BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Bahasa adalah alat komunikasi
yang digunakan antar manusia dalam aktivitas kehidupan sehari-hari mereka.
Bahasa berkembang sesuai dengan kebutuhan manusia. Setiap wilayah ataupun
negara memiliki ciri khas bahasa yang berbeda-beda, sehingga timbul suatu
perkembangan untuk dapat berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang dalam
suatu wilayah / negara lain kita dapat mempelajarai bahasa tersebut sebagai
proses pembelajaran bahasa kedua, diluar dari pada bahasa pertama kita.
Dalam proses pembelajaran
bahasa kedua atau bahasa
asing, kita tidak akan terlepas dengan pengaruh dari bahasa dan budaya bahasa
pertama kita. Mempelajari bahasa kedua tidaklah semudah dengan mempelajari
bahasa pertama kita, karena terdapat beberapa hambatan dan kesulitan pemahaman
atau penguasaan bahasa kedua. Proses pengajaran dan pembelajaran bahasa kedua
bagi seorang guru maupun peserta didik haruslah memiliki pemahaman yang baik
dengan ilmu bahasa yang mengkaji perbedaan antara bahasa pertama dan kedua,
yang disebut dengan analisis kontrastif.
Dengan adanya analisa kontrastif
diharapkan dapat membantu untuk memahami bahasa kedua atau
bahasa asing yang dipelajari dengan lebih mudah. Ada dua aspek yang bisa dikaji dalam analisis kontrastif,
pertama secara ranah mikrolingustik yang didalamnya meliputi Struktur
internal bahasa yaitu fonologi, studi tentang bunyi; morfologi, ilmu bentuk
imbuhan kata; sintaksis, studi tentang kombinasi kata atau studi struktur kata,
dan semantik, studi tentang arti. Kedua secara makrolinguistik meliputi
psikologi, sosiolinguistik dan budaya.
Analisis
kontrastif yang akan digunakan dalam makalah ini adalah analisis mikrolinguistik
dari segi sintaksis, dimana akan dikaji tentang perbedaan dan persamaan
pengunaan kalimat pengandaian dalam bahasa Indonesia sebagai bahasa pertama
dengan bahasa Inggris sebagai bahasa kedua. Berdasar pada kurikulum, dikatakan dalam pengajaran bahasa baik
Indonesia dan bahasa Inggris mencakup empat
kriteria keterampilan
bahasa yang meliputi menyimak (listening), berbicara
(speaking), membaca (reading), dan menulis (writing). Untuk pengajaran tata
bahasa (grammar) tidak secara tersurat tercakup dalam kurikulum tersebut. Meskipun demikian, pengajaran tata bahasa menjadi suatu kesatuan dalam pengajaran keempat
keterampilan bahasa seperti yang telah tertulis di atas.
Pengajaran bahasa baik
itu bahasa Indoneisa maupun Inggris tidak lepas dari pengajaran tata bahasa (grammar). Meskipun terkadang masih banyak kesulitan yang dialami pengajar dalam
memberikan pemahaman kepada siswa tentang tata bahasa, khususnya tata bahasa
Inggris. Salah satu materi tatat bahasa (grammar) yang sangat sulit dipahami oleh siswa adalah
pengandaian (conditional sentence). Dari sekolah dasar, siswa telah diajarkan
pengandaian ini dan terus berulang sampai mereka menapak jenjang sekolah
menengah atas dengan derajat dan tingkat yang lebih tinggi. Guru harus
mengulang setiap mengajarkan pengandaian di tingkat awal setiap kali akan
mengajarkan persyaratan di tingkat lebih tinggi.
Dalam makalah ini coba dibahas tentang penyebab kesulitan belajar dalam memahami
tata bahasa, khususnya pengandaian atau conditional sentence dalam
bahasa
Inggris sebagai bahasa asing dengan perbandingan pengandaian di dalam bahasa
Indonesia sebagai bahasa pertama. Dengan demikian diharapkan akan memberikan
suatu kemudahan dalam mengajar dan memberi pemahaman tentang pengandaian atau conditional sentence bahasa Inggris di dalam kelas dan berdampak pada
pemanfaatan bahasa asing untuk komunikasi baik lisan maupun tertulis.
B.
Rumusan
Masalah
Adapun
fokus kajian dalam makalah ini adalah tentang tingkat persamaan dan perbandingan kalimat pengandaian
pada bahasa Indonesia dan bahasa Inggris
C.
Tujuan
Penulisan
Tujuan
penulisan makalah ini adalah untuk mendeskripsikan tingkat persamaan dan perbandingan kalimat pengandaian dalam bahasa
Indonesia dan bahasa Inggris.
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Analisis
Kontrastif
Analisis kontrastif adalah analisa yang digunakan dalam mencari suatu
perbedaan yang sering membuat pembelajar bahasa kedua mengalami kesulitan dalam
memahami suatu materi bahasa.[1]Kridalaksana
menyatakan bahwa analisis kontrastif adalah metode sinkronis dalam analisis
bahasa untuk menunjukkan persamaan dan perbedaan antara bahasa-bahasa atau
dialek-dialek untuk mencari prinsip yang dapat diterapkan untuk masalah yang
praktis, seperti pengajaran bahasa dan penerjemahan.[2]
Analisis kontrastif dikembangkan dan dipraktikkan sebagai suatu aplikasi
linguistik struktural pada pengajaran bahasa. Oleh karena itu,analisis
kontrastif dapat dipakai untuk mengatasi kesukaran-kesukaran yang utama dalam
belajar bahasa asing, dapat memprediksi adanya kesukaran kesukaran sehingga
efek-efek interferensi dari bahasa pertama dapat dikurangi.
Sementara itu, Tarigan mengatakan bahwa analisis
kontrastif berupa prosedur kerja, adalah aktivitas atau kegiatan yang mencoba
membandingkan struktur B1 dengan struktur B2 untuk mengidentifikasi perbedaan-perbedaan
diantara kedua bahasa.[3]
Perbedaan-perbedaan antara dua bahasa, yang diperoleh dan dihasilkan melalui
anakon, dapat digunakan sebagai landasan dalam meramalkan atau memprediksi
kesulitan-kesulitan atau kendala-kendala belajar bahasa yang akan dihadapi oleh
siswa di sekolah, dalam belajar B2.
Berdasarkan pemahaman tersebut dapat disimpulkan bahwa
analisis kontrastif adalah pendekatan dalam pengajaran bahasa yang menggunakan
teknik perbandingan antara bahasa pertama (B1) dengan bahasa kedua (B2) atau
bahasa yang sedang dipelajari sehingga guru dapat meramalkan kesalahan siswa
dan siswa segera tahu kemudian dapat menguasai bahasa yang bukan bahasa yang
sedang dipelajari.
B.
Prinsip – Prinsip Analisis
Kontrastif
Dalam proses analisis kontrastif ada dua prinsip yang
harus kita ketahui dalam membandingkan bahasa pertama dan bahasa kedua, dimana
membandingkan bahasanya hanya dalam pola-pola tertentu dan bukan melakukan
perbandingan secara keseluruhan.
Pada prinsip pertama kita tidak
dapat membandingkan cara kerja sejumlah bahasa sebelum kita memeriksa cara kerja masing–masing bahasa itu. Jika kita ingin
menggunakan bahasa pertama sebagai bahan perbandingan dalam
mempelajari bahasa kedua atau asing, kita tidak cukup hanya
bisa berbahasa pertama tetapi kita juga harus menguasai
bahasa yang akan kita bandingkan itu. Karena tidak akan mungkin kita dapat membandingkan suatu bahasa tanpa kita
memahami bahasa yang akan kita bandingkan.
Pada prinsip kedua, kita tidak
dapat membandingkan bahasa
secara keseluruhan seperti, perbandingan keseluruhan bahasa Indonesia dengan bahasa Inggris.
Yang dapat diperbandingkan adalah salah satu atau beberapa unsur atau pola yang
terdapat pada masing-masing bahasa
saja, seperti analisis kontranstif pengandaian yangada dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris.
C.
Tahapan Analisis Kontrastif
Dalam setiap melakukan analisi kontrastif atau perbandingan kita harus mengikuti tiga tahapan berikut ini:
a. Mendeskripsikan ciri-ciri yang
akan diperbandingkan dari masing-masing bahasa, yaitu memaparkan pokok bahasan
secara menyeluruh yang mencakup hal arti, fungsi dan atribut
dari ciri-ciri tersebut.
b. Memastikan bahwa ciri-ciri
tersebut dapat dibandingkan. Untuk itu sebelumnya harus dapat diperlihatkan
padanan kontekstualnya yang memungkinkan ciri itu dapat dibandingkan. Tetapi
bila padanan struktur itu tidak muncul dalam terjemahan maka ciri-ciri itu tidak perlu diperbandingkan.
c. Setelah ciri-ciri yang akan diperbandingkan
dipaparkan atau dideskripsikan dan telah jelas bahwa ciri itu dapat
diperbandingkan maka langkah selanjutnya adalah membandingkan ciri-ciri dari
kedua bahasa itu dengan melihat persamaan dan perbedaan didalamnya.[4]
D. Kalimat
Pengandaian Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris
Bahasa merupakan alat yang
mempunyai tujuan dan fungsi yakni untuk menyapaikan pesan dengan orang lain,
seperti pendapat yang dikemukakan oleh Prof. Dr. Ir. Jujun S yang mengemukakan
bahwa bahasa merupakan alat komunikasi verbal yang dipakai dalam seluruh proses
berpikir ilmiah dimana bahasa merupakan alat berpikir dan alat komunikasi untuk
menyampaikan jalan pikiran tersebut kepada orang lain.[5]
Dalam pembentukannya sendiri bahasa memiliki tujuan dan maksud tertentu,
seperti ketika seseorang ingin menyampaikan masksud tentang suatu keadaan yang
mungkin akan terjadi atau tidak, maka mereka membutuhkan suatu pola khusus
dalam membentuk dan mengutarakannya sehingga dapat diterima dengan baik maksud
dan tujuan oleh lawan bicaranya. Salah satunya membentuk kalimat pengandaian
dalam suatu bahasa, kalimat pengandaian sendiri dapat diartikan sebagai kalimat
yang digunakan untuk merujuk pada suatu kejadian yang mungkin bisa saja terjadi
atau tidak akan terjadi baik dalam waktu lampau, sekarang ataupun masa depan. Ada
tiga sebab yang membuat kita membuat atau mengutarakan kalimat pengandaian. Pertama, keinginan atau harapan yang ingin tercapai.
Kedua, keinginan yang tidak terjadi karena sesuatu. Ketiga, penyesalan terhadap
sesuatu yang telah terjadi.
Kalimat pengandaian memang
memiliki peran penting dalam komunikasi, kalimat ini tidak hanya ada dalam
bahasa Indonesia saja, tetapi juga ada dalam bahasa Inggris. Dalam bahasa
Indonesia kalimat pengandaian dapat dibentuk atau dibuat dengan mengunakan kata
khusus. Menurut Gorys Keraf, pengandaian dalam bahasa Indonesia ditandai dengan
adanya kata penghubung atau conjunction yaitu jika, andaikata, asal,
asalkan, jikalau, sekiranya, dan seandainya.[6]
Kita dapat membentuk kalimat pengandaian dengan menggunakan kata tersebut baik
digunakan untuk merujuk pada waktu lampau, sekarang dan masa yang akan datang.
Sedangkan dalam bahasa Inggris
kalimat pengandaian dikenal dengan sebuatan Conditional
Sentence dan untuk membentuknya dibutuhkan kata If. Selain itu dalam bahasa Inggris, kalimat pengandaian atau
disebut juga dengan Conditional Sentence memiliki tiga pola bentuk, yaitu 1)
pengandaian yang digunakan untuk kejadian benar pada masa kini atau masa yang akan
datang, 2) pengandaian yang tidak benar di masa kini atau masa datang, 3)
pengandaian yang tidak benar di masa lalu dan penggunaan pengandaian ini
memiliki penggunaan dan syarat-syarat tertentu.[7]
Jadi untuk membentuk kalimat pengandaian haruslah sesuai dengan rujukan waktu
yang akan dituju dalam pengucapanya karena jika tidak maka kalimat tersebut
tidak tepat atau benar secara pola pembentukan kalimat pengandaian bahasa
Inggris. Baik kalimat pengandaian bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris,
keduanya memiliki fungsi yang sama dalam proses pembelajaran dan komunikasi
dalam berbahasa, walaupun bentuk dan pola pembentukanya terdapat perbedaan.
BAB III
PEMBAHASAN
A. Pembentukan
Pengandaian dalam Bahasa Indonesia
Proses
pembentukan kalimat pengandaian dalam bahasa Indonesia hanya mengacu pada
pengunanan kata penghubung antara kalimat pertama dan kedua.Pengandaian dalam bahasa
Indonesia ditandai dengan adanya kata penghubung yaitu kata jika, andaikata, asal, asalkan,
jikalau, sekiranya, dan seandainya. Namun secara makna, terdapat dua
pemaknaan pengandaian di dalam bahasa Indonesia, yaitu:
1. Pengandaian
mempunyai makna syarat bagi terlaksananya apa yang tersebut pada klausa inti.
Secara jelas hubungan ini ditandai dengan kata penghubung jika, apabila,
kalau, asalkan, asal, manakala dan jikalau.
Perhatikan Contoh Kalimat berikut
v Daerah kampung pulo itu tentu
tergenang air, apabila hujan turun
dengan intensitas sangat lebat disana.
Pada
contoh diatas, kalimat tersebut terdiri dari dua klausa yakni, 1) Daerah kampung pulo
itu tentu tegenang air , 2) hujan turun dengan intenstitas sangat
lebat disana. Klausa 2 merupakan
klausa bawahan yang menyatakan ‘syarat’ bagi terlaksananya apa yang tersebut
pada klausa inti.
|
Makna pada kalimat di atas merujuk bahwa hujan dengan intesitas lebat
menyebabkan daerah kampung pulo akan tergenang air/banjir.
|
2. Hubungan
makna persyaratan sebagai pengandaian terjadi apabila klausa bawahan menyatakan
suatu andaian, suatu syarat yang tidak mungkin terlaksana bagi klausa inti
sehingga apa yang dinyatakan oleh klausa inti juga tidak mungkin terlaksana.
Pengandaian ini ditandai dengan adanya kata-kata seperti jika, andaikata,
asal, asalkan, jikalau, sekiranya, dan seandainya andaikan, sekiranya,
dan seumpama.
Perhatikan Contoh Kalimat berikut
v Andaikata Nazarudin tidak melaporke pengadilan, tentu perkara Hambalang
ini tidak akan disidangkan dan Menpora Andi Malaranggeng tidak menjadi
tersangka.
Pada
contoh diatas, kalimat tersebut terdiri dari tiga klausa yakni, 1) Nazarudin tidak melapor
kepengadilan, 2) tentu perkara hambalang tidak akan disidangkan, 3) Menpora Andi Malaranggeng tidak
menjadi tersangka. Klausa 2 dan 3 merupakan klausa bawahan yang menyatakan
suatu andaian dari klausa inti, dan pengadaian itu tidak akan mungkin terjadi
dalam klausa inti.
|
Makna pada kalimat di atas, si pembicara merasa yakin bahwa dia terbiasa
merasa lapar jika dia tidak sarapan sebelum berangkat ke sekolah.
|
Secara fungsional andaikata sama dengan kata penghubung kalau
dan jika, tetapi secara semantik berbeda. Kalau dan jika menyatakan
syarat yang harus dipenuhi sedangkan andaikata menyatakan syarat yang
diandaikan dan tidak selalu dipenuhi. Secara agak bebas dapat digunakan kata
penghubung andaikan dan seandainya dengan fungsi dan arti yang
sama dengan kata penghubung andaikata. Berdasarkan pemaparan diatas dapat disimpulakan bahwa dalam membetuk
kalimat pengandaian hanya tertuju pada penggunaan kata andaikan,
andaikata, seandainya, sekiranya, dan seumpama.
B. Pembentukan
Kalimat Pengandaian dalam Bahasa Inggris
Dalam Bahasa Inggris, pembentukan kalimat pengandaian atau disebut juga
dengan Conditional Sentence memiliki beberapa pola aturan yang harus diikuti
untuk dapat membentuk kalimat pengandaian yang baik dan benar. Ada tiga pola
aturan dalam membuat kalimat pengandaian yang meliputi:
- True in the Present or Future. (Pengandaian
yang diguanakan untuk kejadian benar pada waktu sekarang dan masa yang
akan datang)
- Untrue in the Present or
Future.( Pengandaian yang digunakan untuk kejadian tidak
benar atau berlawanan dengan kenyataan pada waktu sekarang dan masa yang
akan datang)
- Untrue in the Past. (Pengandaian
yang tidak benar atau berlawanan dengan kenyataan pada masa lalu)
Bentuk dan contoh
conditional sentence:
1.
True in the Present or Future
Bentuk conditional
sentences ini digunakan untuk mengekspresikan pengandaian dengan
harapan yang dikatakan oleh si pembicara mungkin terjadi untuk masa sekarang
ataupun akan datang.
Formula:
Bentuk dari “IF CLAUSE”
(klausa pengandaian)
|
Bentuk dari “RESULT CLAUSE” (klausa akibat)
|
Contoh Kalimat
|
|
Simple Present Tense
|
If I have enough money, I buy a
new car.
If I have enough money tomorrow, I
will buy a new car.
|
Perhatikan Contoh Kalimat berikut
v IF CLAUSE (Simple Present
Tense) – RESULT CLAUSE (Simple Present Tense)
If I don’t eat breakfast, I always get hungry
during class.
(Artinya: Jika saya tidak sarapan, saya selalu
merasa lapar selama pelajaran di kelas)
Pada contoh kalimat di atas, RESULT CLAUSE menggunakan Simple
Present Tense, fungsinya untuk mengekspresikan aktivitas yang sudah
menjadi kebiasaan atau situasi.
|
Makna pada kalimat di atas, si pembicara merasa yakin bahwa dia terbiasa
merasa lapar jika dia tidak sarapan sebelum berangkat ke sekolah.
|
v IF CLAUSE (Simple Present
Tense) – RESULT CLAUSE (Simple Future Tense)
If I don’t eat breakfast tomorrow, I will
get hungry during class.
(Artinya: Jika saya tidak sarapan besok, saya akan
merasa lapar selama pelajaran di kelas)
Pada contoh kalimat di atas, RESULT CLAUSE menggunakan Simple
Future Tense, fungsinya untuk mengekspresikan bahwa kalimat tersebut
menyangkut aktivitas tertentu atau situasi di masa yang akan datang.
|
Makna pada kalimat di atas, si pembicara mengetahui bahwa dia akan merasa
lapar jika besok dia tidak sarapan sebelum berangkat ke sekolah.
|
CATATAN:
Baik Simple Present Tense ataupun Simple
Future digunakan sebagai RESULT CLAUSE (klausa
akibat) adalah untuk mengekspresikan suatu ketetapan atau suatu fakta yang
dapat diprediksi.
Contoh lain:
If I’m not
busy, I come to your party.
If the
weather is nice tomorrow, we will go on a
picnic.
2.
Untrue in the Present or Future
Bentuk conditional
sentences ini digunakan apabila kita ingin
menghayalkan sesuatu keadaan yang bertentangan dengan kenyataan yang ada saat ini dan
masa yang akan datang. Dalam hal ini sikap pembicara
agak pesimis karena kemungkinan terjadinya perbuatan tersebut hanya sedikit.
Formula:
Bentuk dari “IF CLAUSE”
(klausa pengandaian)
|
Bentuk dari “RESULT CLAUSE” (klausa akibat)
|
Contoh Kalimat
|
|
Would + VERB 1
|
If I had enough money, I would
buy a new car.
(in truth, I do not have enough money, so I will not buy a
new car.)
(Kenyataannya, saya tidak punya cukup uang, jadi saya tidak akan membeli
mobil baru.)
|
Perhatikan Contoh Kalimat berikut!
v IF CLAUSE (Simple Past
Tense) – RESULT CLAUSE (Would + VERB 1)
If I taught this class, I would
not give tests.
(Artinya: Jika saya mengajar kelas ini, saya tidak
akan memberikan tes)
Makna pada kalimat di atas: kenyataannya, si pembicara tidak mengajar
kelas tersebut.
|
If Sam were here right now, he would
help us.
(Artinya: jika Sam ada disini sekarang, dia akan
menolong kita)
Makna pada kalimat di atas: kenyataannya, Sam tidak ada disana sekarang.
|
If I were you, I would accept this
invitation.
(Artinya: Jika saya menjadi kamu, saya akan
menerima undangan ini)
Makna pada kalimat di atas: kenyataannya, saya bukan kamu.
|
CATATAN:
Apabila klausa
pengandaian (IF CLAUSE) dinyatakandengan to be, maka
yang digunakanadalah “were” untuksemuajenis subject.
3.
Untrue in the Past
Bentuk conditional sentences inidigunakan apa bila kita ingin membayangkan suatu kemungkinan lain dari suatu
perbuatan atau peristiwa yang telah terjadi dimasa lampau. Atau dapat dikatakan
bahwa bentuk ini dapat digunakan untuk menyatakan suatu keadaan atau peristiwa
yang berlawanan dengan kenyataan yang sebenarnya dimasa lampau. Sikap pembicara
dalam hal ini sangat menyesal terhadap perbuatan yang telah terjadi.
Formula:
Bentuk dari “IF CLAUSE”
(klaus` pengandaian)
|
Bentuk dari “RESULT CLAUSE” (klausa akibat)
|
Contoh Kalimat
|
|
Would have + VERB 3
|
If I had had enough money, Iwould have
bought a new car yesterday.
(in truth, I did not have enough money, so I did not buy a
new car yesterday.)
(Kenyataannya, saya tidak punya cukup uang, jadi saya tidak membeli mobil
baru kemarin.)
|
Perhatikan Contoh Kalimat berikut!
v IF CLAUSE (Past Perfect
Tense) – RESULT CLAUSE ( Woul have + VERB 3)
If they had studied, they would have passed the
exam.
(Artinya: jika mereka sudah belajar, mereka akan
sudah lulus ujian)
Makna pada kalimat di atas: kenyataannya, mereka tidak belajar
sebelumnya, dan mereka gagal atau tidak lulus dalam ujian.
|
If I had called sarah, she would have come here.
(Artinya: Jika saya sudah menelpon sarah, dia akan
sudah datang kesini)
Makna pada kalimat di atas: kenyataannya, saya tidak menelpon sarah
sebelumnya, dan sarah tidak datang kesini.
|
C. Analisa Kontrastif Pengandaian Bahasa Indonesia dan
Bahasa Inggris
Setelah dipapar proses pembentukan kalimat pengandaian
baik dari segi bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris, dimana secara struktural kalimat
pengandaian dalam bahasa
Indonesia dan bahasa Inggris memiliki persamaan dan perbedaan. Persamaannya adalah
terdapat pada kata-kata khusus yang digunakan dalam kalimat pengandaian
sedangkan perbedaannya adalah dalam bahasa Indonesia hanya terdapat dua pemaknaan pengandaian dan terpusat hanya dengan kata-kata khusus saja,
sedangkan dalam bahasa Inggris terdapat tiga macam pengandaian yang sangat
bergantung pada waktu pengucapan.
1.1 Persamaan
Pengandaian Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris
Dalam pembuatan kalimat pengandaian dalam bahasa
Indonesia, baik secara kaidah dan tata bahasa Indonesia yang benar hanya terpusat
dengan menggunakan kata-kata jika, seandainya, andaikata, jikalau,
sekiranya, asalkan, apabila, dan manakala dll. Dalam bahasa Inggris kata-kata di atas hanya
ditandai dengan adanya kata ’if’ yang memiliki arti yang sama
dengan kata ’jika’ atau ’seandainya’. Jadi terdapat persamaan kalimat
pengandaian dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris yaitu dengan adanya kata
khusus yang digunakan dalam kalimat pengandaian ini, dalam bahasa Indonesia
menggunakan jika, seandainya, seumpama, dan apabila, sedangkan dalam bahasa
Inggris menggunakan kata’if’ dalam membuat kalimat pengandaian.
1.2 Perbedaan
Pengandaian Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris
Terdapat perbedaan pola pembentukan kalimat
pengandaian bahasa Indonesia dengan bahasa Inggris. Dimana perbedaan itu
terjadi ketika pembentukan kalimat tersebut berhubungan dengan masalah waktu.
Dalam bahasa Indonesia, tidak mengenal adanya waktu pemakaian, semuanya sama
meskipun digunakan dalam masa lalu, masa kini, maupun masa depan. tidak
terdapat adanya perubahan dalam kata kerjanya. Jika terjadi perubahan waktu
maka kalimat pengandaiannya akan ditambahkan kata keterangan waktu seperti
kemarin, hari ini maupun besok. Berbeda dengan bahas Inggris yang memiliki tiga
pola pembentukan kalimat pengandaian dengan mengaitkan dengan konteks waktunya.
Perbedaannya tersebut dapat dilihat dengan contoh berikut ini:
Bahasa Indonesia
Jikalau saya dapat lulus dari SMA tahun depan, saya
akan melanjutkan pelajaran ke fakultas sastra.
|
Bahasa Inggris
If
I graduate from senior high school next year, I
will continue my study to literature faculty.
|
Jika waktu
pengucapannya diubah pada masa lalu maka terjadi perubahan pada kalimatnya,
menjadi:
Bahasa Indonesia
Jikalau saya dapat lulus dari SMA tahun lalu, saya
akan melanjutkan pelajaran ke Fakultas Sastra.
|
Bahasa Inggris
If
I graduate from senior high school next year, I
will continue my study to literature faculty.
|
Dengan contoh diatas terlihat bahwa terdapat perbedaan
dalam menggunakan kalimat pengandaian dalam bahasa Indonesia dan dalam Bahasa
Inggris.
Perubahan yang terjadi adalah perubahan kata kerja yaitu:
Lulus tahun depan : graduate
Lulus tahun lalu : graduated
Perubahan yang kedua adalah adanya perubahan will (masa depan) menjadi
would (masa lalu).
BAB IV
KESIMPULAN
Setiap bahasa baik itu bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris pasti memiliki kesamaan tujuan serta fungsi
dari bahasa itu sendiri,seperti dalam kajian makalah ini yakni tentang kalimat
pengandaian. Kalimat pengandaian sendiri digunakan untuk mengutarakan suatu kejadian benar
akan terjadi dan yang tidak akan terjadi dalam kenyataannya.
Setelah dianalisis dan dicari persamaan dan perbedaan dalam kalimat pengandaian dalam
bahasa Indonesia dan bahasa Inggris, ditemukan dan dibahas bahwa persamaan baik secara
struktur dan makna kedua bahasa. Secara struktural terdapat persamaan kalimat pengandaian
dalam Bahasa Indonesia dan bahasa Inggris yaitu dengan adanya
kata khusus yang digunakan dalam kalimat pengandaian, dalam bahasa Indonesia untuk membentuk kalimat pengandaian haruslah menggunakan kata seperti jika,
seandainya, seumpama, dan apabila, dll sedangkan dalam bahasa Inggris menggunakan bentuk kata ‘if’ dalam membuat kalimat
pengandaian ini.
Sedangkan bila dari segi perbedaannya antara bahasa Indonesia dan bahasa Inggris yakni, dalam bahasa Indonesia tidak mengenal perbedaan waktu
pengucapan dalam membuat
kalimat pengandaian,kalimat pengandaian diatas ini diucapkan sama meskipun kalimat ini diucapkan
sekarang (present), masa depan (future), ataupun masa lalu (past). Berbeda dengan bahasa Inggris yang menggunakan tiga
pola pembentukan kalimat pengandaian dalam membentuka nya, jika tidak maka
kalimat pengandaian yang dibuat akan salah, perubahan yang ditekankan dalam
bahasa Inggris melaui bentuk kata kerja dan to
be tergantung waktu yang dirujuknya.
Dengan melakukan analisis kontrastif dalam bentuk
kalimat pengandaian bahasa Indonesia dan bahasa Inggris akan mempermudahkan
kita dalam memprediksi kemungkinan kesalahan-kesalahan yang akan ditimbulkan
dalam proses pembelajaran bahasa kedua.
DAFTAR PUSTAKA
Azar,
Betty Schrampfer. Understanding and Using English Grammar. Jakarta:
Binarupa Aksara. 1993.
Keraf, Gorys. Tata
Bahasa Indonesia. Jakarta: Nusa Indah. 1991.
Kridalaksana,
Harimurti. Kamus
Linguistik Umum. Jakarta: Gramedia. 2001.
Tarigan, Henry Guntur. Pengajaran Analisis Kontrastif Bahasa.
Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan 1989.
Tarigan, Henry Guntur. Pengajaran Analisis Kontrastif Bahasa.
Bandung: Angkasa.
2009.
Suriasumantri,
J. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta:
Pustaka Sinar Harapan. 2009.
[1]Carl James. Errors in Language Learning and Use. (England:
Longman, 1998), hlm. 1.
[2]Harimurti
Kridalaksana. Kamus Linguistik Umum.
(Jakarta: Gramedia, 2001), hlm. 13.
[3]Henry Guntur
Tarigan. Pengajaran Analisis Kontrastif.
(Bandung: Angkasa, 2009), hlm. 5.
[4]Henry Guntur
Tarigan. Pengajaran Analisis Kontrastif
Bahasa. (Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaa, 1989), hlm. 127.
[5]J.
Suriasumantri. Filsafat Ilmu Sebuah
Pengantar Populer. (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2009), hlm. 167
[6]Gorys Keraf. Tata Bahasa Indonsia. (Jakarta: Nusa
Indah, 1991), hlm. 21
[7]Betty
Schrampfer Azar. Undrstanding and Using
English Grammar. (Jakarta: Binarupa Aksara , 1993), hlm. 33
Tidak ada komentar:
Posting Komentar