Minggu, 11 Oktober 2015

ANALISIS KONTRANSTIF MIKROLINGUISTIK TENTANG KALIMAT PENGANDAIAN DALAM BAHASA INDONESIA DAN BAHASA INGGRIS

BAB I
PENDAHULUAN


A.   Latar Belakang Masalah
Bahasa adalah alat komunikasi yang digunakan antar manusia dalam aktivitas kehidupan sehari-hari mereka. Bahasa berkembang sesuai dengan kebutuhan manusia. Setiap wilayah ataupun negara memiliki ciri khas bahasa yang berbeda-beda, sehingga timbul suatu perkembangan untuk dapat berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang dalam suatu wilayah / negara lain kita dapat mempelajarai bahasa tersebut sebagai proses pembelajaran bahasa kedua, diluar dari pada bahasa pertama kita.
Dalam proses pembelajaran bahasa kedua atau bahasa asing, kita tidak akan terlepas dengan pengaruh dari bahasa dan budaya bahasa pertama kita. Mempelajari bahasa kedua tidaklah semudah dengan mempelajari bahasa pertama kita, karena terdapat beberapa hambatan dan kesulitan pemahaman atau penguasaan bahasa kedua. Proses pengajaran dan pembelajaran bahasa kedua bagi seorang guru maupun peserta didik haruslah memiliki pemahaman yang baik dengan ilmu bahasa yang mengkaji perbedaan antara bahasa pertama dan kedua, yang disebut dengan analisis kontrastif.
Dengan adanya analisa kontrastif diharapkan dapat membantu untuk memahami bahasa kedua atau bahasa asing yang dipelajari dengan lebih mudah. Ada dua aspek yang bisa dikaji dalam analisis kontrastif, pertama secara ranah mikrolingustik yang didalamnya meliputi Struktur internal bahasa yaitu fonologi, studi tentang bunyi; morfologi, ilmu bentuk imbuhan kata; sintaksis, studi tentang kombinasi kata atau studi struktur kata, dan semantik, studi tentang arti. Kedua secara makrolinguistik meliputi psikologi, sosiolinguistik dan budaya.
Analisis kontrastif yang akan digunakan dalam makalah ini adalah analisis mikrolinguistik dari segi sintaksis, dimana akan dikaji tentang perbedaan dan persamaan pengunaan kalimat pengandaian dalam bahasa Indonesia sebagai bahasa pertama dengan bahasa Inggris sebagai bahasa kedua. Berdasar pada kurikulum, dikatakan dalam pengajaran bahasa baik Indonesia dan bahasa Inggris mencakup empat kriteria keterampilan bahasa yang meliputi menyimak (listening), berbicara (speaking), membaca (reading), dan menulis (writing). Untuk pengajaran tata bahasa (grammar) tidak secara tersurat tercakup dalam kurikulum tersebut. Meskipun demikian, pengajaran tata bahasa menjadi suatu kesatuan dalam pengajaran keempat keterampilan bahasa seperti yang telah tertulis di atas.
Pengajaran bahasa baik itu bahasa Indoneisa maupun Inggris tidak lepas dari pengajaran tata bahasa (grammar). Meskipun terkadang masih banyak kesulitan yang dialami pengajar dalam memberikan pemahaman kepada siswa tentang tata bahasa, khususnya tata bahasa Inggris. Salah satu materi tatat bahasa (grammar) yang sangat sulit dipahami oleh siswa adalah pengandaian (conditional sentence). Dari sekolah dasar, siswa telah diajarkan pengandaian ini dan terus berulang sampai mereka menapak jenjang sekolah menengah atas dengan derajat dan tingkat yang lebih tinggi. Guru harus mengulang setiap mengajarkan pengandaian di tingkat awal setiap kali akan mengajarkan persyaratan di tingkat lebih tinggi.
Dalam makalah ini coba dibahas tentang penyebab kesulitan belajar dalam memahami tata bahasa, khususnya pengandaian atau conditional sentence dalam bahasa Inggris sebagai bahasa asing dengan perbandingan pengandaian di dalam bahasa Indonesia sebagai bahasa pertama. Dengan demikian diharapkan akan memberikan suatu kemudahan dalam mengajar dan memberi pemahaman tentang pengandaian atau conditional sentence bahasa Inggris di dalam kelas dan berdampak pada pemanfaatan bahasa asing untuk komunikasi baik lisan maupun tertulis.
B.   Rumusan Masalah
Adapun fokus kajian dalam makalah ini adalah tentang tingkat persamaan dan perbandingan kalimat pengandaian pada bahasa Indonesia dan bahasa Inggris
C.   Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mendeskripsikan tingkat persamaan dan perbandingan kalimat pengandaian dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris.



BAB II

KAJIAN TEORI




A.   Analisis Kontrastif

Analisis kontrastif adalah analisa yang digunakan dalam mencari suatu perbedaan yang sering membuat pembelajar bahasa kedua mengalami kesulitan dalam memahami suatu materi bahasa.[1]Kridalaksana menyatakan bahwa analisis kontrastif adalah metode sinkronis dalam analisis bahasa untuk menunjukkan persamaan dan perbedaan antara bahasa-bahasa atau dialek-dialek untuk mencari prinsip yang dapat diterapkan untuk masalah yang praktis, seperti pengajaran bahasa dan penerjemahan.[2] Analisis kontrastif dikembangkan dan dipraktikkan sebagai suatu aplikasi linguistik struktural pada pengajaran bahasa. Oleh karena itu,analisis kontrastif dapat dipakai untuk mengatasi kesukaran-kesukaran yang utama dalam belajar bahasa asing, dapat memprediksi adanya kesukaran kesukaran sehingga efek-efek interferensi dari bahasa pertama dapat dikurangi.
Sementara itu, Tarigan mengatakan bahwa analisis kontrastif berupa prosedur kerja, adalah aktivitas atau kegiatan yang mencoba membandingkan struktur B1 dengan struktur B2 untuk mengidentifikasi perbedaan-perbedaan diantara kedua bahasa.[3] Perbedaan-perbedaan antara dua bahasa, yang diperoleh dan dihasilkan melalui anakon, dapat digunakan sebagai landasan dalam meramalkan atau memprediksi kesulitan-kesulitan atau kendala-kendala belajar bahasa yang akan dihadapi oleh siswa di sekolah, dalam belajar B2.
            Berdasarkan pemahaman tersebut dapat disimpulkan bahwa analisis kontrastif adalah pendekatan dalam pengajaran bahasa yang menggunakan teknik perbandingan antara bahasa pertama (B1) dengan bahasa kedua (B2) atau bahasa yang sedang dipelajari sehingga guru dapat meramalkan kesalahan siswa dan siswa segera tahu kemudian dapat menguasai bahasa yang bukan bahasa yang sedang dipelajari.


B.   Prinsip – Prinsip Analisis Kontrastif
Dalam proses analisis kontrastif ada dua prinsip yang harus kita ketahui dalam membandingkan bahasa pertama dan bahasa kedua, dimana membandingkan bahasanya hanya dalam pola-pola tertentu dan bukan melakukan perbandingan secara keseluruhan.
Pada prinsip pertama kita tidak dapat membandingkan cara kerja sejumlah bahasa sebelum kita memeriksa cara kerja masing–masing bahasa itu. Jika kita ingin menggunakan bahasa pertama sebagai bahan perbandingan dalam mempelajari bahasa kedua atau asing, kita tidak cukup hanya bisa berbahasa pertama tetapi kita juga harus menguasai bahasa yang akan kita bandingkan itu. Karena tidak akan mungkin kita dapat membandingkan suatu bahasa tanpa kita memahami bahasa yang akan kita bandingkan.
Pada prinsip kedua, kita tidak dapat membandingkan bahasa secara keseluruhan seperti, perbandingan keseluruhan bahasa Indonesia dengan bahasa Inggris. Yang dapat diperbandingkan adalah salah satu atau beberapa unsur atau pola yang terdapat pada masing-masing bahasa saja, seperti analisis kontranstif pengandaian yangada dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris.

C.   Tahapan Analisis Kontrastif
Dalam setiap melakukan analisi kontrastif atau perbandingan kita harus mengikuti tiga tahapan berikut ini:
a.    Mendeskripsikan ciri-ciri yang akan diperbandingkan dari masing-masing bahasa, yaitu memaparkan pokok bahasan secara menyeluruh yang mencakup hal arti, fungsi dan atribut dari ciri-ciri tersebut.
b.    Memastikan bahwa ciri-ciri tersebut dapat dibandingkan. Untuk itu sebelumnya harus dapat diperlihatkan padanan kontekstualnya yang memungkinkan ciri itu dapat dibandingkan. Tetapi bila padanan struktur itu tidak muncul dalam terjemahan maka ciri-ciri itu tidak perlu diperbandingkan.
c.    Setelah ciri-ciri yang akan diperbandingkan dipaparkan atau dideskripsikan dan telah jelas bahwa ciri itu dapat diperbandingkan maka langkah selanjutnya adalah membandingkan ciri-ciri dari kedua bahasa itu dengan melihat persamaan dan perbedaan didalamnya.[4]

D.   Kalimat Pengandaian Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris

Bahasa merupakan alat yang mempunyai tujuan dan fungsi yakni untuk menyapaikan pesan dengan orang lain, seperti pendapat yang dikemukakan oleh Prof. Dr. Ir. Jujun S yang mengemukakan bahwa bahasa merupakan alat komunikasi verbal yang dipakai dalam seluruh proses berpikir ilmiah dimana bahasa merupakan alat berpikir dan alat komunikasi untuk menyampaikan jalan pikiran tersebut kepada orang lain.[5] Dalam pembentukannya sendiri bahasa memiliki tujuan dan maksud tertentu, seperti ketika seseorang ingin menyampaikan masksud tentang suatu keadaan yang mungkin akan terjadi atau tidak, maka mereka membutuhkan suatu pola khusus dalam membentuk dan mengutarakannya sehingga dapat diterima dengan baik maksud dan tujuan oleh lawan bicaranya. Salah satunya membentuk kalimat pengandaian dalam suatu bahasa, kalimat pengandaian sendiri dapat diartikan sebagai kalimat yang digunakan untuk merujuk pada suatu kejadian yang mungkin bisa saja terjadi atau tidak akan terjadi baik dalam waktu lampau, sekarang ataupun masa depan. Ada tiga sebab yang membuat kita membuat atau mengutarakan kalimat pengandaian. Pertama, keinginan atau harapan yang ingin tercapai. Kedua, keinginan yang tidak terjadi karena sesuatu. Ketiga, penyesalan terhadap sesuatu yang telah terjadi.
Kalimat pengandaian memang memiliki peran penting dalam komunikasi, kalimat ini tidak hanya ada dalam bahasa Indonesia saja, tetapi juga ada dalam bahasa Inggris. Dalam bahasa Indonesia kalimat pengandaian dapat dibentuk atau dibuat dengan mengunakan kata khusus. Menurut Gorys Keraf, pengandaian dalam bahasa Indonesia ditandai dengan adanya kata penghubung atau conjunction yaitu jika, andaikata, asal, asalkan, jikalau, sekiranya, dan seandainya.[6] Kita dapat membentuk kalimat pengandaian dengan menggunakan kata tersebut baik digunakan untuk merujuk pada waktu lampau, sekarang dan masa yang akan datang.
Sedangkan dalam bahasa Inggris kalimat pengandaian dikenal dengan sebuatan Conditional Sentence dan untuk membentuknya dibutuhkan kata If. Selain itu dalam bahasa Inggris, kalimat pengandaian atau disebut juga dengan Conditional Sentence memiliki tiga pola bentuk, yaitu 1) pengandaian yang digunakan untuk kejadian benar pada masa kini atau masa yang akan datang, 2) pengandaian yang tidak benar di masa kini atau masa datang, 3) pengandaian yang tidak benar di masa lalu dan penggunaan pengandaian ini memiliki penggunaan dan syarat-syarat tertentu.[7] Jadi untuk membentuk kalimat pengandaian haruslah sesuai dengan rujukan waktu yang akan dituju dalam pengucapanya karena jika tidak maka kalimat tersebut tidak tepat atau benar secara pola pembentukan kalimat pengandaian bahasa Inggris. Baik kalimat pengandaian bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris, keduanya memiliki fungsi yang sama dalam proses pembelajaran dan komunikasi dalam berbahasa, walaupun bentuk dan pola pembentukanya terdapat perbedaan.





































BAB III

PEMBAHASAN



A.   Pembentukan Pengandaian dalam Bahasa Indonesia

Proses pembentukan kalimat pengandaian dalam bahasa Indonesia hanya mengacu pada pengunanan kata penghubung antara kalimat pertama dan kedua.Pengandaian dalam bahasa Indonesia ditandai dengan adanya kata penghubung  yaitu kata jika, andaikata, asal, asalkan, jikalau, sekiranya, dan seandainya. Namun secara makna, terdapat dua pemaknaan pengandaian di dalam bahasa Indonesia, yaitu:
1.    Pengandaian mempunyai makna syarat bagi terlaksananya apa yang tersebut pada klausa inti. Secara jelas hubungan ini ditandai dengan kata penghubung jika, apabila, kalau, asalkan, asal, manakala dan jikalau.

Perhatikan Contoh Kalimat berikut

v  Daerah kampung pulo itu tentu tergenang air, apabila hujan turun dengan intensitas sangat lebat disana.

Pada contoh diatas, kalimat tersebut terdiri dari dua klausa yakni, 1) Daerah kampung pulo itu tentu tegenang air , 2) hujan turun dengan intenstitas sangat lebat disana. Klausa 2  merupakan klausa bawahan yang menyatakan ‘syarat’ bagi terlaksananya apa yang tersebut pada klausa inti.
Makna pada kalimat di atas merujuk bahwa hujan dengan intesitas lebat menyebabkan daerah kampung pulo akan tergenang air/banjir.


2.    Hubungan makna persyaratan sebagai pengandaian terjadi apabila klausa bawahan menyatakan suatu andaian, suatu syarat yang tidak mungkin terlaksana bagi klausa inti sehingga apa yang dinyatakan oleh klausa inti juga tidak mungkin terlaksana. Pengandaian ini ditandai dengan adanya kata-kata seperti jika, andaikata, asal, asalkan, jikalau, sekiranya, dan seandainya andaikan, sekiranya, dan seumpama.

Perhatikan Contoh Kalimat berikut

v  Andaikata Nazarudin tidak melaporke pengadilan, tentu perkara Hambalang ini tidak akan disidangkan dan Menpora Andi Malaranggeng tidak menjadi tersangka.

Pada contoh diatas, kalimat tersebut terdiri dari tiga klausa yakni, 1) Nazarudin tidak melapor kepengadilan, 2) tentu perkara hambalang tidak akan disidangkan, 3) Menpora Andi Malaranggeng tidak menjadi tersangka. Klausa 2 dan 3  merupakan klausa bawahan yang menyatakan suatu andaian dari klausa inti, dan pengadaian itu tidak akan mungkin terjadi dalam klausa inti.
Makna pada kalimat di atas, si pembicara merasa yakin bahwa dia terbiasa merasa lapar jika dia tidak sarapan sebelum berangkat ke sekolah.

Secara fungsional andaikata sama dengan kata penghubung kalau dan jika, tetapi secara semantik berbeda. Kalau dan jika menyatakan syarat yang harus dipenuhi sedangkan andaikata menyatakan syarat yang diandaikan dan tidak selalu dipenuhi. Secara agak bebas dapat digunakan kata penghubung andaikan dan seandainya dengan fungsi dan arti yang sama dengan kata penghubung andaikata. Berdasarkan pemaparan diatas dapat disimpulakan bahwa dalam membetuk kalimat pengandaian hanya tertuju pada penggunaan kata andaikan, andaikata, seandainya, sekiranya, dan seumpama.


B.   Pembentukan Kalimat Pengandaian dalam Bahasa Inggris

Dalam Bahasa Inggris, pembentukan kalimat pengandaian atau disebut juga dengan Conditional Sentence memiliki beberapa pola aturan yang harus diikuti untuk dapat membentuk kalimat pengandaian yang baik dan benar. Ada tiga pola aturan dalam membuat kalimat pengandaian yang meliputi:
  1. True in the Present or Future. (Pengandaian yang diguanakan untuk kejadian benar pada waktu sekarang dan masa yang akan datang)
  2. Untrue in the Present or Future.( Pengandaian yang digunakan untuk kejadian tidak benar atau berlawanan dengan kenyataan pada waktu sekarang dan masa yang akan datang)
  3. Untrue in the Past. (Pengandaian yang tidak benar atau berlawanan dengan kenyataan pada masa lalu)
Bentuk dan contoh conditional sentence:
1.    True in the Present or Future

Bentuk conditional sentences ini digunakan untuk mengekspresikan pengandaian dengan harapan yang dikatakan oleh si pembicara mungkin terjadi untuk masa sekarang ataupun akan datang.

Formula:

Bentuk dari “IF CLAUSE”
(klausa pengandaian)
Bentuk dari “RESULT CLAUSE” (klausa akibat)
Contoh Kalimat

Simple Present Tense


If I have enough money, I buy a new car.

If I have enough money tomorrow, I will buy a new car.

Perhatikan Contoh Kalimat berikut

v  IF CLAUSE (Simple Present Tense) – RESULT CLAUSE (Simple Present Tense)

If I don’t eat breakfast, I always get hungry during class.

(Artinya: Jika saya tidak sarapan, saya selalu merasa lapar selama pelajaran di kelas)

Pada contoh kalimat di atas, RESULT CLAUSE menggunakan Simple Present Tense, fungsinya untuk mengekspresikan aktivitas yang sudah menjadi kebiasaan atau situasi.
Makna pada kalimat di atas, si pembicara merasa yakin bahwa dia terbiasa merasa lapar jika dia tidak sarapan sebelum berangkat ke sekolah.


v  IF CLAUSE (Simple Present Tense) – RESULT CLAUSE (Simple Future Tense)

If I don’t eat breakfast tomorrow, I will get hungry during class.

(Artinya: Jika saya tidak sarapan besok, saya akan merasa lapar selama pelajaran di kelas)

Pada contoh kalimat di atas, RESULT CLAUSE menggunakan Simple Future Tense, fungsinya untuk mengekspresikan bahwa kalimat tersebut menyangkut aktivitas tertentu atau situasi di masa yang akan datang.
Makna pada kalimat di atas, si pembicara mengetahui bahwa dia akan merasa lapar jika besok dia tidak sarapan sebelum berangkat ke sekolah.

CATATAN:

Baik Simple Present Tense ataupun Simple Future digunakan sebagai RESULT CLAUSE (klausa akibat) adalah untuk mengekspresikan suatu ketetapan atau suatu fakta yang dapat diprediksi.

Contoh lain:

If I’m not busy, I come to your party.
If the weather is nice tomorrow, we will go on a picnic.


2.    Untrue in the Present or Future

Bentuk conditional sentences ini digunakan apabila kita ingin menghayalkan sesuatu keadaan yang bertentangan dengan kenyataan yang ada saat ini dan masa yang akan datang. Dalam hal ini sikap pembicara agak pesimis karena kemungkinan terjadinya perbuatan tersebut hanya sedikit.

Formula:

Bentuk dari “IF CLAUSE”
(klausa pengandaian)
Bentuk dari “RESULT CLAUSE” (klausa akibat)
Contoh Kalimat


Would + VERB 1
If I had enough money, I would buy a new car.

(in truth,  I do not have enough money, so I will not buy a new  car.)

(Kenyataannya, saya tidak punya cukup uang, jadi saya tidak akan membeli mobil baru.)


Perhatikan Contoh Kalimat berikut!

v  IF CLAUSE (Simple Past Tense) – RESULT CLAUSE (Would + VERB 1)

If I taught this class, I would not give tests.

(Artinya: Jika saya mengajar kelas ini, saya tidak akan memberikan tes)

Makna pada kalimat di atas: kenyataannya, si pembicara tidak mengajar kelas tersebut.

If Sam were here right now, he would help us.

(Artinya: jika Sam ada disini sekarang, dia akan menolong kita)

Makna pada kalimat di atas: kenyataannya, Sam tidak ada disana sekarang.

If I were you, I would accept this invitation.

(Artinya: Jika saya menjadi kamu, saya akan menerima undangan ini)

Makna pada kalimat di atas: kenyataannya, saya bukan kamu.

CATATAN:

Apabila klausa pengandaian (IF CLAUSE) dinyatakandengan to be, maka yang digunakanadalah “were” untuksemuajenis subject.


3.    Untrue in the Past

Bentuk conditional sentences inidigunakan apa bila kita ingin membayangkan suatu kemungkinan lain dari suatu perbuatan atau peristiwa yang telah terjadi dimasa lampau. Atau dapat dikatakan bahwa bentuk ini dapat digunakan untuk menyatakan suatu keadaan atau peristiwa yang berlawanan dengan kenyataan yang sebenarnya dimasa lampau. Sikap pembicara dalam hal ini sangat menyesal terhadap perbuatan yang telah terjadi.

Formula:

Bentuk dari “IF CLAUSE”
(klaus` pengandaian)
Bentuk dari “RESULT CLAUSE” (klausa akibat)
Contoh Kalimat


Would have + VERB 3
If I had  had enough money, Iwould have bought a new car yesterday.

(in truth,  I did not have enough money, so I did not buy a new  car yesterday.)

(Kenyataannya, saya tidak punya cukup uang, jadi saya tidak membeli mobil baru kemarin.)

Perhatikan Contoh Kalimat berikut!

v  IF CLAUSE (Past Perfect Tense) – RESULT CLAUSE ( Woul have + VERB 3)

If they had studied, they would have passed the exam.

(Artinya: jika mereka sudah belajar, mereka akan sudah lulus ujian)

Makna pada kalimat di atas: kenyataannya, mereka tidak belajar sebelumnya, dan mereka gagal atau tidak lulus dalam ujian.

If I had called sarah, she would have come here.

(Artinya: Jika saya sudah menelpon sarah, dia akan sudah datang kesini)

Makna pada kalimat di atas: kenyataannya, saya tidak menelpon sarah sebelumnya, dan sarah tidak datang kesini.





C.   Analisa Kontrastif Pengandaian Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris
Setelah dipapar proses pembentukan kalimat pengandaian baik dari segi bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris, dimana secara struktural kalimat pengandaian dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris memiliki persamaan dan perbedaan. Persamaannya adalah terdapat pada kata-kata khusus yang digunakan dalam kalimat pengandaian sedangkan perbedaannya adalah dalam bahasa Indonesia hanya terdapat dua pemaknaan pengandaian dan terpusat hanya dengan kata-kata khusus saja, sedangkan dalam bahasa Inggris terdapat tiga macam pengandaian yang sangat bergantung pada waktu pengucapan.

1.1  Persamaan Pengandaian Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris
Dalam pembuatan kalimat pengandaian dalam bahasa Indonesia, baik secara kaidah dan tata bahasa Indonesia yang benar hanya terpusat dengan menggunakan kata-kata jika, seandainya, andaikata, jikalau, sekiranya, asalkan, apabila, dan manakala dll. Dalam bahasa Inggris kata-kata di atas hanya ditandai dengan adanya kata ’if’ yang memiliki arti yang sama dengan kata ’jika’ atau ’seandainya’. Jadi terdapat persamaan kalimat pengandaian dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris yaitu dengan adanya kata khusus yang digunakan dalam kalimat pengandaian ini, dalam bahasa Indonesia menggunakan jika, seandainya, seumpama, dan apabila, sedangkan dalam bahasa Inggris menggunakan kata’if’ dalam membuat kalimat pengandaian.
1.2  Perbedaan Pengandaian Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris
Terdapat perbedaan pola pembentukan kalimat pengandaian bahasa Indonesia dengan bahasa Inggris. Dimana perbedaan itu terjadi ketika pembentukan kalimat tersebut berhubungan dengan masalah waktu. Dalam bahasa Indonesia, tidak mengenal adanya waktu pemakaian, semuanya sama meskipun digunakan dalam masa lalu, masa kini, maupun masa depan. tidak terdapat adanya perubahan dalam kata kerjanya. Jika terjadi perubahan waktu maka kalimat pengandaiannya akan ditambahkan kata keterangan waktu seperti kemarin, hari ini maupun besok. Berbeda dengan bahas Inggris yang memiliki tiga pola pembentukan kalimat pengandaian dengan mengaitkan dengan konteks waktunya.
Perbedaannya tersebut dapat dilihat dengan contoh berikut ini:
Bahasa Indonesia
Jikalau saya dapat lulus dari SMA tahun depan, saya akan melanjutkan pelajaran ke fakultas sastra.
Bahasa Inggris

Ifgraduate from senior high school next year, I will continue my study to literature faculty.

Jika waktu pengucapannya diubah pada masa lalu maka terjadi perubahan pada kalimatnya, menjadi:
Bahasa Indonesia
Jikalau saya dapat lulus dari SMA tahun lalu, saya akan melanjutkan pelajaran ke Fakultas Sastra.
Bahasa Inggris

Ifgraduate from senior high school next year, I will continue my study to literature faculty.

Dengan contoh diatas terlihat bahwa terdapat perbedaan dalam menggunakan kalimat pengandaian dalam bahasa Indonesia dan dalam Bahasa Inggris.
Perubahan yang terjadi adalah perubahan kata kerja yaitu:
Lulus tahun depan : graduate
Lulus tahun lalu : graduated                      
Perubahan yang kedua adalah adanya perubahan will (masa depan) menjadi would (masa lalu).






























BAB IV
KESIMPULAN

Setiap bahasa baik itu bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris pasti memiliki kesamaan tujuan serta fungsi dari bahasa itu sendiri,seperti dalam kajian makalah ini yakni tentang kalimat pengandaian. Kalimat pengandaian sendiri  digunakan untuk mengutarakan suatu kejadian benar akan terjadi dan yang tidak akan terjadi dalam kenyataannya.
Setelah dianalisis dan dicari persamaan dan perbedaan dalam kalimat pengandaian dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris, ditemukan dan dibahas bahwa persamaan baik secara struktur dan makna kedua bahasa. Secara struktural terdapat persamaan kalimat pengandaian dalam Bahasa Indonesia dan bahasa Inggris yaitu dengan adanya kata khusus yang digunakan dalam kalimat pengandaian, dalam bahasa Indonesia untuk membentuk kalimat pengandaian haruslah menggunakan kata seperti jika, seandainya, seumpama, dan apabila, dll sedangkan dalam bahasa Inggris menggunakan bentuk kataif dalam membuat kalimat pengandaian ini.
Sedangkan bila dari segi perbedaannya antara bahasa Indonesia dan bahasa Inggris yakni, dalam bahasa Indonesia tidak mengenal perbedaan waktu pengucapan dalam membuat kalimat pengandaian,kalimat pengandaian diatas ini diucapkan sama meskipun kalimat ini diucapkan sekarang (present), masa depan (future), ataupun masa lalu (past). Berbeda dengan bahasa Inggris yang menggunakan tiga pola pembentukan kalimat pengandaian dalam membentuka nya, jika tidak maka kalimat pengandaian yang dibuat akan salah, perubahan yang ditekankan dalam bahasa Inggris melaui bentuk kata kerja dan to be tergantung waktu yang dirujuknya.
Dengan melakukan analisis kontrastif dalam bentuk kalimat pengandaian bahasa Indonesia dan bahasa Inggris akan mempermudahkan kita dalam memprediksi kemungkinan kesalahan-kesalahan yang akan ditimbulkan dalam proses pembelajaran bahasa kedua.










 


DAFTAR PUSTAKA

Azar, Betty Schrampfer. Understanding and Using English Grammar. Jakarta: Binarupa Aksara. 1993.
Keraf, Gorys. Tata Bahasa Indonesia. Jakarta: Nusa Indah. 1991.
Kridalaksana, Harimurti. Kamus Linguistik Umum. Jakarta: Gramedia. 2001.
Tarigan, Henry Guntur. Pengajaran Analisis Kontrastif Bahasa. Jakarta:   Departemen Pendidikan dan Kebudayaan 1989.
Tarigan, Henry Guntur. Pengajaran Analisis Kontrastif Bahasa. Bandung: Angkasa. 2009.
Suriasumantri, J. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. 2009.









[1]Carl James. Errors in Language Learning and Use. (England: Longman, 1998), hlm. 1.
[2]Harimurti Kridalaksana. Kamus Linguistik Umum. (Jakarta: Gramedia, 2001), hlm. 13.
[3]Henry Guntur Tarigan. Pengajaran Analisis Kontrastif. (Bandung: Angkasa, 2009), hlm. 5.
[4]Henry Guntur Tarigan. Pengajaran Analisis Kontrastif Bahasa. (Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaa, 1989), hlm. 127.
[5]J. Suriasumantri. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2009), hlm. 167
[6]Gorys Keraf. Tata Bahasa Indonsia. (Jakarta: Nusa Indah, 1991), hlm. 21
[7]Betty Schrampfer Azar. Undrstanding and Using English Grammar. (Jakarta: Binarupa Aksara , 1993), hlm. 33

Tidak ada komentar:

Posting Komentar