proses
pembelajaran.
B.
PEMBAHASAN
Pembelajaran
kooperatif bernaung dalam teori konstruktivis.[2]
Pembelajaran ini muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan
memahami konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan teman. Siswa
secara rutin berkerja dalam kelompok untuk saling membantu memecahkan masalah
yang kompleks. Jadi, hakikat sosial dan penggunaan kelompok teman sejawat
menjadi aspek utama dalam pembelajaran kooperatif. Ide utama dari pembelajaran
kooperatif[3]
yaitu bahwa siswa berkerja sama untuk belajar dan bertanggung jawab atas
kesuksesan kelompok yang hanya dapat dicapai jika semua anggota kelompok
mencapai tujuan atau penguasaan materi. Sebelumnya
siswa harus diberi penjelasan
atau diberi pelatihan tentang bagaimana dapat bekerja sama yang baik dalam hal:
Ø
Bagaimana menjadi
pendengar yang baik
Ø Bagaimana memberi penjelasan yang baik
Ø Bagaimana cara mengajukan pertanyaan dengan benar dan
lain-lainnya.
Pembelajaran kooperatif akan lebih efektif
penggunanya dalam lingkup pembelajaran bahasa, terutama pembelajaran bahasa
asing seperti bahasa Inggris. Kita tahu dalam proses pembelajaran bahasa ada
empat bentuk kemampuan yang harus dikuasai siswa, empat kemampuan tersebut
meliputi mendengar, berbicara, membaca dan menulis. Keempat bentuk kemampuan
ini tidak akan dipelajari secara optimal jika guru hanya berfokus pada model
pembelajaran ceramah saja, dan hanya menjadi pusat pembelajaran dan tidak
melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembalajaran. Berbeda jika peran guru dalam pembelajaran cooperative learning, dimana guru hanya sebagai
fasilitator, moderator, organisator dan mediator. Kondisi tersebut berakibat
pada peran dan fungsi siswa yang terlihat, keterlibatan semua siswa akan dapat
memberikan suasana aktif dan pembelajaran terkesan demokratis, dan masing-masing
siswa punya peran serta akan memberikan pengalaman belajarnya kepada siswa
lain, khususnya dalam pembelajaran bahasa.
Para ahli telah
menunjukan bahwa pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan kinerja siswa dalam
tugas-tugas akademik, unggul dalam membantu siswa memahami konsep yang sulit,
dan membantu siswa menumbuhkan kemampuan berpikir kritis. Pembelajaran
kooperatif dapat memberikan keuntungan, baik pada siswa kelompok bawah maupun
kelompok atas yang berkerja bersama menyelesaikan tugas akademik. Pembalajaran
kooperatif juga mempunyai efek yang berarti terhadap penerimaan yang luas
terhadap keragaman ras, budaya dan agama, strata sosial, kemampuan, dan
ketidakmampuan, yang semua itu menjadi bagian dari tujuan pembelajaran
kooperatif[4].
Proses demokratis dan peran aktif merupakan
ciri yang khas dari lingkungan pembelajaran kooperatif. Dalam pembentukan
kelompok, guru menerapka struktur tingkat tinggi, dan guru juga mendefinisikan
semua prosedur. Meskipun demikian, guru tidak dibernarkan mengelola tingkah
laku siswa dalam kelompok secara ketat, dan siswa memiliki ruang dan peluang
untuk secara bebas mengendalikan ativitas di dalam kelompoknya. Selain itu,
pembelajaran kooperatif menjadi sangat efektif jika materi pembelajaran
tersedia lengkap dikelas, ruang guru, perpustakan, ataupun di pusat media.
Pembelajaran kooperatif sangat memerlukan
kerja sama antar-siswa dan saling ketergantungan dalam struktur pencapian
tugas, tujuan, dan penghargaan. Keberhasilan pembelajaran ini tergantung dari
keberhasilan masing-masing individu dalam kelompok, di mana keberhasilan
tersebut sangat berarti untuk mencapai suatu tujuan yang positif dalam belajar kelompok.
Penulis berpandangan bahwa perlu adanya perubahan paradigma pemikiran bahwa
guru bukan lagi sebagai sumber utama dalam proses pembelajaran, akan tetapi
guru hanya mitra dan pembimbing proses pembelajaran. Yang harus mendapatkan
porsi lebih banyak dalam proses pembelajaran hanya terfokus pada siswa,
sehingga pentingnya pemahaman akan model pengajaran baru yang lebih
menitikberatkan kepada aktivitas dari siswa dari pada guru. Hal tersebut
merupakan bagian dari orientasi baru dalam pengajaran bahasa yang coba merubah
fokus pembelajaran dari guru kesiswa.
C.
SIMPULAN
Model pembalajaran bisa diartikan sebagai
salah satu kunci keberhasilan pengajaran, khususnya dalam pengajaran bahasa.
Jika model yang digunakan dalam proses belajar mengajar tidak tepat maka tujuan
pembelajaran tidak akan sesuai dengan harapan. Selain itu model pembelajaran
tidak hanya diharapkan dapat menyampaikan materi pengajaran bahasa dengan baik,
tetapi model juga harus mampu menjadi fasilitator pengembangan bahasa dari
potensi siswa itu sendiri, karena keterampilan berbahasa tidak akan bisa
dikuasai jika siswa hanya diajakan pada fokus mendengar dan melihat saja, tanpa
melatih kemampuan dari indra penting lainnya. Ini diartikan bahwa peran dari
model pembelajaran yang menuntut siswa aktif dibutuhkan bagi pengajaran bahasa
salah satunya adalah model pembalajaran kooperatif.
DAFTAR PUSTAKA
Ibnu B, Trianto. Mendesain Model Pembelajaran. Jakarta:
Prenadamedia Group, 2013.
Ibrahim, Rahchmadiarti.
Pembelajaran Kooperatif. Surabaya:
Univesity Press. 2000.
Santoso singgih. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif dan
Motivasi Belajar
Terhadap Peningkatan Hasil Belajar
Fisika Siwa Kelas SMA Negeri 1 Purwantoro Wonogiri, Jawa Tengah.
2013, jurnal, volume 5 nomor 1, diunduh 8 Februari 2016.
[1] Santoso singgih,
Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif dan Motivasi Belajar Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Fisika
Siwa Kelas SMA Negeri 1 Purwantoro Wonogiri, Jawa Tengah. 2013, jurnal, volume 5 nomor 1, diunduh 8 Februari 2016.
[3] Tujuan pokok
belajar kooperatif ialah memaksimalkan belajar siswa untuk meningkatkan
prestasi akademik dan pemahaman baik secara individu maupun kelompok. Trianto
Ibnu B. Mendesain Model Pembelajaran.
(Jakarta: Prenadamedia Group, 2013), h. 109
[4] Tujuan pembelajaran
kooperatif mencakup tiga jenis tujuan penting, yaitu hasil belajar akademik,
penerimaan terhadap keragaman, dan pengembangan keterampilan sosial. Rahchmadiarti
Ibrahim. Pembelajaran Kooperatif.
(Surabaya: Univesity Press. 2000), h. 7.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar